Ch-21

36 2 0
                                    

It is killing me, me to say
I'm fine, I'm fine
When I really mean, mean to say
You're my all and more
All I know, You thought Me
You're my all and more
BUT I NEED ROOM TO BREATHE
Gave my all and more, but I need room to be Me.
Breathe — Lauv



Satu minggu setelah acara mereka dipuncak, efek yang terjadi pada Gretha memang lebih baik. Gadis itu seakan melupakan sedikit rasa takutnya.

Setidaknya, dia sudah tidak menanggungnya sendirian.

Pagi itu, Redita seperti bukan Redita biasanya. Satu minggu berlalu, selama satu minggu juga Redita bangun dengan senyum cerah pada wajahnya.

"Morning, Le." Sapa gadis itu begitu melihat sepupunya sudah rapih dengan setelan kerjanya, dan duduk pada salah satu kursi di meja makan.

"Morning, Re."

Ale tentu sangat senang dengan perubahan gadis itu. Ia memang belum mendapatkan cerita sepenuhnya dari Redita. Jika tidak dari sepupunya, ia bisa dapat dari Cellia kan? Fikir cowok itu.

"Hari ini nggak kopi ya? Kasian lambung lo kopi mulu. Nih gue bikinin Chamomile tea, sama toast with blueberry jam. Dibikin pake cinta, spesial buat lo."

Ale yang diperlakukan sangat baik oleh Redita, hanya bisa terkekeh lembut.

"Kayanya semenjak lo disini, sarapan gue bule banget deh." Tutur Ale, menghentikan Redita yang masih sibuk mondar-mandir didapur.

"Kemaren gue dikasih egg bennedict, sekarang roti bakar selai..."

"Toast with jam, Le!" Sergah Redita memotong ucapan cowok itu.

"Ya kan artinya roti bakar selai, Re."

"Haha oke-oke. Terus kenapa? Masalah?"

"Nggak sih. Gue kangen nasi." Ucap cowok itu memelas.

Mendengar kalimat singkat sepupunya, Redita tertawa kencang. Melupakan mannernya sebagai perempuan. Namun, kalimat itu memang hal terlucu pagi ini.

"Ya makanya request sarapannya mau apa pas malem dong! Gue mana tau lo mau sarapan apa, jadi gue bikin sesuka gue." Balas gadis itu segelah tawanya reda.

Bukan berarti Ale tidak senang dengan apa yang Redita buat, tapi sejujurnya cowok itu memang merindukan nasi sebagai sarapan. Walaupun memang sebenarnya cowok itu tidak pernah sarapan juga, sebelum Redita tinggal diapartemennya.

"Tapi, gapapa kok, Re. Gue seneng-seneng aja dikasih apapun tiap pagi." Ucap cowok itu lalu menyesap tehnya, dan mengernyit setelahnya.

"Ini apaan?" Lanjut cowok itu, masih dengan tampang anehnya.

"Gue udah kasih tau namanya kan tadi."

"Kok gini rasanya? Teh basi?" Sambung Ale lagi, sambil mengangkat cangkirnya, setinggi mata, dan mengamati cairan didalamnya.

Lagi, ucapan Ale kembali mengundang tawa kencang Redita.

"Itu teh favoritnya Cellia loh, Le. Fyi" Balas Redita setelah tawanya reda.

Be StillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang