masih hari keenam
04:00 p.m
herin melihat sekeliling, gadis itu tidak sadar kalau sekarang sudah waktunya pulang. sial, tadi herin ketiduran.
ia melirik jam tangan di lengannya. sudah pukul empat, dan suasana kelas benar-benar sepi. tidak ada orang, bahkan lucy juga tidak ada.
buru-buru herin keluar dari kelas, bagaimanapun ia masih parno kalau bisikan itu muncul, apalagi saat ini ia sendirian.
"ck, balik naik apa nih gue?" tanyanya pada diri sendiri.
bertepatan dengan pertanyaannya barusan, seonho serta guanlin tanpa sengaja melewati herin dan mendengar apa yang dibicarakan gadis itu.
"belum pulang, rin?" tanya guanlin ramah.
herin mengangguk seraya tersenyum. gadis itu tadinya ingin pergi, menjauh dari dua cowok di hadapannya ini. namun, guanlin malah memanggilnya.
"eeh rin mau kemana? bareng gua aja yuk, gua anter deh sampe rumah." ajak pemuda jangkung itu.
"ngg—"
"halah udah gapapa yuk, cepetan keburu ujan nih." ujar guanlin seraya menunjuk langit yang mendung.
herin mau tak mau mengangguk, menerina tawaran guanlin. walau sebenarnya gadis itu lebih mengharapkan tawaran seonho.
"gua duluan ya, ho." pamit guanlin ke seonho. "ayok rin."
herin berjalan di belakang guanlin, sebelumnya, ia dapat melihat ekspresi kecewa yang terpampang jelas di wajah seonho
"hati-hari, rin! kalo uda nyampe rumah, cek line dari gue ya!" seru pemuda itu.
saat seonho mengucapkan kalimat itu, beberapa detik kemudian herin mendengar bisikan lagi.
"bagus deh lo nggak minta balik sama seonho, tapi tetep, hati-hati di jalan ya."
suara itu entah kenapa jadi terasa familiar di telinga herin. herin seperti mengenalnya. ah, mungkin karena sudah hampir seminggu ia dihantui oleh bisikan tersebut.
"rin, ayok!"
guanlin yang sudah siap di depan motornya memanggil herin.
herin yang setengah sadar pun langsung menghampiri pemuda itu.
"gapake helm gapapa, ya? kita lewat jalan lain aja."
"gapapa kak." jawab herin seraya tersenyum simpul.
bersamaan dengan itu, mereka segera meninggalkan lapangan parkir sekolah dan melaju menuju rumah herin. sepanjang perjalanan, guanlin terus berceloteh ini-itu pada herin, intinya berbagai hal yang menurut gadis itu tidak penting. seperti betapa menyebalkan pak agusdi si guru musik serta mengomentari penampilan pemilik warung belakang sekolah—bu sunmi—yang kelewat cantik.
tiba-tiba sebuah ide terlintas di benak gadis itu, sebuah pertanyaan yang akhir-akhir ini ia pikirkan. herin mengulum bibirnya, ragu apakah ia harus bertanya pada guanlin—yang notabenenya adalah sahabat seonho sendiri atau tidak. tapi pada akhirnya, herin membuka suara.
"kak," panggil herin.
"hm?" guanlin menggumam dari balik helmnya.
"kenal natty gak?"
herin dapat merasakan nafas guanlin yang tercekat ketika ia mengatakan nama natty. memangnya ada apa dengan natty? gadis itu sebenarnya meninggal karena apa?
"kenal, tapi dia udah meninggal. ada apa emang?"
"kakak deket sama dia?"
guanlin tidak menjawab untuk beberapa saat sebelum ia menganggukan kepalanya.
"dia mantannya seonho. cuma itu yang bisa gue kasih tau. lo suka ya rin sama seonho?"
jujur, herin bingung. ia juga kecewa dengan jawaban guanlin. tapi gadis itu terus bertanya pada guanlin.
"kalo alasan dia meninggal, gak bisa dikasih tau kak?"
guanlin kaget, tidak menyangka jenis kata-kata seperti itu yang akan herin lontarkan. saking kagetnya, keseimbangan pemuda itu oleng. di detik selanjutnya dapat dipastikan bahwa guanlin dan herin jatuh ke aspal secara bersamaan.
mereka kecelakaan.
di waktu yang sama, ponsel herin bergetar.
:::aku ingin membuat kalian kepo jd ini up terakhir sampe jumat depan. dadah! <3
KAMU SEDANG MEMBACA
(1) whisper | seonrin✔️
Fanfiction[side story #1 of perche series] bisikan-bisikan itu benar-benar mengganggu. +lowercase © tteobokjin, 2018