Pulang

6 0 0
                                    

Hening menyelimuti mereka disepanjang perjalanan. Masih menerka-nerka apakah kejadian itu benar adanya.

"Aku gak nyangka, kamu bisa nikah sama tae," ucap jimin lirih.

Vera hanya diam dan menatap lurus kedepan.

"Ver kami semuanya mencari mu." sejenak terdengar hembusan nafas lirih dari jimin.

Perlahan vera melihat kearah jimin, matanya berkaca-kaca.

"Sekarang gimana kak, aku gak tau harus gimana." isak tangis Vera mulai terdengar.

Neni hanya menunduk dan tak sadar bahwa air matanya juga luruh melihat sang majikan bersedih. Di dekapnya si kecil Chika.

"Kita pulang ke Indonesia," tuntas Jimin.

Apa, aku bisa meninggalkan dia disini sendiri

"Ver kamu mau kan ikut aku pulang."

Vera hanya diam menunduk, "Ia kak aku mau"

Jimin tersenyum pahit menatap Vera. Ia yakin bahwa sebenarnya Vera enggan meninggalkan kota ini dan sepertinya karena pria brengsek itu.

▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫

"Ver, Vera," teriak V menggema di dalam ruangan itu.

Dia berlari dari satu ruangan keruangan lain mencari Vera. Tapi jejak keberadaan Vera tak sedikitpun ia temukan.

"Jangan- jangan. Gak mungkin,gak mungkin." V kembali berlari ke kamar. Ia membuka pintu lemari dengan tergesa. Menatap sendu lemari yang kosong.

"Vera," lirih V

Ia duduk dipinggir tempat tidur. "Ver beneran lo pergi."

Ia menatap ada selembar kertas di atas bantal. Perlahan ia baca surat itu, dan tak sadar air matanya turun begitu saja.

Kak, aku harus pergi. Berbahagialah  disini, jangan menemuiku kembali, karena aku tidak mau kembali terluka.

Dan aku mau kita pisah.

"Gak akan Ver, gak akan gue biarin lo pergi."

▫▫▫▫▫▫▫▫

"Nen, terimakasih sudah membantuku disini. Terimakasih juga telah menjaga Chika." ucap Varen tulus.

"Sama-sama buk. Udah tugas saya menjaga Chika."

Tak lama Varen, Jimin dan sikecil Chika memasuki pesawat yang tak lama lagi akan terbang.

"Hati-hati buk," teriak Neni.

Dari atas sini terlihat awan seperti berjalan. Dan kota terlihat sangan kecil.

"Kak, apa tanggapan ibu nanti."

Jimin menatap Vera dalam serta mengelus lembut surai panjangnya.

"Apapun yang terjadi nanti. Kamu harus cerita sebenarnya, jangan ada yang ditutupi."

Vera mengangguk. "Ia Kak"

"Oya bayi kamu, namanya siapa?"

"Chika kak, mau gendong."

"Emang boleh?"

Vera memberikan Chika kepada Jimin. Dan terlihat Chika begitu tenang dalam pelukan Jimin.

"Ngantuk ya nak." seperti seorang bapak yang menimang anaknya. Jimin mengelus punggung si kecil.

"Ih tidur dia," ucap Jimin senang.

"Cocok kamu jadi ayah kak."

"Chika panggil aku papah gak papakan," tanya Jimin.

"Gak papa kok."

"Chika anaknya papah."

Vera senang melihat Jimin yang antusias dengan anaknya, ia berharap tidak ada lagi masalah yang menerpa mereka.





Maaf ya udah lama banget gak update. Lagi sibuk banget sama tugas sekolah. Sekarang baru sempat Up deh.

Different (JioVaren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang