9. Baikan

62 6 0
                                    

Kania berjalan melewati koridor. Kali ini suasananya berbeda. Angga mendekati Kania dengan tatapan sayu. Tak seperti biasanya. Tajam dan penuh kebencian.

"Lo kenapa?" Heran Kania.

"Kania, gu gue minta maaf banget sama lo. Harusnya gue bisa terima semuanya dan gak nyalahin lo. Gue ini laki-laki pengecut!"

"Maksud lo?"Harusnya gue terima kalo lo bilang nyokap gue yang pelakor. Nyokap lo gak salah. Lo sama gue cuma korban dari hubungan bokap lo dan nyokap gue" Angga menghela nafas berat. "Gue terlalu sayang sama nyokap sampe setiap kesalan nyokap gue anggap itu sebuah kebenaran. Maafin gue Nia. Lo mau kan maafin gue? Tapi kalo lo gak mau juga ga papa. Yang penting gue udah bicarain ini secara gentleman"

"Iya Ga, gue maafin lo kok. Maafin gue juga ya. Gue selalu mulai ngehajar lo duluan"

Kania san Angga berjabat tangan dan saling memberi senyum.

"Jadi sekarang kita sodaraan?" Jelas Kania.

"Iya" Angga tersenyum.

Kania senang kini dirinya dan Angga baikan dan menjadi saudara tiri yang akur. Kania menengok ke belakang dan mendapati seorang pria paruh baya yang dulu ia sayangi.

"Papa?" Kania melongo tak percaya.

"Iya sayang. Maafin papa ya" pria itu memeluk gadis kecilnya yang sudah dewasa.

"Pa?" Kania maaih tak percaya. Perasaannya campur aduk. Benci, kecewa, rindu senang semuanya menyatu.

"Papa masih inget sama aku?" Entah apa yang ada di fikiran Kania. Dia melepaskan pelukan sang papa yang dulu ia tunggu.

"Tentu saja sayang. Kamu adalah gadis kecil papa dan akan tetap seperti itu selamanya"

"Kamu kenapa? Kamu gak seneng?"

"Aku gak tau pa, semuanya menyatu"

"Papa ngerti nak"

"Maaf, aku mau pulang"

"Biar papa antar"

"Tidak usah terimakasih" Kania pergi dengan wajah tertunduk. Apa itu mimpi? Atau kenyataan yang hambar?.

Kania merogoh ponselnya yang di taruh di saku baju seragam. Tsrdapat 3 buah pesan masuk dari Evan.

Evan : Bin, lo buruan ke sini. Cafe rame banget. Gue ketetran nih.

Evan : Batu sini buruan

Evan : Bintang sayang sini

Kania terkejut membaca pesan terakhir. Apa segitu keteterannya sampe manggil Kania sayang. Cafe Kania memang sudah di resmikan 3 hari yang lalu dengan nama Bintang And Van. Nama Kania dan Evan. Kania buru-buru menaiki angkot yang membawanya menuju cafe.

***

"Lama banget sih lo. Curiga ngesot kesininya" kesal Evan.

"Lah, gue kan sekolah. Gak kayak lo bolos mulu"

"Malah ngeledek gua. Nih anterin ke meja no 8"

"Iye iye. Marah-marah aje lu"

"Sono buruan"

Cafe sangat ramai bahkan bisa di bilang padat. Sampe ada pelanggan yang minta duduk lesehan gegara gak kebagian duduk. Cafe udah berasa jadi tempat pengungsian. Kania tersenyum senang, cafenya sukses menarik perhatian para pelanggan. Selain tempatnya di desain semenarik mungkin, makanannya juga enak, murah plus no formalin. Soalnya ini racikan Kania dan Evan. Tak ada karyawan. Selain menjadi pemilik, Kania dan Evan juga rangkap pekerjaan sebagai pelayan. Bukannya pelit gaji. Tapi uangnya belum cukup buat bayar beberapa karyawan.

I'm Not Fine, But It's OkayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang