12 ( dibalik)

92 9 0
                                    

" sudah cukup dari mana kau tahu hal bohong seperti itu,  itu semua tidak benar"

"jika itu bohong maka jelaskan kebenarannya"

" tidakbisa aku tidak bisa mengatakannya"

" dasar pendusta"

" Tao adikku kenapa kau tak mau percaya"

" sudahla kris, aku tak ingin mendengar ucapanmu "

Kris hanya terdiam tak mampu membantah perintah adik kandungnya itu. tak lama setelah perdebatan itu mereda mereka sampai  di sebuah tempat yang didingnya didominasi oleh warna putih, tempat itu adalah rumah sakit tempat yang paling aku benci dan takuti, tempat semua penderitaanku dimulai.

      dengan sangat tergesah gesah zi tao dan kris turun dari mobil. Dengan segera mereka membopong tubuh mungilku yang tak dapat merasakn dan melihat apapun lagi. tubuhku tak mampu melawan yang bisa aku lakukan hanya mengikuti langkah kaki mereka yang tergesah gesah.
Seseat mereka berhenti dan segera berteriak dengan sangat kencang.

Dokter.. Dokter.. Dokter..
(ucap kris)

Sekerumunan orang berbajuh putih mulai datang mendekatiku dilihatnya kondisiku yang tak lagi sanggup utk bergerak. Beberapa orang terus saja datang sambil membawa tempat tidur bergerak dan beberapa selang oksigen.
Dengan perlahan tubuhku di angkat dan dinaikkan ke atas tempat tidur tersebut tak lupa pula selang oksigen yang harusnya terpasang di hidungku, tapi tak mampu mereka pasang karna kain hitam yang menutupi wajahku.
Perlahan salah satu tangan peria berjubah putih itu mulai menyentuh kain hitam di wajahku.

"sedang apa kau? " ( tanya zi tao)

"kami harus melepas cadarnya jika cadarnya tidak dilepas oksigennya tidak bisa dipasang" ( jelas peria berbajuh putih tersebut)

" jangan" ( bantah zi tao)

" tapi tuan " ( ucap peria berbaju
putih)

"kubilang tidak usa ya tak usah... Kau kan bisa memasukkannya dari bawah tampa perlu mencopot cadaenya jika kau tidak bisa maka biar aku yang pasangkan "

" ucap zi tao kesal"

" Baik tuan"

" sini biar aku saja yang pasangkan"

Dengan sigap peria bernama zi tao tersebut memasangkan selang oksigen kehidungku. Tampa perlu melepas kain hitam di wajahku. Peria bermata panda itu sama sekali tak memperdulikan rasa sakit yang teramat dari punggungnya.meski aliran dara segar kini tak lagi mengalir dari punggungnya tapi rasa sakit bekas tusukan pisau tetap dapat ia rasakan.

" Dokter... Dokter...punggung orang itu berdarah" (ucap salah satu suster yang menanganiku)

"iya....punggung anda beedarah ikutlah dengan saya, saya akan menjahit luka anda" (ucap dokter)

" baiklah " (ucap zi patuh)

Tubuhku di bawah ke sebuah ruanngan yang dihiasi dengan cet putih polos ditemboknya dengan pembatas kaca antara pintu keluarnya.
Sementara itu kris duduk terdiam diruang tunggu sambil sesekali memperhatikan kondisiku yang tengah terlelap diaatas ranjang rumah sakit.
Sedangkan zi tao sedang berada dalam sebuah ruanng bedah untuk  melakukan oprasi pada bagian punggungnya yang terkena tikaman sebuah pisau besar.
  

      Tiba tiba seorang peria tinggi nan tampan datang menghampiri kris, dengan pakaian serba putih, orang itu terus berjalan mendekat kearah kris sambil membawa ampolop berlebel rumah sakit ditangan kanannya.
Peria berbaju putih itu tampak cemas dan hawarir perlahan dia mendangak den melihat diriku yang tengah terkapar diatas ranjang, kemudian dipalingkannya pandangan matanya padaku cepat dan dengan segera terfokus pada kris yang tengah asik memainkan telpon genggamnya. Perlahan ia mulai mengeluarkan suaranya.

GO TO CINA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang