Sepi - Sial.

26 8 0
                                    

Sepi itu teman yang baik. Dia  yang menemaniku, hanya sepi yang bisa membantu. Bergumam sendiri, seakan sepi akan menjawab semua.

Duduk di bangku taman ini, menatap langit yang teduh, sungguh sempurna.

Dedaunan terus bermain dengan angin. Terombang ambing di udara. Burung terus berkicau bersama kelompok nya.

Kusapu mataku melihat sekeliling, banyak siswa siswi yang berlalu lalang. Bercengkrama dengan teman nya. Sedangkan aku, hanya bisa berbicara pada sepi. Tanpa tanggapan,tanpa saran. Setidaknya hatiku telah puas mengeluarkan kekesalannya.

Hingga aku merasakan ada yang memegang bahu ku, "Sudah, kucari kemana pun ternyata kau disini," kesalnya.

Aku terkekeh pelan, melihat wajahnya yang cemberut.

"Duduk dulu," pinta ku.

"Sedang apa si, kau disini? "

"Meratapi nasib, " jawab ku santai. Kulihat dia terkejut mendengar ucapan ku,selanjutnya ia memasang senyum indahnya.

"Sebesar apa sih penderitaan yang kau alami, " ucap nya, kemudian menatap lurus kedepan.

Aku tidak menjawab. Keheningan menerpa kami. Hingga ia kembali membuka suaranya.

"Ada masalah dengan siapa? "

"Tidak dengan siapa-siapa, " jawab ku kembali menerawang kejadian dua hari yang lalu.

"Kau boleh mengadu pada sepi. Tapi sepi itu tidak akan bisa memberi solusi, oleh karena itu kau akan berada terus dalam zona permasalahan mu. Bertukarlah sedikit padaku, agar aku dapat membantu keluar dari zona mu," ucapnya lembut.

Ingin aku menangis, mendengar penuturannya. Ternyata masih ada orang sebaik dia. Kami baru berteman sekitar tiga hari lalu, tetapi kami langsung menjalin persahabatan yang baik.

Aku tersenyum memandang wajahnya, "Aku suka sama dia, tapi di satu sisi seperti ada tembok besar yang menghalangi"

"Siapa?" tanya nya kembali.

"Jiofemin," jawab ku perlahan.

"Cinta pandangan pertama, " terkanya.

Aku hanya mengangkat bahu ku. Kehingan kembali menerpa kami. Aku tersadar ketika dia kembali membuka suara.

"Jangan di pikirkan. Biar kan mengalir bagai air. Ini hanya permainan waktu. Tugas mu, hanya berdoa, berusaha, dan tetap tegar karena kita belum tau akhir nya seperti apa."

Aku kembali mencerna ucapannya.

"Sudah lah, ayok ke kelas. Sebentar lagi lonceng." ia menarik tangan ku pelan dan kami meninggalkan bangku panjang tadi.

Disepanjang perjalanan menuju kelas kami hanya berdiam, tidak biasanya seperti ini fikirku, dia pasti ada masalah, sebab biasanya ia yang selalu memberi lelucon sederhana. Aku ingin bertanya apa masalahnya, tapi aku tak tau harus berkata seperti apa karena aku pun memiliki masalah.

Sampailah kami di kelas XII ipa 3. Terlihat sudah banyak siswa yang datang. Tidak lama kami sampai bel berbunyi dan pelajaran dimulai.

Selama berlangsungnya pelajaran, aku tidak dapat konsen. Terus memikirkan, seperti apa kedepannya kehidupan ku.

Ku lihat sang guru, sedang duduk dibangkunya setelah memberi kan kami tugas. Dengan berani aku membuka handphoneku. Membuka aplikasi whatsapp, ku lihat ada beberapa pesan yang belum sempat kubaca.

Aku membuka pesan dari Jua.

Semoga cepat sembuh, aku kesepian kau tidak sekolah.

Jua begitu perhatian padaku. Tapi kenapa seperti nya Jua menjauhi ku. Seperti tadi pagi ia tidak menyapa ku.

"Ren, hp mu matikan. Bu indra memperhatikan terus, "

Aku melihat kedepan. Benar saja dia memperhatikan ku, segera kumatikan hp ku dan memasukkan dalam laci.
Untung saja dia tidak menegurku.

"Pulang sekolah nengok tanding basket yok, sekalian lihat Jua."

"Astaga, aku lupa kalau Jua ikutan," sadarku.

"Makanya nanti kita nonton."

"Baiklah Tiara. " kami kembali mengerjakan tugas yang diberi.

-----------

"Ren, jadi kan?" tanya Tiara sembari memasukkan buku ke dalam tas nya.

"Jadi, tapi aku belum memberitahu ibu"

"Sudah gampang, pas diperjalanan aja kita hubungi"

"Baiklah ayo"

Sebenarnya aku cukup takut pergi sebelum meminta izin. Tapi disana nanti ada Jua. Aku akan aman bersamanya.

"Kita naik apa? "tanya ku bingung.

"Angkot lah," jawab Tiara dengan senyumnya. Aku cukup kaget, sebab sebelumnya aku belum pernah menaiki kendaraan itu.

Sebelum aku menolak, ternyata angkutan umun tersebut telah muncul. Kami menaiki angkot itu. Ternyata tidak seburuk itu naik angkot.

Pengalaman pertama yang mengasikan!!.

Setelah sampai di Sma Cempaka. Kami segera turun dari angkot dan membayar ongkos nya.

"Ramai juga ya." tatap ku kesekitar.

"Yaiyalah, udah ayok"

Sebelum ke lapangan Basket. Kami mengelilingi sekolah ini. Banyak sekali kami lihat anak sekolah lain, datang untuk menonton, juga dari sekolah kami.

"Eh, pemain kita mana ni?"

"Aku juga tidak tau. Kita ambil tempat duduk aja yok, sebelum gak ada." paksa ku menarik tangan Tiara.

Pertandingan berlangsung, terlihat tim kami bertanding dengan Sma Cempaka. Aku terus mencari keberadaan Jua. Ku lihat Jua sempat tersenyum ketika ada yang meneriaki namanya. Ternyata ia cukup populer.

Pertandingan berlangsung lancar. Tim kami unggul kali ini.

Jua, cetak terus.

Jua, semangat

Lovely Jua.

Aku mendengus kesal. Disini kan bukan kekuatan dia sendiri, tapi kelompoknya.

Pertandingan ini sungguh membosankan!!.

"Cemburu ya, " terka Tiara yang melihat ku kebosanan.

"Eh, gak la! "

Pertandingan hari ini Akhirnya usai. Di menang kan oleh tim sekolah kami. Aku akan mengucapkan selamat kepada Jua -ku..

Ketika aku mau menghampirinya di lapangan. Terlihat dia seperti berbicara pada seorang perempuan dengan akrab.

Oh tidak, mereka berpelukan!!. Tunggu, aku mengenal wanita itu tapi siapa?

"Ayo, samperin. Jangan bengong terus! " paksa Tiara.

"Udah kamu aja aku mau pulang. Gak enak badan." aku segera pergi dari tempat itu dan tidak memperdulikan Tiara yang meneriaki ku.

Sesampai di depan gerbang, aku segera menyetop taxi yang lewat.

Sial datang ke tempat ini!.

Different (JioVaren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang