Ch-23

51 1 0
                                    

Every break, every burn, every toss, every turn, every sin,
Everything we've learned it's all programmed, all programmed
Broken Arrow — The Script

Seminggu sudah Redita sibuk dengan projectnya dengan Reno. Cewek itu semakin menunjukkan perubahan kearah yang lebih baik, dari sebelum ia menetap di Jakarta.

Malam ini adalah malam Sabtu, besok adalah weekend yang selalu ditunggu setiap orang yang selama lima hari sudah melakukan kegiatan monoton, dan akan bersantai, dan bangun siang esok hari. Namun tidak dengan Redita. Cewek itu sibuk dengan laptopnya, kertas-kertas disebelahnya, dan juga peralatannya.

Mereka berdua sudah selesai makan malam. Redita dengan kesibukan barunya, bukan brarti dia menelantarkan sepupunya yang sudah baik memberikan tumpangan.

"Re, udah malem. Besok lagi aja lanjutin."

"Justru harus malem ini selesainya. Besok gue ketemuan sama Reno."

Ale tiba-tiba tersenyum mendengar jawaban sepupunya itu.

"Sekalian malem mingguan?"

"Jangan kebanyakan ketemu sama Cellia. Lo jadi lemes banget, sama kayak dia."

"Sensi amat! Gue kan nanya doang." Balas Ale kesal.

"Haha ya biasa aja dong."

Hening. Setelah jawaban Redita tadi, Ale tidak mengeluarkan suaranya lagi. Dia hanya melihat ketelatenan sepupunya itu.

Sekitar sepuluh menit tidak ada suara diantara keduanya selain deru nafas mereka, Ale kembali menyuarakan pertanyannya. Yang kali ini, memang bukan pertanyaan iseng. Setidaknya itu menurut Ale.

"Reno gimana menurut lo?"

"Hmm?"

"Reno gimana orangnya, Re?"

Redita berhenti sebentar dari kegiatannya, menekuk alisnya, seolah ia memang sedang berfikir jawaban apa yang harus ia berikan kepada sepupunya itu.

"Dia kayak Juan gitu gak sih, Le?"

"Lah gue mana tau. Juan kayak apa aja gue gak tau."

"Biasa aja! Kok lo sewot banget?"

"Ya lagian, gue nanya lo balik nanya. Kan kesel."

"Mau dijawab gak nih?" Tanya Redita, menahan tawa karena respon Ale tadi.

"Ya jawab lah."

"Oke. Baik sih menurut gue. Kalo udah ngomongin kerjaan, ya serius langsung. Jadi, gue nyambung aja sama dia." Jelas Redita.

"Dia satu angkatan sama Juan deh kalo gak salah pas ambil S1."

"Seumuran gue dong brarti?"

"Lah lo udah semingguan komunikasian sama itu anak, gak tau umurnya masa?"

"Is that important?"

"Ya menurut lo aja, bego!" Bentak Ale, lalu menarik sejumput rambut Redita, dan suara ringis kesakitan cewek itu menimbulkan suara tawa riuh Ale.

"Dah sana lo tidur deh! Ganggu doang lo disini."

Namun Ale tak mengindahkan kalimat emosi sepupunya itu. Dia tetap akan menemani Redita hingga selesai.

Kalian kalau mau cari pasangan, yang kayak Ale gini ya, geng. :( Oh, how lucky our Cellia is.

Sudah hampir tengah malam, namun Redita masih setia dengan laptopnya. Dan Ale juga sama sekali tidak berpindah dari posisinya. Cowok itu masih tiduran disofa, dengan tablet ditangannya.

Be StillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang