ϟ1ϟ

3.2K 147 6
                                        

ϟ1ϟ

“Lo lagi ngapain?” sentak seseorang dari belakang dengan menepuk pundakku. Aku menggeram, merutuk, lalu memberinya sumpah serapah dalam hati.

Ia mendaratkan pantatnya di atas bangku semen di sebelahku.

“Sibuk?”

Aku mengangguk pelan. Jariku sibuk men-secroll HP, mencari nomor seseorang yang akan aku hubungi. Lalu mendengus karena tak kunjung menemukan nomor tujuan itu. Sepertinya aku lupa menyimpan nomornya yang baru.

Aku melirik orang di sampingku dengan sudut mata, sedang menenggak air mineral langsung dari botolnya dengan mata terpicing.

“Kenapa?” tanyanya kemudian, memecah ruang lamunanku yang melebar seiring berjalannya waktu. Aku kira dia benar-benar memejamkan mata, tadi.

“Lo temennya Sakti? Minta nomernya dia yang baru.” jawabku cepat, tanpa bertele-tele. Matanya yang berwarna coklat gelap balik menatapku terkejut, lalu tanpa bicara mengambil ponselnya yang ada di saku celana seragamnya.

“Tapi, dia nggak bisa jemput elo hari ini.” Begitu katanya setelah aku sudah menempelkan ponselku ke telinga. Belum sempat aku mendengar nada sambung, tanganku yang mengangkat ponsel langsung terhentak ke bawah. Jengkel, aku menatapnya.

Kenapa dari tadi tidak bilang?

Lalu menempelkan ponselku lagi ke telinga. Nomornya tidak aktif. Berkali-kali aku meneleponnya, tetap tidak bisa.

“Nomornya bener nggak sih?!” gerutuku mulai habis kesabaran. Entah gerutuan untuk siapa.

“Bener, tapi hapenya mati. Lagi di service di konter, sementara ini dia lagi nggak pegang.” Jabarnya tanpa di minta. Aku menatapnya lagi, sebengis yang aku mampu.

“Kenapa dari tadi nggak bilang?! Ish, nyebelin banget sumpah.” Lalu bangkit dan berlalu pergi. Berjalan seorang diri melewati halaman sekolah yang sudah sepi tanpa siapa-siapa, dan berhenti sejenak di ambang gerbang yang separuhnya sudah tertutup. Kepalaku terdongak, langit sudah mulai gelap, campuran antara mendung dan matahari yang bersiap untuk tertidur. Menoleh ke kanan-kiri mencari tukang ojek, atau kendaraan yang sekiranya bisa mengangkutku untuk pulang secepat mungkin.

Dan belum apa-apa, gerimis sudah mengguyur. Juga suara mesin motor yang memenuhi indera pendengaranku.

ϟϟ

Awan dan KisahnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang