III

1.9K 338 40
                                    


"Ayo!" ucap Daniel datar melihat Sejeong yang masih teronggok bingung. Iyalah bingung, subuh-subuh gini mau ngapain?

"Mau kemana?"

"Jogging. Aku tunggu 15 menit," kata Daniel cuek lalu duduk kembali di sofa. Sebenernya tadi Daniel sempet berdiri dan akan menarik tangan Sejeong. Tapi, berhubung Sejeongnya masih pake piyama motif babi kesayangannya, alhasil kapten pilot kesayangan kita kembali duduk.

15 menit kemudian, Sejeong turun dengan setelan olahraga. Rambutnya di kuncir tinggi biar gak lepek kena keringat. Sebuah tas kecil juga bertengger di pinggangnya. Daniel langsung ngacir begitu lihat Sejeong berdiri disampingnya.

Sejeong bolak-balik menguap sambil liatin Daniel yang udah lari kayak orang gila. Dari belakang, Daniel kelihatan sangat wonderful. Dengan tank top dan celana pendeknya, tak lupa handphone yang ia letakkan di lengan untuk mengukur detak jantung. Padahal Sejeong sendiri yang memang dokter jarang peduli dengan kesehatannya. Katanya sih, di kehidupan nyata orang yang paling tidak sehat itu ya dokter. Mereka tiap jam, tiap detik harus siap menolong pasien. Resiko tidur cuma 2 jam atau makan roti kemarin sudah biasa. Hal ini berlaku dikehidupan Sejeong, dulu. Pas jaman kuliah.

Daniel sesekali menoleh kebelakang hanya untuk melihat Sejeong yang jalan sambil ogah-ogahan. Dia menghembuskan nafasnya berat lalu menghampiri Sejeong.

Diam. Daniel cuma diam saat tubuhnya berhasil sejajar dengan calon istrinya yang berjalan sambil merem. Iya merem. Dan,

Bruak

Tubuh Sejeong menabrak Daniel yang sengaja berdiri didepannya. Mau sampai kapan dia jalan kayak orang gila gitu, pikir Daniel.

"Udah melek?" sindir Daniel dengan nada ketus. Sejeong cuma nyengir aja dengernya. Malu cuy, ini fers taim mereka keluar bareng dan Sejeong malah membuat kesan pertama yang konyol depan Daniel.

Sejeong kemudian duduk di bangku taman paling dekat dengannya. Ia tertunduk lesu. Antara malu sama kecewa udah disindir Daniel.

"Maaf," cicit Sejeong pelan. Daniel menghembuskan nafasnya berat dan ikut duduk disamping 'calon istrinya'.

"Haus? Aku beliin minum sebentar. Kamu tunggu disini," Daniel kemudian pergi ke mesin penjual otomatis dan membeli 2 botol minuman isotonik. Sepanjang jalan kembali ke Sejeong, tatapan para gadis ABG mengiringinya. Ada yang bisik-bisik sampe teriak saking gantengnya Daniel.

Daniel menyodorkan sebotol minuman ke Sejeong yang langsung ditenggak sampai habis tak bersisa. Danielnya cuma geleng-geleng kepala melihatnya.

"Daniel," panggil Sejeong takut-takut.

"Hm?"

"Kamu matra apa?"

"Matra?"

"Iya, kamu tentara kan? Laut, darat apa udara?"

Daniel mengernyit. Jadi Sejeong tidak tahu kalau ia captain pilot paling tampan di Korea? Blue Korean Airlines patut berbangga hati karena Daniel menerima pinangannya untuk jadi pilot di maskapai paling laris negara di semenanjung Korea itu.

"Aku udah wamil tapi bukan tentara aktif." ucap Daniel tegas. Dia cukup muak dengan profesi yang selalu dibanggakan ayahnya. Sebenarnya, Daniel lolos saat direkrut AU. Saat wamil, ia juga tidak jauh-jauh dari udara. Tapi, entah kenapa dia tidak suka berhubungan dengan negara atau sebagainya.

"Terus? Kamu beli beras darimana?" tanya Sejeong polos.

"Ada, yang penting halal."

Sejeong terlihat berpikir. Sedetik kemudian dia memutuskan untuk bodo amat dengan pekerjaan Daniel. Yang penting, nanti dia dikasih makan. Udah.

"Kamu mau foto prewedding kapan? Aku cuma ada waktu sampe minggu depan," ucap Daniel setelah meminum mpockarinya.

Sejeong menoleh, "Kok mendadak? Kamu emang mau kemana?"

"Kerja,"

"Yaudah pas kamu pulang kerja kan bisa,"

"Aku pulang seminggu setelahnya, terlalu mepet,"

"Lo ngepet?" celetuk Sejeong yang langsung menggeleng cepat saat Daniel menatapnya tajam, "Maaf salah denger. Gak gitu, kok lama banget?"

Daniel memandang Sejeong lekat. Ia lalu meletakkan kepala Sejeong didadanya.

"Kan aku kerja juga demi kita, Je," Sejeong kaget dong. Ini mereka baru ketemu kemarin malam dan sekarang Daniel udah main skinship aja. Mana sksd pula. Intinya dia sedikit risih.

---


"Sejeonggggggg, abang Jaehwan hereeeeee~~" pekik Jaehwan saat membuka pintu ruangan Sejeong. Tatapan seorang pemilik anjing beserta anjingnya langsung mengarah ke Jaehwan yang kini menggaruk tengkuknya canggung.

"Oh maaf saya kira ini sudah jam makan siang," kata Jaehwan kikuk. Wali pasiennya Sejeong hanya menunduk hormat. Jaehwan lalu duduk di samping adiknya yang sedang memeriksa telinga anjing maltese di depannya.

"Kung sudah sehat, tinggal menghabiskan antibiotiknya saja biar infeksinya segera sembuh," kata Sejeong lalu mengusek-ngusek pasiennya. Jaehwan mengamati pekerjaan adiknya. Sebagai abang, kadang dia bingung. Orang se-barbar Sejeong bisa-bisanya jadi dokter hewan yang lemah lembut gini.

"Jadi, lo bakal beneran nikah?" tanya Jaehwan lamat-lamat. Sejeong mengangguk.

"Ngelangkahin gue sebagai abang lo?" Sejeong mengangguk lagi.

"Katanya gak suka, gak setuju," sindir Jaehwan lalu memasukkan sepotong daging panggang kemulutnya.

Sejeong mengendikkan bahunya pelan, "Ya mau gimana lagi, mungkin ini udah takdir gue,"

"Ngomongin takdir lo. Kasihan kalo suami lo tau dia cuma milikin badan istrinya, bukan hatinya,"

"Gue udah ngelupain dia, Hwan," potong Sejeong cepat. Tapi percuma.

"Sudahlah adikku tercinta, gue tahu kalo lo masih sayang sama mantan terindah lo itu. Jangan sampe kisah cinta pangeran Charles sama Lady D kejadian sama lo," mandat Jaehwan. Sejeong cuma menunduk lesu sambil menyuap beberapa potong daging kasar.

"Tapi gue yakin dia bakal bahagiain lo, dek. Meskipun mukanya macam triplek goreng, gue rasa dia bertanggung jawab,"

"Apa gunanya kalo gue biasa aja,"

"Witing trisno jalaran soko kulino,"

Sejeong melempar selada ke muka Jaehwan yang sudah 2 hari tidak mandi, "Ngomong naon sih,"

TBC

Maaf lama updatenya :) Selamat berpuasa bagi yang menjalankan😸

chèrie || •kdn×ksjTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang