II

2.1K 317 20
                                    


Kang Daniel berjalan sambil menggeret koper ditangan kiri dan tangan kanan memegang topi kebesarannya dengan tatapan lelah. Selama perjalanan menuju parkiran bandara, pandangan kagum dan sapaan terus datang padanya. Ia terlihat tidak peduli dan terus berjalan lalu memilih memasang kacamata hitamnya demi menghindari tatapan mata yang makin lama makin banyak dan intens.

"Halo," sapanya segera setelah meletakkan ponsel ke telinganya.

"..."

Ia menghentikan langkahnya,
"Daniel masih capek bu, ini barusan landing," katanya lirih.

"...."

"Iya," Daniel lalu melanjutkan langkahnya ke tempat parkir. Sesekali ia menghembuskan nafasnya berat. Malam ini, ia akan bertemu calon istri yang sama sekali tidak dikenalnya. Sebenarnya, Daniel sangat ingin menolak perjodohan ini. Ia masih 28 tahun, masa depannya masih panjang. C'mon, ini Korea jaman kapan nikah pake jodoh-jodohan segala. Dengan tampang begitu, sekali winkeu juga ciwy-ciwy udah ngantri jadi istrinya.

"Selamat sore, Capt," sapa Seonho, Co-pilot Daniel di penerbangan kali ini. Daniel cuma mengangguk lalu masuk ke mobil. Ia segera melajukan mobilnya ke rumah.

---

"Kamu mau kemana pake baju kaya gitu?" tegur Tae Oh, ayah Daniel melihat anaknya turun cuma pake celana kain pendek, kaos oblong sama jaket bomber. Danielnya bodo amat dan langsung nyelonong keluar tanpa memperdulikan kata-kata ayahnya. Sekedar info, Tae Oh ini tentara juga dan pangkatnya sama dengan ayahnya Sejeong cuma beda matra. Youngjoo AD, Tae Oh AU.

"Kamu masih marah sama ayah?"

"Sudah, daripada dia gak pake baju. Ayo berangkat," ibu Daniel menenangkan suaminya yang sudah mengeraskan rahang menahan marah.

Keluarga Kang berangkat menggunakan 2 mobil. Daniel pergi dengan mobil hasil keringatnya terbang gila-gilaan. Ia juga punya apartemen pribadi tapi masih kosong soalnya Daniel ini anak tunggal jadi ibunya takut putra kesayangannya ini gak pulang.

Sesampainya di kediaman keluarga Kim, Daniel langsung dipeluk ibunya Sejeong. Sedangkan para bapak-bapak reflek salaman.

"Daniel makin gagah ya, kaya ayahnya," Daniel yang cuma tersenyum tipis. Ia lalu masuk mengikuti para orang tua yang sudah jalan duluan.

"Je! Turun, nak," teriak Minhee, ibunya Sejeong. Dan yang turun bukanlah Kim Sejeong, calon istrinya Daniel yang ditunggu banyak orang, tapi Jaehwan.

"Iya bu," sahutnya sambil mengucek matanya lalu menguap.

"Ibu bukan manggil kamu,"

"Lha ibu bilang 'Je' gitu, nama aku juga ada Je-nya bu, Oi bro," sapa Jaehwan lalu duduk di samping Daniel.

Tak lama Sejeong turun dan langsung duduk disamping abangnya.

"Gimana? Adek gue cantik kan? Dokter pula," Jaehwan merangkul pundak adik kesayangannya diikuti tawa dari para ibu dan bapak. Daniel cuma senyum tipis lalu mengalihkan pandangannya ke pembicaraan orang tua. Sejeong mengamati Daniel dari atas sampai bawah.

Bener nih si Daehwi, ya Allah masa gue harus nikah sama tentara model kaku begini. Rugi waktu rugi hati dah, ketemu tentara lagi.

"Kalian mau langsung akad apa pake pacaran dulu sebentar?" Haesu, ibu Daniel bertanya setelah menyesap tehnya pelan.

"Terserah ibu," jawab Daniel datar tanpa melihat Sejeong sama sekali.

"Lo beneran nikah, dek? Gila, gue di langkahin," celetuk Jaehwan dengan nada tidak terima, "Bu, Hwan balik ke kantor dulu ya," pamit Jaehwan lalu pergi kembali ke kantor.

"Kamu nya gimana, Je?"

"Terserah, bu," jawab Sejeong pasrah. Sepertinya dia tidak bisa lari dari perjodohan laknat ini.

"Yasudah, bulan depan kalian akad ya. Mulai besok kalian siapin perlengkapan nikah kalian,"

"Daniel cuma bisa 2 minggu ini bu, sisanya ada jadwal," katanya datar lalu mengambil cangkir teh dan menyesapnya.

'Buset, dia beneran tentara apa gimana? Belum nikah aja gue udah ditinggal, orang cantik emang banyak cobaan, ya Allah.' batin Sejeong dalam hati.

Setelah membahas rencana pernikahan, keluarga Kang pamit pulang. Sejeong melihat kepergian Daniel dengan perasaan campur aduk. Kalo mapan, kenapa dia mau dijodohkan? Tapi kenapa juga bukan dirinya yang menolak perjodohan ini? Bagi Sejeong, Daniel terlalu tampan buat ditolak. Apalagi usia mereka yang terpaut 4 tahun membuat Sejeong merasa yakin bahwa Daniel bisa mengemong dia yang emang masih seperti anak-anak.

---

Drrt drrt

Sejeong membuka matanya, meraba hapenya sambil mengumpulkan kesadarannya yang masih tertinggal di alam mimpi.

"Halo," ucapnya serak tanpa membuka mata sama sekali.

"..."

"Siapa?"

"..."

"Belum, iya ini mau sholat,"

"..."

"Iya,"

tutt tutt telepon diputus.

Sejeong kemudian bangun dan berjalan ke kamar mandi untuk mengambil wudhu. Tadinya, ia sempat kesal karena Daniel menelponnya hanya untuk menanyakan dia sudah sholat subuh atau belum. Tapi karena sudah jamnya ia bergerak juga. Lumayan, calon imam yang baik.

Sejeong baru saja menutup matanya, suara mobil masuk terdengar jelas. Biasanya, setelah sholat Sejeong akan kembali ke alam impiannya.

"Jeong, turun nak. Daniel dibawah," ucap Minhee yang menyembulkan kepalanya disela-sela pintu kamar Sejeong. Sejeong menggeliat malas, bisa-bisanya Daniel datang jam segini.

"Jeong!!!"

"Iyaaaa!"

Sejeong turun dengan mata setengah terbuka hanya untuk melihat Daniel yang sudah duduk di sofa tamu jam 5 pagi dan cuma pake tank top. Iya tank top. Kaos yang gaada lengannya itu. Yang belel sampe perut Daniel keliatan kalo dari samping.

"Ayo!"

TBC

Fyuhh, update ini dulu ya ;) lagi butek nulis part-part terakhir Caravan :'( jadi sorry kalo gak dapet feel-nyaaa😂

chèrie || •kdn×ksjTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang