"Apakah kondisi nya baik baik saja dok," tanya Jimin khawatir sedangkan sang dokter hanya memberi anggukan sembari tersenyum.
"Jadi, apakah ada penyakit berbahaya dok yang menimpanya. " sesekali Jimin melihat kearah belakang, disana Varen terbaring.
"Dia terkena Psikosomatis," ujar sang dokter."Psikosomatis, penyakit apa itu"
"Psikosomatis adalah sebuah penyakit yang menggangu pikiran dimana para penderita menganggap ia menderita penyakit tertentu namun sebenarnya hanya pikiran dari penderitanya saja. Psikosomatis jika dibiarkan akan membuat sugesti dan membuat seseorang bisa mendapatkan penyakit fisik yang sebenarnya. Gangguan psikosomatis muncul karena faktor mental dari seseorang yang mudah mengalami rasa cemas dan juga stress.
"Saya fikir, jangan biarkan dia merasa cemas atau pun stress, karena kita belum bisa memastikan apa yang terjadi selanjutnya. " setelah kata terakhir ia ucapkan. Dokter itu meninggal kamar inap Varen.
"Cemas, stress." Jimin membuang nafasnya gusar. Ia menghampiri Varen yang tengah terlelap dalam tidurnya.
"Kenapa bisa begini Ren. " genggaman tangan Jimin makin erat di tangan Varen yang tidak terpasang infus.
Menatap wajah Varen itu kesukaan Jimin dari dulu hingga sekarang, walau ia harus memandanginya dari kejauhan. Ia tidak tau apa yang ia rasakan sekarang.
"Kenapa jantung ini berdetak cepat?"
Buk.. Pintu kamar, terbuka lebar. Orang yang membuka pintu itu segera berlari menghampiri Varen.
"Aren, astaga. Kok bisa seperti ini. " tatapan tajam diberikannya pada Jimin.
"Kenapa kau menatap ku seperti itu? "
"Kenapa, kau biarkan dia begini, " sedikit teriakan yang ia beri pada jimin.
"Maksud mu apa,heh!"
"Kau tidak bisa menjaganya Jimin." Emosi nya sudah tidak dapat dibendung lagi. Gepalan tangan nya sampai membuat kuku jarinya memutih, sedangkan wajahnya sudah merah padam.
"Bagaimana dengan kau. Berboncengan dengan pacar mu. Hingga membiarkan dia pulang dengan pria yang tidak ia kenal. Ini salah mu, Jua Firianda!" tegas Jimin.
"Baga--imana kau bisa tau! "
"Kakak mu ini, banyak mata mata. Oh maaf, mungkin sekarang aku bukan lagi kakak mu." Jua terkejut atas ucapan Jimin.
"Maksud mu." bukannya menjawab jimin malah mendekati Varen untuk sekedar mencium keningnya dan berjalan meninggal kan Jua.
"Akhh, kenapa jadi seperti ini? "
Jimin menyandarkan badannya pada dinding, setelah ia keluar "Apakah harus ada perkelahian?"
🔹🔹🔹
Pagi, dengan awan yang cerahnya, udara segar nya, dan cahaya indah nya memberikan semangat tersendiri pada Varen.
Duduk di kursi roda, memandangi taman yang masih sepi pada saat itu.
Ia terus mengirup dan mengeluarkan udara secara perlahan sembari tersenyum.
Udara yang segar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different (JioVaren)
FanfictionBagaimana rasa nya, jika hidupmu dipenuhi dengan kerumitan??. Keiza Varen, gadis sederhana yang memeliki sejuta cerita. Entah keberuntungan atau kesialan yang ia alami, hingga ia dipertemukan dengan 3 lelaki tampan yang memiliki banyak perbedaan. ...