7

130 8 5
                                    

"AHHHH SAKIT. " ( ucap peria yang tak pernah kukenal itu)

Perlahan ia melemaskan pelukanya,  jari jarinya mulai melemah darah segar terus saja mengucur dibelakang punggingnya perlahan ia mulai mengeluarkan suaranya.

" tolong aku jangan tinggalkan aku, aku akan mati jika kau pergi. "(ucap peria yang tengah memelukku itu)

"apa maksutmu"( ucapku sambil merintih kesakitan karna pelukanperia itu)

" biarkanlah aku memelukmu sampai bajingan bajingan yang menikamku ini pergi dari sini. "
( ucap peria itu sambil merintih kesakitan)

" siapa yang kau sebut bajingan "
(ucapku penasaran)

" orang yang sudah membunuh ayah dan ibuku."( ucapnya merintih kesakitan)

Kesadarannya mulai hilang kini ia tak lagi memelukku dengan erat, kekutan yang kuat tadi kini hilang dari tubuhnya, tubuhnya tergeletak kaku dilantai perpustakaan yang lembab dan penuh debu segera aku lepaskan tangan peria itu yang menempel erat di punggungku darah segar terus saja keluat tak hentih hentihnya membasahi jubah hitam yang menutup wajhnya, perlhan aku bukak jubah hitam yang menutupi wajh peria tersebut, terlihat seorang peria dengan wajah yang sangat manis semanis madu dengan kelopak mata panda tengah terbaring kaku, 

"imutnya " (batin ku berkata)

Wajahnya yang tampan dan imut membuatku terdiam beberapa saat sampai pada suatu ketika terdengar suara ribut dari arah pintu masuk.

" baraaakkkk "( suara pintu di banting keras)

Suara pintu yang dibanting sangat keras membuatku terkejut perlahan aku mengintip dari balik rak buku tempat kami berada, mataku memerjap pelam melihat a 2 orang laki laki berbadan besar dengan banayak tato ditubuhnya dan 1 orang penjaga sekolah tengah menghadang mereka yang membut keributan dari pintu masuk , hal itu membuatku semangkin cemas dan gemetar ketakutan.

"Apa benar  yang dikatakan peia itu, apa mereka berdua adalah pembunuh apa yang harus aku lakukan" (kepalaku pusing memikirkan hal apa yang trngah terjadi sekarang)

Akhirnya tubuhku dan otakku mulai berpikir sedikit lebih jernih sesegerah mungkin aku membalut luka tusuk yang berada di punggung peria imut itu,  aku sobek ujung jilbab panjangku perlahan lahan agar tak menimbulkan suara beeisik, sementara itu petugas penjaga sekolah dan dua orang laku laki berbadan besar itu tengah berdebat,

"kalian tidak boleh memasuki wilayah sekolah ini. "( ucap petugas penjaga itu tegas)

"hai tua bangka jangan halangi jalan kami"(ucap salah satu peria yang berbadan besar itu)

"siapa kalian apa yang kalian mau"(ucap petugas itu cemas)

" kami mencari seorang bocah tinggi bermata panda disekitar sini. "( ucap peria itu kasar)

"apa kalian mencarai tuan zi tao"( ucap peria itu menunduk)

"iya kau tau dimana dia tua bangaka" (tanaya peria berbadan besar itu kasar)

" saya tidak tau dia tidak pernah kesini lagi sejak 4 bulan yang lalu"
(ucap penjaga itu ragu)

" BOHONG... Dasar pembohong cepat katakan dimana zi tao berada,.aku melihatnya masuk kesini tadi. "( tanya salah satu peria berbadan besar itu)

" aku tidak berbohong, banyak yang mengatakan kalau dia sudah meninggal 4 bulan setelah kematian ayah dan ibunya. "
( ucap petugas itu sedih)

" hahahhaha jelas jelas kami baru menikamnya tadi bagaimana dia mati 4 bulan yang lalu. "
( tawa peri berbadan besar itu terdengar seram)

GO TO CINA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang