ϟ5ϟ

1.5K 122 2
                                        

“Namanya sama uniknya loh sama lo.” Sesudah aku menyalin catatan biologi di papan tulis, Atha nyeletuk sambil menatapku. Aku menoleh padanya dengan satu alis terangkat, Apa?

“Cowok yang kemaren lo tanyain itu. Yang cakep, yang di kantin, yang ngeliatin kita, yang senyumin kita itu loh!” Atha menjawab heboh.

Aku menjulingkan mata. Kalau mengingatnya, aku jadi malu sendiri.

“Ooh.” Gumamku sambil menata alat tulis yang bertebaran di meja. Bel pulang sudah berbunyi nyaring sejak 3 menit yang lalu, kelas pun hanya ada aku dan Atha yang sehabis ini ada ekskul fotografi.

“Kok ‘ooh’ doang sih?” protes Atha manyun. Tangannya terlipat di atas meja, masih memiringkan kepalanya padaku. Sementara aku sendiri, lebih memilih untuk menyibukkan diri. Pura-pura, lebih tepatnya.

“Terus, apa?”

“Sumpah ya, Wan, gue bingung deh sama elo. Kalian berdua itu sering bareng, kemarin waktu di perpus kalian juga sempet ngobrol kan? Tapi kok nggak kenal sama sekali?”

“Dia tuh yang nyamper duluan. Temennya Sakti, mungkin.” Jawabku acuh tak acuh. “Jangan ngelihatin gue kayak gitu deh, risih tau.” Imbuhku sambil memutar mata.

Dia cemberut lagi, lalu nyengir dan sibuk mengotak-atik ponselnya. Tepat setelah aku memasukkan semua alat tulis ke dalam tas, ia menyodorkan ponselnya di depan wajahku.

Maksudnya apa, coba?

Aku hampir bertanya kalau saja lirikan mataku tidak tertumbuk pada isi ponsel itu. Twitter.

@GunturAR

Aku mengambil alih ponsel itu. Melihat sebuah akun twitter entah milik siapa. Avatarnya adalah wajah seorang cowok yang tampak dari samping. Rahangnya kokoh, hidungnya mancung, dan matanya mengarah pada langit yang di penuhi oleh tumpukan awan. Di bionya tertulis nama lengkapnya, asal sekolahnya, lalu quotes berbahasa inggris yang tidak tahu siapa pembuatnya.

“Follower gue tuh seminggu yang lalu.” Papar Atha dengan nada bangganya. Aku menoleh ke arahnya, lalu ke ponselnya, ke nama akunnya, ke bio-nya, lalu berakhir pada fotonya.

Jadi, namanya adalah Guntur Arezky Raeskal.

Cowok yang entah bagaimana bisa selalu muncul di hadapanku tanpa di sangka-sangka. Cowok yang membuatku sangat tertarik untuk menendang pantatnya agar pergi jauh-jauh dariku. Pokoknya, dia itu cowok paling abstrak, sok kenal, nyebelin, sok baik, sok ramah, sok kece, dan sok-sok lainnya.

“Cogan yah, Wan. Nggak heran sih lo belum kenal, dia kan anak pindahan. Lagian, yang udah setahun sekolah disini aja lo kagak kenal nama. Parah lu pikunnya.” Atha berdecak, terkekeh, lalu mengambil ponselnya yang ada di tanganku. “Yuk, entar terlambat ekskul.”

ϟϟ

Awan dan KisahnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang