“Atha, cowok yang itu, siapa sih?” suatu kali saat aku dan teman sebangkuku duduk-duduk di kantin sambil menikmati makanan, aku bertanya dan menunjuk seorang cowok yang duduk 3 bangku di samping kanan dariku dengan lirikan mata.
Atha yang tidak menangkap maksudku mengernyitkan keningnya dalam. “Yhang manha?” tanyanya dengan mulut penuh batagor. Aku menjulingkan mata, jijik.
“Itu? Yang lagi ketawa, nah, yang lagi minum es teh. 3 meja dari kita, sebelah kanan.” Jabarku sambil mengamati tingkah lakunya. Baru kali ini aku benar-benar mengamati wajahnya setelah kesekian kalinya kami bertemu.
“Yang mana sih, Wan? Bingung gue. Banyak kali yang lagi minum.” Tanyanya lagi membuatku gemas setengah mati. Belum sempat aku menjawab, ia sudah melanjutkan omongannya. “Ooh, yang lagi noleh kesini juga, ya?”
Hah?
“Yang lagi ngelihatin mejanya kita, itu? eh, orangnya malah senyum!”
Gubrak!
Mimpi apa aku ini? Dengan sigap, aku langsung menepuk lengannya jengkel. Harusnya, kalau ia sadar orang yang sedang di maksud menatap balik segera memalingkan muka. Bukannya dadah-dadah centil sambil nyengir lebar dan sesekali menoleh padaku.
“Ih, Atha! Ketauan kan, lagi ngomongin itu orang. Ya ampun! Parah ye lo.” Rutukku sambil menyuapkan sesendok batagor ke mulut. Mengunyahnya dengan bunyi decakan keras dan gigi yang bergemeletuk.
Atha nyebelin!
ϟϟ
KAMU SEDANG MEMBACA
Awan dan Kisahnya
Short StoryYang aku tahu, awan, hujan, dan guntur akan saling menjaga sampai kapan pun. Copyright© 2014 by Dian Aulia