Aku hanya diam seribubahasa tak mampu mengatakan apa apa, tubuhku haya pusing dan gemetar ketakutan, sampai pada suatu masa peria tampan yang tadinya terbaring kaku kesakitan kembali sadar dan berusaha untuk bangun. Sejenak gemetar di tubuhku hilang digantikan rasa bahagia karna peria tampan bermata panda yang tadi bahkan tak mampu menggerakkan bibirnya kini tersadar dan berusaha berdiri." jangan ganggu dia bajingan kurang ajar" ( ucap peria tersebut tegas)
"hahahaha lihat sepasang kecebong ini saling melindungi lucu sekali." ( ucap peria berbadan besar itu meledek)
Aku hany diam tak berdaya melawan 2 orang laki laki berbadan besar itu. segera aku bergegas membantu peria bermata panda itu beediri, tubuhnya masi terasa gemetar dan lunglai, sangat jelas bahwa dia memaksakan tubuh rampingnya itu utk bangkit dari lantai yang kotor dan lembab tersebut. Aku genggam tangan nya erat segera aku tuntun dia untuk berdiri, kini tangannya berada dipundakku tubuhnya terasa ringan dan enteng tak berdaya, perlahan dara kembali mngucur dari balik baju yang iya kenakan, segera ditutupnya kembli luka itu dengan tangan kanannya, hal itu sontak membuatku semangkin cemas, peria tampan bermata panda ini sudah kehilangngan banyak sekalih dara dalam tubuh rampingnya, wajahnya pucat tak berdaya telapak tanganya dingin seperti es seluruh tubuhnya gemetar kuat sampai sampai dapat terasakan olehku dengan tubuh yang tak mampu untuk bertahan itu di terus berusaha bangkit dan melawan bahkan hanya untuk sekedar berdiripun peria ini merintih kesakitan, melihat penderitaan yang dialaminya, membuatku teringat tentang ayah kandungku yang kini telah tiada masa masa saat ayahku merintih kesakitan dirumah sakit tampa pertolongan akibat kanker darah yang dideritanya terus saja terbayangkan olehku. Bulir bulir bening mulai mengucur keluar dari mataku terus aku pandang peri tampan yang kini merintih kasikitan, batinku tak mampu menahannya bulir bulir bening itu burkucuran semangkin deras keluar dari bola mataku, perlahan aku hapus bulir bulir itu, tak butuh waktu lama bagiku untuk kembali sadar pada situasi yang ada sekarang, segera kuseret kursi hitam yang berada di sebelah rakbuku yang berdekatan dengan tubuhku, kuletakkan tubuh peria yang tingah merintih kesakitan itu disana, .
" kamu sudah sadar istirahatlah disini"( ucapku penuh rasa iba)
" tak bisa ak... Akku... Harus membantumu. "( ucapnya sambil merintihkesakitan)
" tenanglah mereka tidak akan berani melukai wanita, kau tutup saja luka tusukanmu dengan kain bajumu agar darahnya bisa berhenti mengalir lagi"(ucapku menenangkannya)
"tidak aku bukan seorang banci yang bisanya menyusahkan wanita. " (ucapnya tegas)
" aku tahu jika kau terus bergerak luka tusukmu akan semangkin besar, turutilah kataku, sebentarlagi temanku akan datang" ( ucapku cemas)
Belum selesai aku bicara dengan peria bermata panda itu, kain hitam yang menutupi kepalaku sudah ditarik duluan oleh salah seorang lelaki berbadan besar itu, tarikannya begitu kencang sehingga membut rahang pipi kiriku membentur tembok yang lembab dan penuh debu, tak butuh waktu lama bagiku untuk bangkit sesegera mungkin aku berdiri meski dengan kaki gemetar dan tubuh pucat ketakutan, segera aku berlari kearah salah seorang peria berbadan besar itu dan dengan cepat aku langsung melayangkan tinjuku. Namun hal yang takku duga duga justuru terjadi, peria berbadan besar itu dengan sigap menangkis pukulanku dan memelintir tangan kananku,
"Krakkk" ( suara tangan kananku yang dipelintir)
"AAHHHH" ( teriakku kesakitan)
Nafasku mulai ter engah engah menahan sakit yang bukan main di tangan sebelahkananku meski sudah begitu peria berbadan besar itu tak kujung juga melepaskan tangan kananku ia justuru memelintirkannya semangkin kuat .
" AHHH SUDAH CUKUP "(ucapku kesakitan)
" hahahaha manis sekali "( ucap peria berbadan besar itu menjijikan)
KAMU SEDANG MEMBACA
GO TO CINA
Romance" aku seorang muslim, aku tinggal di cina" dimana islam merupakan agama minoritas disana aku harus bersabar dengan cobaan yang aku adapi dan tetap teguh menggunakan cadarku, aku akan terus memegang teguh perinsip hidupku meski jauh dari tanah airku...