Kota Tuha kami biarkan kosong tanpa penghuni, aku hanya meninggalkan 12 orang prajurit yang bertugas memantau pergerakan musuh.
12 orang prajurit ini aku intruksikan harus bisa dan jangan sampai terlihat musuh, sehingga musuh menganggap Kota Tuha adalah kota mati tanpa kehidupan.
Setiap hari aku menerima informasi apa pun itu dari Kota Tuha yang aku terima di Kota Biru Biru sebagai basis perlawanan menggunakan jasa seekor elang yang terlatih.
Informan di Kota Datar memberikan informasi bahwa pasukan musuh akan melakukan serangan besar besaran ke Kota Biru Biru.
Pasukan tambahan telah di kirimkan dari masing masing kerajaan yang bersekutu untuk menaklukan Samatrah.
Kehadiran pasukanku adalah sebuah rintangan kecil menurut kabar yang aku terima dari informanku di Kota Datar.
Suku suku kecil yang dahulu tertindas oleh suku Heba di jadikan sekutu oleh Kerajaan Barat yang terdiri dari Ingland, Portnorth dan Spania.
Suku suku kecil di Samatrah di berikan jabatan di pemerintahan boneka Kerajaan Barat, serta di berikan fasilitas hidup yang mewah.
Isu yang berkembang di kalangan masyarakat Kota Datar, aku sebagai keturunan Mulia Djohan sudah bersekutu dengan Jendral Amangpun dan akan membantunya membangun kembali Kerajaan Samatrah di bawah dinasti Heba, dengan imbalan aku akan mendapatkan separuh wilayah Samatrah dan adik perempuan Amangpun yang bernama Mahligai.
Pihak musuh dalam hal ini Kerajaan Barat, menebar fitnah agar masyarakat tidak simpatik kepada pergerakan yang aku lakukan.
Ketakutan disebar oleh musuh agar masyarakat Samatrah tidak mendukung pergerakan yang aku lakukan, ketakutan akan kembali di perlakukan semena mena dan dianggap sebagai masyarakat kelas bawah di hadirkan di tengah masyarakat.
Kapal kapal dengan muatan penuh pasukan melabuh jangkar di pelabuhan kota Labuhan Heba yang kini berganti nama menjadi Port Samatrah.
Menurut informasi dari mata mata yang aku utus, ribuan prajurit beserta senjata dan perlengkapan telah sampai di Samatrah.
Di bawah Komando Jendral Franco yang menggantikan Jendral Scoot, pasukan musuh yang kini menamai diri sebagai pasukan pembebas Samatrah di bawah bendera Persatuan Dagang Uropa mulai menyusun strategi untuk menyerang Kota Biru Biru.
Aku pun mulai menyusun siasat agar mampu menahan gempuran musuh dan membuat musuh kembali menjauh dari Kota Biru Biru.
Kota Tuha sebagai jalan menuju Kota Biru Biru aku persiapkan sebagai tempat awal menghalau musuh dengan membuat berbagai rintangan yang bisa memperlambat langkah pasukan musuh menuju Kota Biru Biru.
50 orang yang menurutku sudah hanya bermodal semangat agar tidak terjajah aku kirimkan ke garis depan di Kota Tuha memperkuat 12 orang prajurit yang terdiri dari prajuritku dan pengawal setia Mangeso Daso Raja Samatrah yang sudah tak bertahta.
Pasokan prajurit hanya bisa di dapatkan dari warga masyarakat Kota Biru Biru yang mayoritas memasuki usia tua.
Aku mulai menghitung jarak lontar dari setiap meriam yang aku miliki, berharap dengan strategi ini bisa menghalau pergerakan ribuan musuh yang siap menyerbu.
Memanah adalah kemampuan yang aku berikan kepada 50 prajurit yang aku perbantukan ke garis depan.
Sebab jika melakukan perlawanan secara frontal sudah pasti dengan hitungan detik 50 orang prajurit akan dengan mudah meregang nyawa.
Tiga bulan setelah berhasil membunuh Jendral Scoot dan membuat pasukannya lari kocar kacir menuju kota Datar, Kota Biru Biru menjadi benteng terakhir dan mula pergerakan yang aku lakukan.
![](https://img.wattpad.com/cover/148192410-288-k876365.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Samatrah Bumi Malaya
Historical FictionKesultanan Samatrah dan penguasa yang hilang, kekuasaan dan tahta tidak akan pernah tertukar.