Seluruh siswa memandangi Kania dan Dion yang sedang berada di tengah lapangan. Dion dan teman sekelasnya membawa kertas karton bertuliskan I LOVE U KANIA, balon foil berbentuk hati dan Dion yang berlutut di hadapan Kania sambil membawa bucket bunga yang indah.
"Kania, kamu mau kan jadi pacar aku?"
"Terima terima terima" ujar teman sekelas Dion serempak.
Kania menganggukkan kepalanya mengiyakan. Seluruh siswa bersorak melihatnya. Dion berdiri lalu memasangkan kalung di leher kuning langsat Kania. Kania tersenyum.
Divo menyeruduk para siswa yang menghalangi jalannya. Divo terdiam melihat Kania yang sedang dipakaikan kalung berbentuk kupu-kupu oleh Dion.
Kania yang menyadari keberadaan Divo, langsung memberikan senyuman manisnya. Divo tersenyum tipis lalu pergi. Kania ingin mengejarnya. Tapi Dion menahannya.
Teman sekelas Kania melongo yang lainnya juga. Mereka kira Kania akan pacaran dengan Divo. Nyatanya? Walaupun sebagian siswa merasa kecewa tapi mereka sedang Kania bisa tersenyum itu lebih baik. Karna sebelumnya Kania tak mudah tersenyum bahkan terkesan jutek, sangar, garang udah Kayak macan induknya yang siap menerkan siapaun yang mengganggu kenyamannya.***
Kania berjalan menuju kelasnya. Menemui Divo yang sedang duduk bersama Tiana. Kania terdiam. Ada perasaan tak rela. Tapi Kania berusaha mentralkan perasaanya dan duduk di kusisnya.
"Eh, lo mbul" Divo melepaskan rangkulannya pada pundak Kania.
"Gapapa kali vo, gue seneng li bisa deket sama cewek"
"Lah, gue juga kan deket sama lo. Emangnya lo bukan cewek?"
"Ya maksud gue cewek lain"
Divo menganggukan kepalanya. Tiana adalah anak kelas XI ipa 2. Tiana juga pernah menyatakan perasaanya pada Divo waktu kelas sepuluh. Dia memasang puisi dan surat cinta di mading. Dengan tulisan 'untuk dia, si cowok cool yang tak pernah tergoda oleh wanita' sipa lagi kalo bukan Divo. Divo adalah sah satu cowok cool dan hits di sekolah namun dia tak pernah luluh pada wanita. Secantik apapun, sebaik apapun dan sepintar apapun. Kecuali Kania.
"Kan, lo gak cemburu kan?" Tanya Tania.
"Ya gak lah. Malahan gue seneng lo bisa dapetin hati si batu. Jagain ya"
"Cie yang khawatirin gue" Divo tersenyum kegirangan.
"Banyak-banyak istigfar kalo lagi sama Divo. Orangnya rese"
"Lah, si kutu beras malah ngejelek-jelekin gue"
"Bodo amat"
Kania duduk di kursinya. Heran. Kenapa Divo tak membahas soal Dion yang menembaknya. Padahal Divo selalu kepo akan apa yang terjadi pada Kania. Apa Divo udah gak perduli karna Tiana udah ada di sampingnya?. Arghh, sudahlah lagipula Kania seharusnya senang karna Divo tak akan mengganggu hunbungannya dengan Dion.
"Hai pacar" Dion masuk ke dalam kelas dan duduk di samping Kania.
"Eh, mmm" Kania bingung harus ngomong apa. Ini kali pertama ia pacaran. Apa ini gaya orang pacaran?
"Gak usah gugup gitu. Nih" Dion memberikan minuman berperisa pada Kania.
"Makasih" Kania mengambil minumannya dan menyimpannya di meja. Sekedar menghargai Dion. Padahal Kania tidak menyukai minuman berperisa selain rasa coklat. Harusnya Dion tau itu.
Divo melirik Kania sesekali. Ada perasaan heran. Kania menerima minuman yang Dion berikan walaupun Divo tahu Kania tidak menyukai minumannya.
"Kenapa liatin pacar gue?" Datar Dion.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Fine, But It's Okay
Novela JuvenilTentang seorang gadis sejuta rahasia yang bertemu seorang laki-laki menyebalkan dengan sejuta misteri. Laki-laki yang berhasil membuat sang gadis kembali menemukan warna hidupnya setelah belasan tahun bermain didalam dunianya yang hitam putih. Akan...