Bab 6

44 4 0
                                    

Gila memang! Lelaki bernama Arka yang Sara kenal dulu tidak seagresif ini ketika berhadapan dengan perempuan. Tapi kenapa Arka yang ini malah kayak lelaki yang kurang belaian kasih sayang?!

Jadi merinding sendiri Sara membayangkan apa yang akan dilakukan oleh Arka selanjutnya. Cukup Arka yang sok kenal dengan bertanya satu pertanyaan yang membuat Sara bosan dan duduk disamping Sara sekarang bukanlah hal yang bagus.

"Lo ngapain malah duduk disamping gue sih?!" kata Sara membatin. Ogah kalau harus menghadapi Arka dengan satu pertanyaannya yang membosakan.

"Harusnya lo jawab gue, seriusan nggak punya mulut emang?"

Itu pertanyaan yang Sara maksud, sepanjang dari awal Arka mendekat ke arah Sara, hanya pertanyaan itu yang dia tanyakan kepada Sara. Sampai Sara muak dan sama sekali tidak menjawab pertanyaan tersebut. Lebih memilih untuk diam dan berpura-pura tuli.

"Nanti lo budek beneran loh,"

"Bodoamat, Arka. Bodoamat."

"Lo mau sok jual mahal sama gue ya?" tanya Arka mulai bosan kalau harus dihiraukan seperti ini.

"Anjrit! Sejak kapan? Sejak kapan gue mau sok jual mahal sama lo?! Dideketin sama lo aja gue ogah!"

Gelengan kepala Sara tiba-tiba terjadi, entah kenapa, dia jadi was-was sekarang. Si Arka kesambet apaan sih bisa sampai kepedean tingkat dewa begitu?

"Biasanya nih ya, cewek-cewek itu selalu seneng kalau gue deketin. Tapi kenapa lo enggak ya? Apa gue kurang ganteng buat lo?" kata Arka super pede dengan raut muka yang Sara pastikan bisa bikin dia kejang-kejang sekarang.

Siapa sih yang kuat kalau harus diperlakukan seperti ini oleh Arka? Sara mau angkat tangan saja sekrang, tidak kuat iman lama-lama sama tingkah konyol Arka.

"Lo nggak ngerti ya? Kalau ada orang diajak ngomong tapi nggak jawab, berarti orang itu nggak mau ngomong sama lo." Ujar Sara menyuarakan apa yang ada diotaknya.

Lalu Arka menyeritkan dahinya, "Lo nggak mau ngomong sama gue? Serius?!" Kata Arka super lebay, dia menunjukan raut yang terkejut dengan jawaban yang Sara berikan.

Tuhan, lagi kaget aja mukanya tetap ganteng. Gak kuat lama-lama disini.

"Kalo iya kenapa? Lagian nggak semua orang itu mau deket-deket sama lo," Aku mulai tidak mau lagi diam menghadapi Arka.

"Jadi lo nggak mau deket-deket sama gue?"

Kulihat Arka yang sudah memasang wajah bingungnya, mungkin tidak terima ketika kubilang aku tidak mau dekat-dekat dengan mahkluk seperti Arka. Sudah khatam aku sama lelaki macam Arka yang buayanya tingkat dewa. Yakali, aku tidak mau jadi mangsa Arka selanjutnya.

"Nggak bolot kan lo? Masih bisa denger dan cerna kata-kata gue kan?" Kuberanikan diri untuk benar-benar sok jual mahal sama Arka, biarin aja Arka kesal lalu meninggalkan aku sendirian disini. Itu bahkan lebih baik.

"Lo nggak kenal siapa gue ya? Kalau kenal, pasti lo nggak bakal nolak buat deket-deket sama gue." Dengan tampang yang sok kegantengan, Arka memamerkan deretan giginya yang parih, berusaha menarik perhatian Sara dan menyadarkan Sara kalau lelaki yang ada dihadapannya sekarang adalah seorang Arka.

Arka yang digilai ketampanannya oleh para perempuan sejagat raya. Lebay? Ya mau bagaimana lagi, memang begitu nyatanya.

Dengan terpaksa Sara memasang wajah bingung, seolah dia sedang berpikir siapa lelaki yang berada disampingnya, "Emangnya lo siapa? Anaknya Bapak Presiden?"

Arka menggelengkan kepalanya, menarik tangan Sara untuk berkenalan, "Kenalin, nama gue Arka Putra Akasa. Artis papan atas yang kegantengannya bisa bikin cewek kejang-kejang."

ArkasaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang