Ch-14

49 5 2
                                    

The worst kind of sad, is not being able to explain WHY - Inka Febe


Redita memutuskan untuk kembali bertolak ke London akhir pekan ini.

Sudah cukup lama ia tinggalkan segala kebiasaannya di negeri Big Ben itu, dan sudah cukup banyak juga air mata yang ia keluarkan selama ia di Jakarta.

Inka datang berkunjung, dan berniat untuk menghabiskan satu malam bersama Redita, sebelum ia dan sahabatnya yang lain mengantarkan Redita ke bandara, akhir pekan nanti.

"Lo yakin gak mau jalan-jalan dulu? Kemana kek gitu."

"Ka, gue gak bakal lama lagi juga kali disana, cuma sampe kuliah selesai, and i'm going back here, back to stick with you. Lo bisa sampe enek bakal gue ajak jalan mulu."

Inka tersenyum mendengar jawaban yang dituturkan oleh Redita. Sudah lama gadis itu tidak mendengar kalimat panjang dengan nada ceria keluar dari mulu Redita.

"'Kay then"

Inka merebahkan badannya dikasur besar milik Redita, memainkan kedua ibu jarinya di layar ponsel miliknya.

"Ka, sebenernya lo sama Juan, ada something gak sih?" Redita bertanya seraya mengutip kata something dengan jarinya, setelah duduk bersila dikasurnya, disebelah Inka.

Inka yang terkejut akan pertanyaan tiba-tiba Redita, hanya bisa mengangkat badannya dari posisi nyaman, dan membelalakan kedua bola matanya.

"Lo sakit? Panas lo?"

"Iyuhhh, gak cocok lo sok akting gitu. Jawab!"

Memberikan decakan kencang sebagai balasan, dan segera menarik telapak tangan gadis itu, yang ia letakkan di dahinya tadi.

"Gak ada apa-apa, Re. For sure, cuma..."

Inka menghentikan ucapannya, dan berhasil membuat Redita berdecak kesal, dan merasa penasaran akan lanjutan kalimat Inka.

"Cuma apa? Jangan setengah-setengan kalo cerita!"

"Ck, gue lagi bangun emosi biar seru ceritanya, lo malah gitu. Bego!"

Redita yang yakin Inka berusaha mengalihkan pembicaraan, hanya melayangkan pukulan ringannya, tepat di lengan Inka. Tidak lupa disertai dengan tawa sedangnya.

"Ok, gue dah dapet nih emosinya. Jadi? Juan cuma apa?"

"Lo tau kan, gue agak susah buat cerita tentang apa aja yang lagi gue alamin?..." Inka kembali menghentikan ucapannya, menatap kearah Redita yang mengangguk setuju dengan ucapannya, "... Juan tuh bisa tau gitu aja kalo gue lagi ngerasa down Re." Lanjut Inka.

Ia yang lebih dulu dekat dengan Inka, tapi justru Juan yang bisa tahu bila Inka sedang merasa sedih.

Dan lagi, perasaan sesak, dan fikiran buruk memenuhi kepala Redita. Nafasnya mulai memendek, peluh kembali memenuhi dahinya.

Inka sadar akan perubahan pada diri Redita. Segera menarik gadis itu untuk ia dekap, dan menyandarkan dagunya dipundak Redita.

Be StillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang