Penjahat Kelamin

52 3 0
                                    

Kota Toulouse, 19 Juni 2013

Hujan deras mengguyur Kota ini. Lihat!! Betapa indahnya Kota ini, walau terkena hujan. Banyak orang yang menepi agar tidak basah. Ada juga orang yang melanjutkan perjalanan karena menggunakan kendaraan atau bahkan payung.

Menatap kaca yang buram akibat terkena percikan air, menghirup aroma kopi yang menghangatkan.

Benar kata kebanyakan orang. Hujan tiba, kegalauan pun datang. Memikirkan sesuatu hal yang pernah terjadi hingga menangis,mengikuti irama air yang turun dari langit.

Semua fikiran buruk terekam ulang di otak, berputar terus menerus. Antara menyesali atau mensyurkuri.

Vion Firianda, lelaki tampan dengan visual bak dewa. Terobsesi pada sang adik hingga hilang kendali. Karena perbuatannya, semuanya menjadi hancur. Ia mengubah namanya menjadi Sirentae F, ia tidak ingin menghilangkan nama belakangnya oleh karena itu hanya ia singkat.

Vion yang dulu telah hilang menjadi Sirentae, sang lelaki gila yang tidak ingin kekasihnya disentuh orang lain. Hingga ia rela mengurung nya di dalam rumah saja. Tidak memikirkan kejiwaan sang kekasih.

"Kamu gila V. Kejiwaan Varen terguncang," marah Lena.

"Gue tae," jawab V tanpa mau memandang wajah orang di depannya.

"Kamu boleh gak nerima atau bahkan sama sekali gak nganggep aku. Tapi jangan kaya gini dong."

"Varen mencintai gue. Mungkin dia hanya terkejut karena sentuhan gue, pas hari itu kan gue dalam keadaan gak sadar. Lama kelamaan dia pasti ingat gue." V mengambil kopi nya dan meniup pelan untuk menghilangkan rasa panasnya.

V yang lembut, pengertian. Berubah menjadi Tae, sang monster, penjahat kelamin. Karena sentuhannya pada Varen, membuat dia menjadi hypersex. Memang ia tidak pernah menyentuh Varen lagi karena kondisinya yang buruk, sehingga ia menyewa perempuan klub.

Kemana V yang dulu yang begitu menyayangi adiknya. Awalnya ia menyesal karena perbuatannya tetapi karena hal itu, dalama sekejab ia berubah menjadi orang yang sangat buruk. Sama sekali tidak pengertian!!

"Kamu tau, aku sedih saat tau kamu menjadi suami orang lain. Aku mencintai kamu sudah lama, cinta aku tulus, benar-benar tulus. Walau kamu hanya mengganggap aku sahabat. Tapi gak papa, aku ikhlas kamu bahagia.. " ia menarik nafas pelan karena air matanya tak dapat ditahan, V menatap Lena yang menangis hanya diam. Ia membayangkan kejadian beberapa tahun lalu.

"Tapi sekarang aku gak ikhlas, kamu bukan kamu yang dulu. Kamu bahagia, tapi enggak untuk Varen. Kamu mikir gak, kalau dia takut, menderita. V, ingatan Varen hampir sepenuhnya hilang karena dia depresi. Dia gak cinta sama kamu, lepas dia V. Kebalikan dia ke Indonesia. Aku yakin kesehatan dia pasti akan pulih kalau disana." Lena mengambil tas nya dan bangkit dari duduknya.

Sebelum ia pergi ia sempat berkata, "Jangan jadi orang egois. Kalau Tuhan tidak bisa membuat kalian bersama, cari lain jangan memaksakan." setelah itu Lena pergi dengan kesedihan yang terselubung.

V termenung menatap kepergian Lena. Seakan hatinya tersentil dengan perkataan Lena. Sebelum memikirkan kembali perkataan Lena, ia mengangkat Handphone nya yang berdering.

Shilla is calling...

Iya sayang.

Tae, kamu gak kerumah. Aku udah wangi lo.

Ia nanti aku kerumah.

Okeh. Cepat ya aku udah gak sabar.

Iya sayang.

Ia memutuskan panggilannya. Segera bangkit dan pergi kerumah Wanita sewaan itu.

Begitu penjahat kelamin. Ia sama sekali yang tidak memikirkan keadaan istrinya dirumah.

Apa lelaki semua seperti itu!!  Maksudnya, kalau belum dapat pasti akan mengejar, kalau sudah dapat dibiarkan begitu saja.

Perempuan mana yang tidak sakit hati. Mungkin ada perempuan di luar sana yang tidak mau lagi mengenal tentang cinta. Hingga ia beralih arah. Hingga ia menyukai sesama perempuan.

Kota Paris.

Jimin terus berdoa pada Tuhan agar bisa di pertemukan dengan Varen. Ia berdoa agar Varen dalam keadaan sehat.

Sebenarnya ia berangkat pada bulan Agustus nanti, tapi karena mimpi buruk nya mengenai Varen ia mempercepat keberangkatan nya.

Kak, tolong Aren. Aren gak tau dimana. Aren sakit. Aren capek. Aren pengen ketemu kakak. Kakak dimana. Cari Aren. Ayok cari.

Ia tidak tahu maksud mimpinya, ada Varen yang meminta tolong, Varen yang tidak tahu dimana dia. Ia semakin takut, ia marah pada V, ingin sekali membunuh saudaranya itu.

"Kak, jangan bengong ae napa. Laper ya," ucap Jua spontan.

"Apaan si, bocah gosah ganggu. Sana Kepo banget."

"Idih, ambekan. Yaudah aku mau nyamperin Tiara dulu." Jua langsung melangkahkan kakinya menghampiri Tiara yang ada di dapur.

Jua dan Tiara ikut mencari Varen. Jua telah berusah menghilangkan Varen dari ingatannya berkat bantuan Tiara.  Tiara, kekasih yang pengertian.

Jua melingkarkan tangan nya memeluk perut Tiara, hingga Tiara tersentak.

"Kamu kenapa? " tanya Tiara yang merasakan Jua menempel di lehernya.

Tiara menghentikan aktivitas mencuci piringnya. Ia berbalik sehingga menatap Jua.

"Kamu sedih kenapa? Varen pasti ketemu." Tiara memegang pipi Jua, mengelusnya. Melihat Mata Jua yang berkaca-kaca, ia segera memeluknya erat mengusap pelan punggung kekasihnya.

"Kamu jangan sedih, nanti aku nangis juga. Kalau kamu nangis siapa dong, yang ngasih semangat sama kak Jimin. Kamu mau aku, gak papa si kalau aku. Biar aku jatuh hatinya sama Jimin aja deh, soalnya kamu cengeng.. " belum sempat melanjutkan perkataannya Jua segera memotong.

"Gak boleh." Dengan wajah cemberutnya memberikan kesan manis pada dirinya.

"Jangan suka sama dia, sama aku aja. Gantengan aku tau." Jua mengurai pelukannya.

"Ia sayang."

"Masak yok," ajak Juan.

"Kamu emang bisa masak."

"Wes, selo anda. Aku bisa masak air tahu. "

"Idih paling gosong," cibir Tiara yang dengan sengaja mencubit pipi Jua.

Sepanjangan hidupku hanya ingin bersamamu disetiap waktu, disetiap waktu.

Sepanjang hidupku tak ku rela kan dirimu tuk tinggal kan aku, tuk tinggalkan aku.

Samar-samar terdengar lagu Pilot band, dari handphonenya. Mungkin ia telah mengelabui setiap orang akan tingkahnya. Tapi ketahuilah ia memang benar-benar stress, begitu banyak beban di otaknya.

Hingga lagu selanjutnya berputar....

Aku.....
Ingin engkau ada disini..
Menemani ku saat sepi..
Menemani ku saat gundah..

Berat..
Hidup ini tanpa dirimu..
Kuhanya mencintai kamu..
Ku hanya memiliki kamu..

Aku rindu setengah mati kepadaan mu..
Sungguh kuingin kau tahu...
Aku rindu..
Setengah mati..

Ia menyanyikan Reff dari lagu D'masiv, rindu setengah mati penuh penghayatan, sembari mengelus perut ratanya.

Hingga ia mulai mengantuk dan segera berbaring di kasurnya.
Sedangkan lagu itu terus berputar sepi, obat pengantar tidur.

Kalau gak bisa tidur  aku biasanya denger musik. Eh lama kelamaan tidur deh.

Ucapan itu terngiang di benaknya.

Perlahan matanya mulai menutup. Ia mematikan musik di handphone nya. Dan mulai masuk ke alam mimpi buruknya.

Where are you, Jimin?

Different (JioVaren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang