BAB 12

47 3 0
                                    

Saat kamu melihat sisi yang berbeda pada orang lain. Maka saat itu juga kamu akan berubah.
-uwansy-
📜📜📜📜📜

Peluh keringat semakin membasahi leher dan punggung Panca. Rambutnya yang sebelumnya kering, sekarang sudah basah akan keringat. Rambutnya berubah menjadi acak-acakan. Tapi itu tidak mengurangi kadar ketampanan yang ada padanya.

Tangannya berkali-kali mengayunkan raket dengan keras. Tanpa kok. Ia hanya memegang raket karena ini hanya latihan gerakan smash. Sambil meloncat-loncat, ia mengerahkan semua tenaganya tanpa henti. Begitu juga dengan teman-temannya.

Sesekali matanya melirik ke arah pinggir lapangan. Wanita itu masih duduk di sana. Memandanginya dengan serius. Lalu saat ia menyadari bahwa Panca melirik ke arahnya, ia melambaikan tangannya. Panca membalasnya dengan mengangguk dan tersenyum.

“Jangan dilihatin terus. Si Kei nggak bakalan ilang kok.”

“Idih siapa yang ngelihatin terus?” kilah Panca.

Kei memandang Panca dengan seksama. Keringat yang mengalir di lehernya membuatnya terlihat semakin keren. Rambutnya yang acak-acakan malah membuatnya semakin terlihat tampan. Senyuman Kei tiba-tiba terbit begitu saja. Hanya dengan duduk manis melihat panca saja. Bisa membuat dirinya senang.

Setelah latihan smash selesai, mereka memutuskan untuk istirahat sebentar.

Mahesa menepuk-nepuk tangannya di udara. “Silahkan istirahat lima menit, setelah itu kita lanjut latihan buat tanding ganda putra.”

Sesuai dengan perintah dari Mahesa, semua anak mulai istirahat. Mereka berjalan ke pinggir lapangan untuk sekedar meneguk air minum. Panca pun begitu. Ia berjalan menghampiri Kei.

Panca mengambil handuk kecil miliknya dan mengusap-usap kepalanya yang basah akan keringat. Lalu ada satu tangan yang terulur kepadanya.

“Ini diminum dulu, ya.”

Panca mengambil botol air mineral yang disodorkan kepadanya. “Makasih, ya.”

“Emang ya harus latian sekeras itu? Kayaknya otaknya Mahesa udah rada gesrek deh,” gurau Kei.

Setelah meneguk air mineral itu Panca menjawab, “Emang semua olahraga latihannya kayak gini." Panca menaruh botol itu tepat di sebelahnya. "Ini masih badminton, belum kalo olahraga renang. Beuhh, itu latihannya di air terus. Lama-lama badannya bisa ada sisiknya kali, ya.”

Tawa Kei dan Panca berderai seketika.

“Iya, terus nanti jadi putri duyung.”

“Tapi nanti kasihan, pasti ditaruh di Sea World Ancol, hahaha.” Panca memukul-mukul pahanya sendiri sambil tertawa kencang.

“Boleh tuh dicoba.”

“Lo aja.”

“Lo aja.”

"Udah gue aja.” Suara Akil tiba-tiba terdengar. “Ayo balik latihan, nggak usah kayak orang pacaran. Ganggu pemandangan aja.”

“Bilang aja lo sirik, Kil.” Panca kembali meneguk air, lalu menyerahkannya kepada Kei. “Tungguin gue ya, Kei.” Panca tersenyum manis. Lalu meninggalkan Kei yang juga tersenyum kepadanya.

Selama Panca latihan, mata Kei terus tertuju kepadanya. Matanya tidak berpaling sama sekali.

Entah berapa waktu yang Kei perlukan lagi untuk menyembunyikan ini semua. Semua rasa yang perlahan tumbuh di dalam dada. Tanpa alasan, tanpa sadar itu tumbuh semakin besar. Yang pastinya ia akan merawatnya. Walaupun itu artinya harus menyembunyikannya dari dunia.

5 Things Of Her [on-hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang