8. Putus

56 6 0
                                    

Sudah beberapa hari ini Divo tidak masuk sekolah. Rasanya sepi. Tak ada lagi orang yang bisa membuatnya kesal sekaligus tertawa. Mungkin Divo sudah benar-benar tak perduli dengan Kania.

"Kania balik lagi kayak dulu. Dingin, jutek dan kaku" bisik stella namun Kania bisa mendengarnya.

"Hai, nanti pulang sekolah jalan yuk"
Ajak Dion yang tiba-tiba duduk di samping Kania.

"Sorry, gue lagi gak bisa"

"Kenapa?"

"Liat nanti aja"

"Ya udah gue balik ke kelas duluan ya"

Sebenarnya Kania sedang malas berpergian. Tapi, mungkin ini bisa membuat Kania sejenak melupakan Divo.

Bel masuk sudah berbunyi sejak 15 menit yang lalu. Pak Broto sedang menjelaskan materi hari ini. Tapi Kania tak fokus dengan pelajaran. Kania malah melamun seperti yang sering ia lakukan dulu. Pak Broto yang baik hati membiarkan Kania bermain dalam dunia imajinasinya. Kania terus memandangi bangku kosong dekat Alvi. Itu bangku Divo.

"Div, apa lo bener-bener hilang?" Batin Kania.
         
                           ***

Suasana cafe cukup ramai. Dion melahap makanannya sedangkan Kania cuma mengaduk-ngaduk minumannya.

"Kan, lo Kenapa?"

"Eh,mm gapapa kok"

"Kenapa lo gak seneng?"

"Seneng kok" Kania melakukan fake smile dan kembali menetralkan sikapnya. Kania memang ahli dalam menutupi suasan hatinya.

"Eh, gue ke toilet dulu ya" Kania meminta izin pada Dion lalu pergi.

Tak butuh waktu lama bagi Kania untuk pergi ke toilet. Kania kembali menuju tempat duduknya. Langkahnya terhenti ketika melihat Angga dan kawan-kawannya sedang mengobrol dengan Dion. Terlihat akrab. Kania yang penasaran berusaha menguping apa yang di perbincangkan oleh Dion dan Angga.

"Bro, gimana? Si Kania udah klepek-klepek sama lo belum?" Tanya Angga.

"Kayaknya sih udah tapi belum di tingkat atas masih di tengah-tengah. Susah banget dah buat luluhin tuh macan" ujar Dion.

Kania heran apa maksudnya?

"Kalo gitu lo rayu dia terus sampe dia luluh dan bener-bener fall in love sama lo. Nah kalo udah kayak gitu lo putusin dia deh. Gue mau lihat air matanya turun" ujar Angga.

Kania yang mendengarnya langsung naik darah dan ingin meninju Dion, Angga dan kawannya sampe lenyap dari bumi. Tapi Kania menahannya.

"Tapi gue kok jadi kasian ya sama dia" ujar Dion lemah.

"Jangan bilang lo cinta beneran sama si macan. Kalo iya, tuh jeep buat gue"
Ucap Angga meremehkan.

"Ya gak lah. Gue bisa bermain dengan profesional"

"Oh jadi gini? Lo nyamain gue sama mobil jeep rongsok punya dia?!" Kesal Kania.

Angga, Dion, Gerry dan Vino langsung memasang wajah gugup. Kania seperti orang kesetanan dan memukuli Angga dan Dion dengan segenap tenanganya. Meluapkan amarahnya. Rasa kesal karna telah di permainkan dan dijadikan bahan taruhan. Mungkin ini salh satu cara Amgga untuk menyakiti Kania. Merusak hidup Kania secara perlahan.

Semua pasang mata menyaksikan kejadian ini. Security berusaha melerai namun Kania terlalu sulit untuk mengontrol emosinya. Kania di usir oleh pemilik cafe karna Gerry melaporkan bahwa Kania membuat kerusuhan dan cari garangara duluan. Kania pergi dengan wajah merah padamnya dan hati menggebu-gebu bergejolak bak air mendidih.

I'm Not Fine, But It's OkayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang