Lina kini berjalan di sepanjang taman sekolahnya, ia kini sedang belajar diluar kelas untuk mengamati makhluk hidup yang ada di lingkungan sekolahnya lalu ia diminta membuat laporan.
Ini adalah tugas individu, dan ia memutuskan untuk menuju tempat yang lebih sepi agar lebih tenang ketika mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya tadi.
Yah, walaupun sebenarnya alasannya bukan itu. Sebenarnya ia menjauh dari temannya yang lain karena bisa dibilang ia masih agak kesal karena perkenalannya di kelas tadi. Berhubung ia tak ingin tiba-tiba meledak di depan teman-temannya dengan mengabsen nama-nama hewan di kebun binatang, maka ia memilih untuk pergi sejauh-jauhnya dari mereka.
LINA POV
Aelah capek gua tuh, liat muka temen sekelas aja rasanya pengen nampol. Bodo amat lah, gua mau ke tempat yang jauh dari mereka aja.
Beberapa menit berjalan...
Ini ada dimana, ngapain di sekolahan ini pakek ada labirinnya segala, kan gua gak tau jalan keluarnya dimana. Tuh kan kayaknya ini tuh karma gara-gara gua emosi sama temen sekelas gua dah.
Srek
Apaan tuh, jangan bilang kalo disini ada setannya. Plis dah kan ini masih siang, mana ini tempatnya kanan kiri cuma ada semak-semak yang jadi dinding labirinnya. -Lina
LINA POV END
Namun mengabaikan rasa takutnya Lina mendekati arah suara itu, karena rasa penasarannya kini mampu mengalahkan rasa takutnya.
Langkah demi langkah membawanya semakin mendekat dan suara yang ia dengar kini makin jelas, ia memberanikan diri untuk menyibak semak yang ada di depannya itu.
Bruk
"Aww, aelah gua kira apaan ternyata cuma kucing. Eh btw dari kenapa lo kok bisa disini sih cing, sini-sini gua gendong." Lina mengangkat kucing berbulu abu-abu itu dan menggendongnya.
"Eh cing, lo tau jalan keluar dari sini gak? Aelah ngomong kek kalo ditanya, diem aja lo dari tadi." Lina menatap lekat kucing itu.
"... "
"Bodoh! kucing kan gak bisa ngomong, kayaknya gua perlu dirukyah. Parah masa kucing gua ajak ngomong." Lina mengusap kepala kucing yang kini ada di pelukannya, namun kucing itu justru melompat turun dan anehnya kucing itu berubah jadi manusia.
Sekali lagi, DIA BERUBAH JADI MANUSIA.
Melihat itu Lina merasa kakinya seperti tak bisa digerakkan lagi, ia merasa lemas. Sepertinya inilah akhir hidupnya, kakak maafkanlah adikmu ini yang pernah durhaka padamu.
Kok gua merinding ya-David, Dio
Bukannya ia ingin pasrah akan hal yang menimpanya, hanya saja tubuhnya kini rasanya tak mampu digerakkan. Kucing itu kini berubah menjadi seorang laki-laki yang sangat tampan dan kini menatapnya lekat dengan mata merah pekatnya itu. Bukannya terpesona akan hal itu, Lina justru merinding karena tatapan yang terkesan dingin itu.
Tanpa mengatakan apapun laki-laki itu berbalik dan melangkahkan kakinya menjauh dari Lina, namun setelah tiga langkah laki-laki itu berbalik.
"Buruan!" Lina melihat kesekitarnya dan tak menemukan siapapun disana, apakah laki-laki itu berbicara padanya?
Melihat Lina tak bergerak dan malah menengok ke sekelilingnya membuat laki-laki itu berdecak. Tanpa menunggu lagi ia segera berjalan menuju gadis itu dan menyeretnya pergi.
"Lo pengen mati?" Lina baru sadar jika ia menahan nafasnya dari tadi karena laki-laki itu menarik tangannya, entahlah ia merasa bingung sekarang. Haruskah ia mengikuti manusia-Ah tunggu, bukankah ia kucing tadi-atau ia kabur saja dari sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alforis Academy
FantasyHal yang tiba-tiba masuk menjadi sebuah naskah hidup yang harus dijalani oleh ketiga kakak beradik dengan marga Sulaiman, bagaikan dalam dunia tak nyata yang selama ini hanya ada dalam angan saja, atau mungkin tak terfikirkan sama sekali. Mulai dari...