Author POV
"Jadi? Kenapa rambutmu seperti ini?"
Pertanyaan Nathan sudah terdengar sebanyak tiga kali, tetapi Rou tetap terdiam tak ingin menjawab. Nathan membuang nafas dengan keras, ia tahu jika kekasihnya tak ingin mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Tapi ia tak bisa menerima jika Rou mengalami bullying disekolahnya.
"Tak apa-apa jika kamu tidak mau mengatakannya, Moon.."
Nathan dengan lembut menarik tubuh Rou kedalam pelukannya, dengan penuh kasih sayang pria itu merapikan rambut kusut Rou. Ditengah-tengah kegiatannya yang sekarang menjadi kegiatan favoritnya itu, Rou hanya bisa menatap botol minum yang sepertinya lebih menarik daripada menjawab pertanyaan Nathan.
"Tidak perlu kamu pikirkan lagi, Moon.. Kalau kamu tidak ingin mengatakannya, tidak apa-apa.." ucap Nathan lembut
"El tidak marah?" tanya Rou setengah bergumam
"Kenapa aku harus marah?"
"Rou bahkan membolos, dan juga membuat El panik." jawab Rou
"Hei, dengarkan aku.. Kamu adalah seseorang yang begitu penting bagiku, Moon. Memang kita baru bertemu, tapi jujur aku sudah merasakan perasaan yang begitu kuat padamu. Aku tak bisa mengatakan jika akan selalu melindungimu. Tapi aku berusaha untuk itu. Jadi, tidak perlu berpikir jika aku akan marah hanya karena dirimu tidak bersekolah. Pasti ada alasannya, bukan?"
Rou mengangguk, menandakan bahwa memang ada sesuatu yang terjadi padanya saat disekolah. Nathan hanya bisa memendam perasaan kesalnya begitu ia mengetahui jika gadis kecilnya telah mengalami hari yang buruk.
Pertanyaan polos dan sedikit ragu-ragu dari Rou membuat senyum lebar terbit dibibir Nathan. "El.. Apa Rou boleh meminta sesuatu?"
"Tentu saja, Moon. Apa yang kau inginkan?"
"Benarkah?" Rou begitu antusias saat mendengar jika Nathan akan mengabulkan keinginannya. Terlihat sangat jelas jika Nathan begitu gemas pada kekasihnya yang sangat bahagia saat dirinya mengiyakan pertanyaan Rou.
"Rou ingin sekali pergi ke Mall.. Rou belum pernah sama sekali kesana. Bolehkan?"
Seketika itu pula Nathan merasakan dirinya seperti tengah mendapatkan pukulan telak pada ulu hatinya. Rasanya sangat menyesakkan. Bagaimana bisa seorang gadis yang seharusnya menghabiskan waktu mudanya untuk bersenang-senang sepertinya tidak pernah memasuki sebuah mall yang bahkan baginya sendiri itu adalah hal yang sangat membosankan. Melihat Nathan yang terdiam, Rou merasa dirinya sangat tidak mengingat status dan tempat dirinya berada saat ini. Dengan cepat ia bergeser menjauh dan terus bergumam meminta maaf karena meminta sesuatu yang menurutnya tidak seharusnya ia minta.
Semua tak luput dari penglihatan Nathan. Pria itu bahkan harus menahan gejolak batinnya yang siap menyemburkan lahar panasnya pada orang tua kekasihnya sendiri. Pria itu menahan air mata yang siap meluncur saat berpikir bagaimana keadaan kekasihnya selama ini. Dengan penuh kelembutan ia menarik Rou dan mengucapkan kata maaf karena telah terlambat bertemu dengannya.
"Maafkan aku, sayang.. Maaf.. Seharusnya.. Oh Tuhan.." suara Nathan tercekat saat merasakan tubuh mungil yang berada didekapannya bergetar. "Kita akan kesana, oke? Kita akan berkeliling disana sepuasnya, membeli apapun yang kamu inginkan. Jangan meminta maaf lagi. Aku akan membawamu kemanapun yang kamu inginkan, Moon."
"El tidak marah? El mau pergi dengan Rou kesana?"
"Ya.. Sebelum itu, kamu harus mengganti seragammu terlebih dahulu." jelas Nathan
"Hmm?"
"Jangan berpikir keras, sayang. Aku akan membawamu ke perusahaanku terlebih dahulu, ada beberapa pekerjaan yang harus aku selesaikan. Tak apa, bukan? Disana nanti kamu bisa mengganti pakaianmu dan istirahat dulu."

KAMU SEDANG MEMBACA
My Moon
ChickLitBahagia dan juga ceria, dua sifat yang selalu gadis mungil itu inginkan. Gadis dengan wajah cantik namun tertutupi oleh rambut panjangnya dan juga kaca mata bulat miliknya membuat semua orang menyingkir tak ingin mendekatinya. Hingga semua terkuak m...