BAB 6

52 6 0
                                    

I’ve been lost in your memories for a long time. But when I open my eyes, I only see your back
Hope and hope - Kim Na Young (English translation)

📜📜📜📜

Saat mendengar bunyi alarm dari ponselnya, Panca langsung menyibak selimutnya. Ia lalu melirik jam yang tepat berada di nakas sebelah tempat tidurnya.

Ia sudah terlambat.

Panca mandi secepat yang ia bisa. Lalu ia berpakaian secepat yang ia bisa. Ia juga melajukan sepeda motornya secepat yang ia bisa.

Walaupun jalanan kota cukup padat, ia berhasil membelahnya dengan pintar.
Saat di tengah perjalanan, ia baru terpikir akan sesuatu. Kenapa ia sangat buru-buru seperti ini? Harusnya ia santai saja. Bahkan ia seharusnya senang karena membuat Ara menunggu.

Sesuai dengan dugaannya, Ara sudah duduk manis di depan halte sambil berkali-kali melirik ke arah jam tangannya.

Hari ini Ara tampak berbeda. Tidak seperti hari-hari biasanya. Panca sampai rela membuka kaca helmnya demi memastikan bahwa itu benar-benar Ara atau tidak.

Hari ini Ara memakai kemeja kotak-kotak hitam putih dengan rambut yang digerai. Sekarang ia tahu kenapa Ara terlihat berbeda. Rambutnya yang biasanya dikuncir kuda sekarang digerai. Entah kenapa itu malah terlihat.... Cantik.

Ia bilang apa? Cantik?

Sekarang ia benar-benar yakin bahwa pikirannya sudah korslet.

Panca berhenti tepat di depan Ara.
Ara membetulkan posisi rambutnya lalu berteriak, "Eh, kunyuk! Katanya jam 9, ini udah jam berapa? Jam setengah sepuluh nih."

Panca melepas helm dan juga merapikan rambutnya. "Biasa, orang Indonesia, sukanya ngaret. Kayak nggak tau aja."

"Tapi nggak setengah jam juga kali!"

"Iye, iye, maap. Udah cepetan naik." Panca menepuk-nepuk jok belakang sepedanya dan menyerahkan helm kepada Ara.

Ara memasukkan ponsel yang sempat dipegang tadi. Ia lalu menerima helm yang disodorkan oleh Panca. Hidungnya mencium bau aneh.

"Eh, ini helmnya bau gini!" protes Ara tak terima. "Tuker dong sama helm lo!"

"Emang bau apa? Siniin helmnya." Ara menyodorkan helm itu. Panca lalu mencium bau samar yang menempel pada helm itu. "Yaelahhh, ini bau pomade gue."

"Pomade?!?!" pekik Ara dengan suara nyaring. Ara memelototkan matanya tak terima. "Tuker sama helm lo dong! Gue nggak suka bau kayak gini!"

"Rewel banget sih jadi cewek." Panca menjawab dengan ketus. "Kayak nggak pernah punya pacar aja." Kali ini Panca memelankan suaranya.

"Apa lo bilang?!?!" Dan sialnya Ara mendengarnya.

"Nggak nggak apa-apa." Panca buru-buru menetralkan ekspresi wajahnya. "Kalo lo pake helm pake gue sih nggak apa-apa. Tapi helm gue ini malah lebih bau lagi. Mau?"

"Nggak deh makasih."

"Yaudah, cepetan naik." Ara pun menurut. Ia segera naik ke atas motor Panca.

Dalam perjalanan, hanya terdengar deru angin dan suara mesin kendaraan lainnya. Tidak ada suara yang Ara keluarkan. Panca yakin, pasti sekarang Ara sedang sibuk menutupi hidungnya karena bau pomade yang masih setia melekat di helm yang ia pakai ini.

Panca menyadari sesuatu. Ada yang memegang ujung jaketnya.

Ara.

Entah kenapa, itu membuatnya mengembangkan senyuman kecil.

5 Things Of Her [on-hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang