Perang Dan Runtuhnya Dinasti Heba

18 3 0
                                    

Sesampainya di Kota Labuhan Heba yang merupakan Ibu Kota Kerajaan Samatrah di bawah kekuasaan Suku Heba, aku dan Guru Dahlan segeran menuju Kamar Sewa Alung Naga.

Ternyata sang pemilik dan pelayan tuanya sudah menunggu ke datangan kami, aku langsung menghampiri pelayan tua tersebut, yang ternyata merupajan pamanku.

Dengan penuh semangat aku memeluk dan mencium tangan Gilang Nasakti pelayan tua yang menyapa dan mengajakku berbincang dikala aku belum mengetahui siapa diriku.

Tuan Guru Dahlan juga berkelakar akrab dengan Pamanku ini, ternyata mereka juga sudah lama saling kenal.

Alasan Tuan Guru Achamad menyuruhku perginke Samatrah dari Malaka menuju Jaring Halus ternyata tepat, sebab Jaring Halus adalah merupakan tempat bermukimnya orang orang Malaka, dan di lindungi oleh perjanjian antara Kerajaan Samatrah dan Kesultanan Malaka.

Aku, Guru Dahlan, Pamanku dan Tuan Alun aku memanggilnya, berbincang santai sambil melepas penat perjalanan menempuh Kota Labuhan Heba dari Jaring Halus.

Tuan Alun memberitahu kepada kami bahwa dalam waktu dekat akan ada invansi yang akan dilakukan Kerajaan Ingland dan Portnorth, dikarenakan Raja Samatrah yang baru naik tahta mengusir perwakilan kedua Kerajaan sekutu Jendral Scoot dan Fabio.

Tuan Guru Dahlan beranggapan jika penyerangan dilakukan Samatrah akan menjadi sebuah medan peperangan yang mengerikan, pasukan Kerajaan tidak kuat di Laut namun kekuatan angkatan darat Samatrah tidak bisa dianggap remeh.

Aku begitu penasaran dengan sosok Tuan Alung, kenapa ia mau membantuku dalam mengambil alih hak hak keluargaku dan suku ku yang telah dianggap punah karena kalah di Samatrah, namun aku berpikir positif mengenai sosoknya.

Satu teko kopi dan sepiring gorengan menemani kami berbincang, langit sore memerha pemandangan khas kota pelabuhan menemani kami kala itu.

Perbincangan hangat sore itu harus terhenti dengan teriakan dari beberapa masyarakat yang berlari tunggang langgang sambil berteriak.

" Kapal perang musuh tiba.....! Selamatkan diri pergi cari perlindungan"

Serentak kami semua keluar dan melihat apa yang sedang terjadi, ternyata dari kejahuan terdengar dentuman suara meriam dan asap akibat kapal yang terbakar.

Pertempuran antara pasukan laut kerajaan Samatrah sedang terjadi, terlihat bendera pasukan Laksamana Ranggali berkibar dan dari jauh terlihat pasukan kerajaan Ingland dan Portnorth dengan panji panjinya.

Satu demi satu kapal perang kerajaan Samatrah hancur dan tenggelam, sepertinya kekuatan musuh lebih besar, yang tanpa di duga kerajaan Ingland dan Portnorth membawa satu lagi kekuatan barat untuk menginvansi Samatrah, terlihat panji kerajaan Spania.

Tiga Kerajaan besar menyerang satu Kerajaan yang bernama Samatrah, sebuah peperangan yang tidak seimbang pikirku dalam hati.

Tuan Alun menyarankan agar aku dan rombangan segera pergi bersama Pamanku menuju tempat yang hanya ia dan Allah yang mengetahuinya.

Lagi lagi aku terkejut dengan pernyataan Tuan Alun kenapa ia juga mengetahui hal seperti itu yang Alm Atok, dan Guru Achmad yang mengucapkannya kepadaku.

Tanpa berpikir panjang aku dan rombongan segera pergi bersama Pamanku menuju tempat yang aku sendiri tidak pernah mengetahuinya.

Peperangan di Laut Samatrah terjadi dengan sengit, utusan dari Samatrah ternyata sudah di kirim ke Malaka untuk meminta bantuan Kesultanan Malaka menghadang angakatan laut dari kerajaan barat.

Di tengah kalapnya angkatan laut Samatrah harapan muncul, dari kejahuan mereka melihat angkatan laut kesultanan Malaka, terlihat panji panji Kuning khas Malaka berkibar, tanpa ada aba aba apa pun pasukan Kesultanan Malaka melancarkan serangan kepada angakatan laut musuh yang menyerang Samatrah.

Samatrah Bumi MalayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang