Varen sakit

34 10 0
                                    

Di pagi yang cerah, burung burung berkicau dengan indahnya. Matahari memancarkan kebahagian seperti biasa, dan langit tersenyum semangat.

Seperti nya semua itu tidak mengganggu tidur cantik, Varen. Ia masih terperangkap dalam mimpinya. Setelah habis menangis dan menumpahkan semua kepedihannya, Varen langsung terlelap.

"Ren, bangun udah siang nih." orang di luar kamar Varen terus mengetuk pintu untuk membangunkan Varen.

"Mah, dia gak ada suara lo, " panik Jua.

"Masih tidur itu. Sebentar mamah ambil kunci cadangan. " Sya sya segera mengambil kunci cadangan di kamarnya.

Jimin yang mendengar kebisingan di samping kamarnya segera keluar.

"Ma, ada apa sih? " tanya Jimin yang melihat mamah nya menghampiri kamar Varen.

Merasa tidak dihiraukan Jimin menghampiri mereka berdua.

"Nih, jua"  kunci itu langsung diambil Jua.

Pintu kamar Varen langsung terbuka. Mereka bertiga langsung melihat gadis cantik yang masih bergelung dengan selimutnya.

"Kan sudah dibilang ia masih tidur, " Sya sya langsung meninggalkan kedua putra nya di kamar Varen.

"Masa masih tidur sih."

Jua langsung menghampiri Varen. Terlihat ada yang tidak beres dari Varen. Ia segera memanggil Jimin mendekat.

"Dia demam, " kata itu yang buat Jimin berlari menghampiri. Di pegangnya kening Varen. Panas. Dan wajahnya memerah, menambah ke hawatiran Jimin.

"Ren, bangun." usaha Jua membuahkan hasil, perlahan tapi pasti mata itu mulai terbuka perlahan.

Sakit, kata yang lolos dari mulut Varen. Mendengar hal itu mereka berdua terkejut.

"Apa yang sakit sayang." Jimin membelai halus pipi Varen dengan lembut.

Varen hanya bisa merasakan perlakuan Jimin. Ia kembali menutup matanya untuk lebih merasakan, ntah itu merasakan perasaan sakit, bahagia atau yang lain. Tiada kata yang kembali ia ucapkan hanya dapat mengeluarkan setetes air di ujung matanya.

"Ren, kenapa nangis?" panik Jua. Ia menyekat air mata Varen.

"Kak, bagaimana ini"

"Kita bawa kedokter. " Jimin dengan sigap mengangkap tubuh mungil Varen. Tetapi Varen menolaknya, ia hanya menggelengkan kepalanya.

"Jua, lebih baik kamu kebawah. Beritahu mamah kalau Aren sakit. Sekalian bawakan obat dan makanan."

Jua segera berlari kebawah. Ketakutan, kepanikan ia rasakan. Takut kehilangan.

Jimin dengan perlahan kembali menyelimuti Varen.

"Kak, dingin," ucapan pelan nya tetap dapat di dengar Jimin.

Dengan perlahan Jimin membuka bajunya. Ia melempar bajunya sembarang arah. Varen tidak melihat hal itu, karena matanya tetap tertutup. Hingga ia merasakan tubuhnya diangkat seseorang. Dan di bawa kedekapan hangat orang itu.

Pelukan yang begitu hangat, nyaman dan damai. Ia membiarkan kepalanya jatuh pada dada bidang sang pria. Mengirup aroma alami di pagi hari.
Hingga ia sadar, bahwa Jimin tidak memakai baju.

"Astaga, " kejut Varen melihat dada telanjang Jimin. Ia merasa pipinya benar merah sekarang.

" Kenapa buka baju?"

" Biar panas mu,  langsung tersalur pada ku," jawab singkat Jimin.

Jua yang melihat adegan tersebut marah, tidak suka. Tetapi ego itu ia hilangkan demi kesembuhan Varen.

"Ini, makanan beserta obat. Mamah sedang menelpon dokter"

"Kemarikan makanannya. "Jimin mengambil makanan itu dengan satu tangan dan tangan yang satu untuk memegang tubuh Varen agar tidak terjatuh.

"Sudah kamu siap siap sana. Kamu sudah terlambat." Jimin terus memerhatikan adiknya yang tidak melangkah pergi.

"Tidak, aku akan mengurusnya. "

"Jangan keras kepala, sebentar lagi ujian kenaikan kelas. Jangan biarkan pelajaran itu terlewatkan. Kalau kau tidak sekolah yang mengajarkan Varen siapa. "

Mendengar pernyataan Jimin, Jua segera melangkah keluar kamar.

"Ren, makan dulu ya. "

"Tidak mau. " dengan manjanya Varen malah lebih erat memeluk pinggang Jimin dan menyembunyikan wajahnya di dada Jimin.

"Jangan seperti itu, kamu harus sembuh. Kamu buat ku khawatir"

Varen mendongak melihat wajah jua. Ada kesengan yang terpancar dari hati varen. Ungkapan sederhana itu membuat hatinya berseri.

Akhirnya Varen mau makan. Dengan perlahan ia bangkit dari pelukan hangat itu, walau tidak rela. Suapan demi suapan ia telan. Setelah semua selesai ia kembali berbaring.

"Kak Jimin, mau kemana." tahan Varen yang melihat Jimin pergi.

"Mau kebawah, menghantar bekas makan mu."

"Tidak jangan, temani aku." Varen memegang erat tangan Jimin.

Jimin yang melihat itu senang. Ia senang dengan gadia manja.

" Baiklah." ia kembali meletakkan nampan di meja.

"Berbaring bersama ku"

Jimin segera berbaring di sebelah Varen.

"Apa tidak dingin? " tanya Varen melihat tubuh telanjang Jimin.

Jimin langsung menarik selimut untuk menutupi tubuhnya dan Varen. Ia membawa gadis itu kedekapannya. Hingga mereka berdua benar benar terlelap.

"Perlakuanmu, membingungkan Jimin." seseorang melihat dengan seksama adegan pelukan itu. Melihat kenyaman diantara mereka berdua. Ia kembali menutup pintu. Dan bersender di dinding.

"Hati ku luruh, melihat hal itu. Perasaan yang ku sangka tidak akan pernah ada tapi muncul juga"

Different (JioVaren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang