ϟ10ϟ

1.2K 113 0
                                        

Aku benar-benar merasa tidak nyaman di sini, di hotel ini, di resepsi ini. Bukan karena acara yang jelek atau membosankan, melainkan karena Guntur yang dari tadi terus mengawasiku sekalipun ada Sakti di sampingku. Sampai-sampai membuatku terpaksa harus menggandeng lengan Sakti kemana-mana, seperti orang yang takut hilang saja.

Herannya, Sakti itu sebenarnya sadar tidak, sih?

Hingga batas kesabaranku habis, aku mengadu pada Sakti, “Aku pengen pulang.”

Sakti menatapku dengan kening mengernyit. “Kenapa?” tanyanya heran.

Bibirku cemberut. “Kamu nyadar nggak sih, dari tadi saudara tirimu itu ngelihatin aku terus? Risih tau.” Aduku sebal. “Emang kamu nggak risih, gitu? Dia ngelihatin aku loh, pacar saudara barunya.”

Dan yang menjengkelkan, Sakti malah tertawa.

“Biarin aja. Bersikap normal aja deh, lagian aku yakin kok, kamu nggak bakalan berpaling dari aku.” Agak narsis rupanya, tapi ia mengucapkan dengan nada tenang. Membuatku jadi mengulum senyum dan menghadiahinya sebuah cubitan di pinggang.

Tapi sejak ia berkata begitu, aku jadi tenang.

Aku juga tidak tahu, kenapa ucapan Sakti dengan mudah dapat mensugestiku.

ϟϟ

Awan dan KisahnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang