Bab 10

1.4K 145 12
                                    

Author POV




"Hati-hati oke? Kalau ada apa-apa, segera hubungi aku."

"Hmm.."

"Hahh.. Aku akan merindukanmu, Moon.."

"Mmm.."

Nathan terlihat sangat tidak menyukai apa yang tengah terjadi saat ini. Sebelumnya ia memang berpikir jika tidak mudah untuk membawa Rou agar tinggal bersamanya. Tetapi saat ia mendengar penolakan dari Ayah gadis yang saat ini tengah berada dipelukannya, saat itu juga ia merasakan perasaan yang bergolak antara marah dan juga khawatir.

Penolakan yang diberikan oleh Ayah Rou sejujurnya dibenarkan oleh Nathan sendiri, tetapi ia tetap tidak bisa memikirkan jika ia akan berpisah dengan gadis mungilnya ini. Terlebih ia merasakan jika keluarga dari gadisnya ini terlihat tengah menyembunyikan sesuatu darinya.

"Moon.. Kamu yakin tidak ingin ikut bersamaku saja?" tanya Nathan sekali lagi

"El.."

"Baiklah.. Aku menyerah kali ini.."

Tawa kecil seketika terdengar dari Rou yang tengah mentertawakan tingkah Nathan. Bagaimana ia tidak tertawa, jika dihadapannya Nathan tengah memasang wajah frustasi dan juga seperti anak kecil yang mainannya telah diambil. Sejujurnya Rou sendiri tidak ingin berpisah dari pria tampan yang membuat hatinya berdetak aneh setiap ia berdekatan dengannya. Tetapi, mengingat bagaimana raut wajah Ayahnya yang terlihat mengkhawatirkan dirinya mampu membuat ia sangat bahagia.

"Kamu mentertawakan aku, Moon?"

Nathan tak percaya jika saat ini dihadapannya ia bisa melihat bagaimana lepasnya Rou tertawa. Gadisnya begitu cantik saat tertawa lepas seperti ini. Sisi posesif dan protektifnya seketika meningkat hingga ia sendiri bingung untuk mengatasi perasaannya. Hingga akhirnya dengan tak sabar, Nathan langsung mencium bibir Rou dengan tiba-tiba.

Karena terkejut akan tindakan Nathan, Rou hanya terpaku saat pria yang kini tengah menciumnya menikmati kegiatannya. Hingga akhirnya ia merasa membutuhkan oksigen, dengan perlahan ia mencoba menjauh dari jangkauan Nathan. Namun, lagi-lagi pria itu segera memeluk pinggang rampingnya dengan erat.

"Akhh.. Sakit, Moon.."

"Bohong.." gumam Rou pelan

Senyum lebar terpasang dibibir Nathan saat melihat wajah Rou yang merona. Dengan lembut pria itu mencium pipi Rou sebelum ia berdiri dan menatap sekeliling ruangan yang disebut sebagai kamar oleh Rou.

"Jadi, Moon? Kamu serius dengan kamarmu?"

"Hmm.. Kenapa?"

Nathan terus meneliti isi ruangan yang hanya seluas 3m x 3m. Bahkan ia sendiri berpikir jika rumah seluas ini seharusnya memiliki banyak kamar luas lainnya, tetapi kenapa kekasihnya hanya mendapatkan kamar yang bahkan milik pembantu dirumahnya sendiri lebih luas dibanding kamar Rou.


"Kamu nyaman dengan tempat ini, sayang?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu nyaman dengan tempat ini, sayang?"

Kening Rou mengernyit saat mendengar pertanyaan Nathan. Pertanyaan itu membuat Rou ikut meneliti isi kamarnya yang terbilang cukup rapi. Kamar mungil miliknya yang selama 6 tahun ini selalu menjadi tempat teraman untuknya. Tempat dimana dirinya berkeluh kesah, dan juga menjadi tempat dimana dirinya berlindung dari dunia luar.

"Hmm.. Tentu saja, El.. Ada apa?"

"Ah, tidak.."

"Kalau begitu, El harus segera pulang.."

"Kamu mengusirku, Moon?" tanya Nathan dengan lesu

"Bukan, El.. Ini sudah hampir sore. Bukannya El harus bekerja?"

Nathan benar-benar tak percaya dengan apa yang ia dengar saat ini. Bagaimana bisa Rou masih tidak mengetahui siapa dirinya. Bahkan keluarga kekasihnya saja sudah mengetahui dirinya. Nathan dibuat gemas dengan tingkah Rou yang terkadang sulit untuk ditebak.

"Baiklah.. Kalau begitu aku akan pulang sekarang. Ingat pesanku, jika terjadi sesuatu segera hubungi aku." ingat Nathan lagi setelah memutuskan untuk menyerah membujuk Rou

"Iya, El."

"Ah satu lagi, aku akan selalu menjemputmu setiap pulang sekolah."

"Hmm.."

Setelahnya hanya keheningan yang meliputi keduanya saat mereka menuruni tangga menuju pintu depan. Saat melewati ruang tengah, terlihat Clara tengah duduk dengan pakaian santai yang begitu tembus pandang. Nathan sangat paham apa maksud dari Clara yang saat ini menatapnya dengan tatapan yang dengan mudah diartikan. Tetapi tidak mudah untuk siapapun menggoda seorang Nathanael. Dengan dinginnya Nathan berjalan lurus melewati ruang tengah itu seakan tak melihat siapapun disana. Hingga akhirnya mereka berdua bisa melihat mobil milik Nathan yang sudah terparkir dengan sopir pribadinya yang sudah membukakan pintu mobil dengan sigap untuk Nathan.

"Kabari aku segera, sayang. Aku merasa khawatir.." ucap Nathan sambil membawa Rou kedalam dekapannya

"Rou akan baik-baik saja, El."

"Tetap saja.."

"El.."

"Baiklah.. Kalau begitu, nanti aku akan menghubungimu begitu aku sampai dikantor.."

"Hati-hati, El.."

Setelah melihat Nathan pergi bersama dengan mobil mahal miliknya, Rou segera bergegas masuk kedalam rumah. Namun sebelum ia menutup pintu, suara Clara sudah terdengar bak lonceng pesakitan ditelinganya. Dengan tubuh yang gemetar, Rou berusaha untuk tetap menatap sang kakak yang kini dengan angkuhnya berdiri dihadapannya.

"Jadi? Sudah berani merayu pria diluaran sana, huh?!"

"Tidak.."

"Hahh!!!! Kau ini tidak tau diri ya?!!!"

Tarikan keras pada rambut panjang Rou membuat gadis bertubuh mungil itu meringis kesakitan. Seharusnya ia sudah tahu jika inilah akibat yang harus ia terima. Tetapi tetap saja, bagaimana bisa ia menahan rasa sakit jika tubuhnya selalu mendapatkan perlakuan seperti ini.

"Clara?"

Suara Selenna terdengar begitu wanita paruh baya itu menuruni tangga dengan langkah angkuhnya. Berkat kehadiran Selenna, perbuatan kasar Clara dapat berakhir. Rou benar-benar berharap jika kehadiran Selenna bisa membuat Clara tidak bersikap kasar padanya, karena ia mengingat jelas jika Selenna begitu lembut padanya hari ini.

Lagi-lagi. Untuk pertama kalinya. Rou benar-benar menyalahkan kelahirannya didunia ini. Tidakkah ia bisa mendapatkan kebahagiaan? Itulah yang ia pikirkan saat ini. Saat dimana ia berharap jika sosok Ibu yang dapat melindunginya, tetapi semua hanya harapan. Saat ia berpikir jika lebih baik ia mendapatkan perlakuan kasar dari kakaknya sendiri dibandingkan tamparan keras dan juga caci maki dari sang Ibu yang kini ia rasakan.

"Lebih baik jika kau itu menyusul pelacur sialan itu!!!! Aku benar-benar menyesal membesarkanmu!!!!!"



Tbc....

My MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang