Author POV
"Sakit, Ma.."
"Apa? Sakit?!! Kau masih bisa mengatakan sakit?!!!"
"Mama.. Sakit, Ma.."
Isakan Rou sama sekali tak didengar. Bagaimana bisa Mamanya sendiri menginjak telapak tangan Rou dengan sadisnya. Bahkan rambut gadis itu masih berada dalam genggaman kuat Clara. Hingga suara berat milik seseorang dari belakang tubuh Rou terdengar.
"Ada apa ini?"
Suara tegas itu membuat Rou berharap sepenuhnya. Ia berharap sosok sang Ayah akan membelanya. Cukup kali ini saja. Ia benar-benar lelah. Tak bisakah ia merasakan kasih sayang dari kedua orang tuanya?
"Papa.. Lihat, Rou bahkan berani membawa pria asing kerumah kita."
Keluhan manja dari Clara membuat Rou tak percaya dengan apa yang ia dengar. Jelas-jelas tadi saat ada Nathan dirumah mereka, tak ada yang menolak kehadiran pria itu. Tetapi kini? Apa maksud dari Clara sebenarnya?
"Sudahlah. Lebih baik kita sekarang pergi keluar untuk makan malam."
"Wahhh?!!! Benarkah Pa?!!"
"Iya.. Jadi Clara, sebaiknya kamu segera bersiap-siap."
Saat mendengar itu, dengan cepat Clara menghilang menuju kamarnya yang berada dilantai dua. Berbeda dengan Selenna yang memang sepertinya sudah bersiap sebelumnya. Dengan angkuh, Selenna melangkah mendekati sang suami dengan tetap menginjak tangan Rou yang lainnya.
Ringisan sakit tak terdengar sama sekali. Wajah cantik Rou terlihat tanpa ekspresi. Hingga tendangan dari sebelah kiri tepat mengenai pipi gadis itu.
"Sana pergi!! Lagipula Papa ngga akan ngajak kamu keluar!! Kamu itu cuma bikin malu kalau diajak keluar!!"
Clara. Kakaknya itu benar-benar berkuasa. Dengan perlahan, Rou bangun dari dinginnya lantai yang sejak tadi menjadi saksi bisu ia mendapatkan siksaan dari orang-orang yang disebut keluarga olehnya. Dengan jalan yang terlihat pincang, gadis itu berjalan menuju kamarnya yang terletak dibelakang.
"Cih. Benar-benar membuatku muak saja." ucap Clara angkuh
"Sudahlah, lebih baik kita segera berangkat saja.." kata Selenna manja
"Yayy.. Ayo Ma.. Nanti aku boleh shopping juga kan Pa?"
"Iyaa.."
"Yeeesss!!!"
*******
Lelah.. Sungguh ia lelah dengan semuanya. Begitu mencapai kamar, Rou segera berbaring di ranjang kecilnya. Isakan kecil terdengar, beberapa detik kemudian isakan itu menjadi sebuah tangis yang membuat siapapun yang mendengarnya akan tahu jika Rou sangat kesakitan. Gadis itu sangat membeci hidupnya. Masih dengan baju yang sama saat ia terakhir kenakan tadi siang, gadis itu terlelap. Terlelap bersama mimpi buruk yang selama ini menemaninya.
Tepat pukul 7 gadis itu terbangun dengan penampilan yang sama. Berantakan. Dengan perlahan, ia menuju dapur. Ia sangat lapar. Ini bahkan sudah malam, tetapi kenapa rumah terasa sangat sepi. Begitu ia berada didapur, ia segera mengecek makan malam. Kosong. Ah, ia lupa jika semuanya sedang makan diluar. Pasti mereka akan pergi hingga malam. Saat hendak membuka kulkas, ia mendengar keributan didepan. Ia sangat mengenal suara-suara diluar. Papa, Mama dana Clara. Dengan cepat ia bersembunyi dibawah meja makan. Ia takut akan mendapatkan siksaan lagi dari Mama atau kakaknya.
"Pa. Kapan sih Papa usir Rou?"
"Clara.."
"Ck. Aku sudah muak melihatnya dirumah, Pa. Mama juga kan?" suara Clara terdengar begitu manja
"Bagaimana pun juga dia adikmu, Clara.."
"Tapi, Pa.."
"Selenna, kenapa kamu diam?"
"Memangnya apa yang perlu aku katakan lagi? Jelas-jelas kamu memang akan selalu membawanya kemanapun, bukan?"
"Selenna.. Bukan seperti itu. Bagaimana pun juga dia anakku."
Mendengar kata-kata itu, senyum Rou mengembang. Ia sangat bahagia. Papanya. Papanya menyayangi dirinya. Saat hendak keluar dari tempat persembunyiannya, kata-kata Selenna membuatnya membatu.
"Anak yang tidak sengaja lahir, bukan? Anak yang tidak diharapkan sama sekali. Atau mungkin anak yang lahir karena suatu kesalahan?"
Deg.
"Sudahlah, Selenna.. Lebih baik tidak usah membahas itu lagi. Ayo kita istirahat saja. Ini sudah malam."
"Ck. Jadi memang anak itu tidak diinginkan, Pa? Dan ia masih bisa bersikap tidak tahu diri seperti itu? Dasar menjijikkan."
"Setidaknya Papa sudah membesarkannya, Clara. Sudahlah. Ayo kita masuk."
Apa yang ia dengar sudah cukup membuktikan siapa ia sebenarnya. Selama ini ia hanya ingin tahu penyebab dibalik semua kekejaman kakak dan juga Mamanya. Kini ia paham. Kenapa Papanya tidak pernah menjemputnya saat pulang sekolah, bahkan menyambutnya.
Dengan air mata yang mengalir deras dari kedua mata indahnya, Rou keluar dari tempat persembunyiannya. Langkahnya begitu lemah, ia terasa tak memiliki tenaga. Hatinya seakan hampa. Kosong.
Dengan berbekal tas pemberian Nathan, Rou memasukkan semua buku pelajaran dan juga beberapa baju sekolah ke dalam kantong plastik. Hanya itu yang ia miliki. Lampu kamarnya sengaja ia tidak hidupkan. Ia takut. Takut untuk mendengar kata-kata menyakitkan lainnya jika Mama atau Clara mengetahui ia tidak tertidur.
"Terima kasih, Pa.. Maafkan aku jika selama ini menjadi penghalang kebahagiaan Papa dan Mama.. Aku menyayangi kalian. Walaupun Mama bukan Ibu kandungku sekalipun.."
Setelahnya ia pergi meninggalkan rumah yang selama ini menjadi tempatnya bernaung. Pintu belakang rumah mewah milik Rou terhubung langsung dengan jalan besar yang berada dibelakang kompleks rumahnya. Ia bisa melihat jika keadaan jalan sangat sepi. Ia sadar jika saat ini sangat berbahaya untuk pergi dari rumah. Namun, hatinya mengatakan jika ia harus segera meninggalkan rumah itu sebelum hatinya hancur karena berbagai rahasia lainnya.
"Aku harus kemana sekarang?" gumam Rou pelan sambil menatap barang-barang bawaannya
Ia memilih berjalan menuju ujung jalan kompleks. Namun saat ia hendak beristirahat sejenak, sebuah tangan merebut kantong plastik miliknya hingga membuat ia segera mencari siapa pemilik tangan itu.
"Orion?"
"Hai !"
*******
Maaf telat update..
Huhuuuu.See you,
Ghege sipenulis badmood
KAMU SEDANG MEMBACA
My Moon
أدب نسائيBahagia dan juga ceria, dua sifat yang selalu gadis mungil itu inginkan. Gadis dengan wajah cantik namun tertutupi oleh rambut panjangnya dan juga kaca mata bulat miliknya membuat semua orang menyingkir tak ingin mendekatinya. Hingga semua terkuak m...