Di dalam ruangan
Dio kini duduk sendiri berhadapan dengan Mr. Sith. Saat ini dia sedang memaki-maki David karena tak segera masuk ruangan ini dengan membawa Lina dan dia memaki dirinya sendiri kenapa tadi dia memilih masuk ke dalam ruangan itu duluan, hingga berakhirlah dia disini.
Brak
Dug
Seorang siswa laki-laku tiba-tiba terjatuh dan tersungkur di depan pintu hingga membuat pintunya terbuka.
Dio melihat ekspresi wajah dari anak itu yang terlihat bingung seolah-olah dia bertanya 'ini dimana? Aku dimana? Kalian siapa? Aku siapa?'
"Eh eh... Maaf Mr, tadi saya tidak sengaja tersandung."
Siswa itu perlahan berdiri sambil mengusap dahinya yang memerah karena terantuk pintu hingga membuat pintu itu terbuka. Setelah dirasa waktu yang tepat anak itu segera berlari dari sana, sungguh demi apapun itu sangatlah memalukan.
David dan Lina yang berdiri tepat dibelakang anak itu hanya menatapnya bingung.
"Bang, itu orang kenapa tadi tiduran di depan pintu?"
"Gak punya kamar mungkin."
"Kasian banget Bang."
"Berbeda itu indah, udah gapapa."
. . .
David dan Lina segera memasuki ruangan.
Di dalam ruangan sudah ada Dio, Mr. Sith dan tiga orang yang tak dikenal David. Itu adalah seorang perempuan dan dua orang laki-laki. David mengambil tempat duduk di sebelah Lina.
"Ini adalah pendamping kalian" mereka bertiga serentak melihat ke arah tiga orang yang kini berdiri di sebelah kanan Mr. Sith
"David didampingi Zeris" perempuan itu tersenyum pada David.
"Dio dengan Zero" Dio menoleh pada seorang laki-laki yang kini menatapnya seolah-olah sedang menilai sesuatu.
Ngapain dia ngeliatn gua kek gitu anjir, gua normal tau!- Dio reflek menyilangkan kedua tangannya di depan tubuhnya, sedangkan Zero yang melihat itu hanya terpaku sebentar dan segera mengalihkan pandangannya.
"Dan yang terakhir, Lina akan bersama dengan Zael." laki-laki itu tersenyum konyol pada Lina, sedangkan Lina menatapnya datar.
"Tidak!" Semua yang berada di ruangan itu langsung menoleh pada David dan Dio yang berseru, bahkan berdiri dengan serentak tak mau jika Lina memiliki pendamping seorang laki-laki.
"Tidak boleh! Kenapa Lina harus bersama laki-laki mesum itu!" Dio menunjuk ke arah Zael, David mengangguk membenarkan ucapan Dio.
"Terimakasih atas pujiannya." Zael mengatakan dengan tak mengalihkan pandangannya pada Lina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alforis Academy
FantasyHal yang tiba-tiba masuk menjadi sebuah naskah hidup yang harus dijalani oleh ketiga kakak beradik dengan marga Sulaiman, bagaikan dalam dunia tak nyata yang selama ini hanya ada dalam angan saja, atau mungkin tak terfikirkan sama sekali. Mulai dari...