Ch-8

66 6 6
                                    

It's always around me, all this noise, but
Not really as loud as the voice saying
"Let it happen, let it happen
(It's gonna feel so good)
Just let it happen, let it happen"

Let it Happen - Tame Impala

Pagi itu kamar milik Redita tidak setenang seperti hari biasanya. Ia bangun dengan keadaan kamar layaknya kapal pecah. Bantal dan selimut, berserakan dibawah kasur.

Redita sudah bangun jauh sebelum Vall dan Cellia bangun. Gadis itu memilih untuk membersihkan dirinya, dan bersiap untuk perjalan liburan merek. "Mending gue mandi duluan, ntar ini dua mak erot ribet rebutan kamar mandi."

Namun, ketika Redita sudah selesai dengan ritual mandinya, kedua sahabatnya itu masih saja terlelap diatas kasur milik Redita.

Matahari sudah menampkan dirinya, pertanda hari sudah sepenuhnya terang, Redita tak mungkin untuk tidak membangunkan kedua sahabatnya itu.

"Lo berdua gak mau bangun? Gak jadi jalan nih kita?"

Suara Redita masih dalam keadaan lembut, tapi tidak mendapatkan respon dari kedua sahabatnya itu, pergerakan sedikit pun tidak ada.

Redita memilih untuk meneriakan nama kedua gadis itu, agar memberhentikan segala mimpi yang sedang mereka berdua nikmati.

"VALLL, CELL LO PADA GAMAU BANGUN? GUE TINGGAL YA LO BERDUA!"

Setelah suara Redita yang memekakan telinga siapapun yang mendengar, barulah kedua gadis itu bangun dengan keadaan terkejut, dan segera beranjak dari kasur dengan keadaan belum sepenuhnya sadar.

"Wah anjir sih! Jam berapa nih? Ih gila kesiangannnn!"

"Kok gak dibangunin dari tadi sih, Re?! Ihh gak sempet keramas terus ngeblow dong gue?"

"Eh, gila! Apa lo bilang?" Redita menjawab perkataan kedua sahabatnya itu dengan kedua bola mata yang membesar.

"Gue udah bangunin lo berdua dari tadi, dari cara halus, sampe gue teriak kaya tadi. Buruan deh pada mandi, mandi berdua aja langsung, terus gak usah pake segala banyak ritual abis mandi, apalagi segala ngeblow. Ribet!"

Setelah mengatakan kalimat panjangnya yang disertai dengan pelototan dan helaan nafas lelah, Redita memilih untuk meninggalkan kamarnya dan menuju ruang makan.

Lebih baik ia sarapan, daripada harus melihat segala kerusuhan dan mengakibatkan kamarnya lebih berantakan dari yang sebelumnya.

"Ma, aku..."

Redita tak melanjutkan kalimatnya, ia terkejut karena seseorang yang sudah duduk manis di salah satu kursi meja makan.

"Hai!" Sapa Rayyan halus.

"Kesiangan, Re? Ini si Ray udah dari setengah jam yang lalu loh. "

"Baru juga lima belas menit tante."

Redita memilih untuk tidak menanggapi ucapan mamanya, ia berlalu begitu saja, menuju kitchen island dan membuat teh hangat dengan madu dan irisan lemon, untuk dirinya sendiri.

Tetapi, bukan Rayyan namanya bila cowok itu tidak suka membuat Redita kesal atas perlakuannya.

Jelas-jelas Redita sedang dalam mode menjauhi Rayyan. Sikapnya seperti ini, didasari oleh perkataan Ale.

Be StillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang