Davin berlari di sepanjang koridor menuju menara, tempat Mr. Sith. Entah kenapa dia merasa ada yang mengganjal tentang kejadian ini.
Ketika berdiri di depan ruangan Mr. Sith, Davin langsung mendorong pintu itu untuk terbuka. Sungguh hatinya tidak tenang saat ini.
Mr. Sith sedang duduk di meja kerjanya sambil meminum secangkir minumannya, dia menatap ke arah Davin.
"Mr. Sith, tadi saya mengejar mereka hingga ke perbatasan sebelah barat yang berbatasan dengan bangsa werewolf. Tapi saya mengira mereka bukanlah bangsa werewolf."
"Apakah kamu berhasil mengetahui tempat mereka berada?"
"Saya tadi berhenti ketika berada di perbatasan, karena penciuman bangsa werewolf yang sangat tajam maka saya tidak yakin jika saya bisa bertahan dengan menyembunyikan bau saya dengan lama. Hingga saya memutuskan untuk menuju ke pos penjaga dan saya menemukan beberapa orang telah terbunuh dan ada satu orang yang terikat dengan beberapa luka di tubuhnya namun dia masih hidup, lalu saya membawanya ke rumah sakit academy."
"Baiklah, besok kita akan kesana setelah dia sadar dan kita akan bertanya apa yang telah terjadi di perbatasan. Sekarang kau bisa pergi beristirahat dahulu."
"Baiklah, setelah dia sadar saya akan mengatakannya langsung kepada anda."
🐣🐣🐣
Brak brak brak
"Woy! Bangunlah kalian para pemuda penerus bangsa, mau jadi apa nantinya negara ini kalo kalian mau ke sekolah aja masih males malesan. Bangun woy! Bangun!"
Buk
Dua bantal langsung mendarat dengan tepat di wajah Dio.
"Brisik!" Dua orang itu langsung berteriak dengan bersamaan.
"Wahai pemuda bangsa, janganlah kalian seperti ini. Lihatlah diluar sana, masih banyak yang tidak bisa bersekolah. kalian sungguh jahat!"
Dio langsung berlari ala-ala sinetron bawang bombay yang disiksa, menuju tengah-tengah pintu David dan Zacky yang kini terbuka lebar.
Dengan dramatisnya dia langsung memposisikan diri terjatuh tepat di tengah-tengahnya dan mengusap matanya seolah-olah ada air mata disana.
Zacky berjalan menuju ke arah pintu, Dio melihatnya dengan mata yang berbinar dan penuh harapan.
Brak
Pupus sudah harapan Dio, karena bukannya menghampirinya Zacky malah menutup pintu kamarnya.
Tak hanya diam disitu, Dio langsung memasuki kamar David dan menuju ke ranjang David berniat untuk membangunkannya.
"Vid, David. Bangun napa, sekolah yuk sekolah. Dah pagi nih, ayo sekolah!" Dio mengguncang-guncangkan tubuh David.
"Berisik, gua masih ngantuk."
"Vid, sekolah! Gak boleh males, cepet siap-siap!"
"Lo lihat itu jam, masih jam tiga Dio! Jam di kamar lo mati apa! Udah ah sono lo, gua mau lanjut tidur!" David menarik kembali selimutnya dan tidur memunggungi Dio.
"Hehe ya maap, kan gua terlalu bersemangat. Udahlah temenin gua aja, masa gua sendirian nunggu jam 7 buat sekolah."
"..."
"Vid?"
"Grok grok"
"Yeu si kampret, malah cosplay jadi babi."
Dio mengambil bantal yang tadi dilemparkan David lalu menuju ke ranjang David kembali. Dia menampilkan senyum mengerikannya.
"Maafin gua ya Vid" Dio langsung meletakkan bantal di wajah David dan menekannya "mampus lo, mampus!" Setelah itu dia berlari menuju kamarnya dan menutup pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alforis Academy
FantasyHal yang tiba-tiba masuk menjadi sebuah naskah hidup yang harus dijalani oleh ketiga kakak beradik dengan marga Sulaiman, bagaikan dalam dunia tak nyata yang selama ini hanya ada dalam angan saja, atau mungkin tak terfikirkan sama sekali. Mulai dari...