Seseorang perempuan dengan pakaian yang mewah namun tertutup dengan jubah berwarna hitam itu berjalan memasuki sebuah bangunan yang berada di dekat sebuah tebing yang berada di tengah hutan. Setiap langkahnya itu menimbulkan suara ketukan yang bernada dari sepatunya yang berbenturan dengan lantai, langkahnya tidak terlalu cepat atau lambat sebuah langkah tenang yang menggambarkan sebuah keanggunan dan keangkuhan.
Dia memasuki sebuah ruangan, di dalam ruangan itu telah ada beberapa orang lainnya yang sudah menunggu kehadirannya. Dia menatap tajam kepada semua orang yang berada disana.
Semua orang yang berada di dalam ruangan yang dapat mendengar langkah kakinya semenjak dia mendekati ruangan itu merasakan bahwa jantung mereka berdegup dengan kencang, dengan perasaan takut dan perasaan gembira yang mengikuti tiap debaran jantuang mereka yang berdegup semakin keras dan cepat.
Ketika kakinya melangkah ke dalam sana, semua orang yang telah hadir disana langsung berdiri dan mengarahkan tubuh mereka kepada perempuan itu. Dengan semua kepala yang menunduk dan rasa hormat yang mereka tunjukkan. Dalam ruangan itu berisi lima orang yang telah menunggunya, empat orang laki-laki dan seorang perempuan.
Perempuan itu berjalan ke arah tempat duduk yang berada di ujung dan merupakan tempat yang dirancang paling indah diantara yang lainnya, sebuah refleksi dari singhasana seorang ratu.
Dia duduk disana dan setelah itu yang lain juga segera duduk pada tempat mereka masing-masing. Perempuan itu mengangkat tangannya, menurunkan tudung jubah yang dia kenakan dan secara perlahan wajahnya terlihat. Sebuah wajah yang indah dan berharga bagaikan sebuah permata.
"Apakah itu sudah dimulai?" perempuan itu membuka suaranya, sebuah suara yang terdengar begitu halus dan menenangkan.
"Sudah, kami telah menjalankan semua sesuai dengan yang telah diperintahkan kepada kami." seorang laki-laki yang berumur tiga puluhan berdiri dan menyahut.
"Kami telah mengambil beberapa dari para penduduk yang ada di setiap bangsa, kami juga telah menyiapkan beberapa hal untuk mengulur waktu mereka. Sehingga dengan ini kita bisa segera melakukannya pada saat mereka disibukkan dengan masalah yang lainnya." seorang perempuan berdiri dan menjelaskan tentang rencana yang telah mereka susun sebelumnya.
"Aku bukan orang yang bisa mentolerir kegagalan." Perempuan yang merupakan tokoh utama daripertemuan itu berbicara dengan nadanya yang sangat dingin. Dia mengedarkan pandangannya kepada setiap orang yang berada di ruangan itu.
Semua orang secara spontan menahan nafas mereka ketika mereka merasakan penekanan pada setiap kata-kata itu dan mereka merasakan sebuah tekanan yang berat yang menabrak tubuh mereka. Mereka menundukkan pandangan mereka dan tidak berani memandangnya.
Setelah mengatakan hal tersebut, perempuan itu berdiri dan berjalan keluar dari ruangan. Sesaat setelah sosoknya menghilang dari pandangan orang yang berada di dalam ruangan itu mereka baru bisa bernafas dengan lega.
◻▫◻▫▫◻▫◻
"Kau harus memfokuskan pikiranmu pada tanganmu, bayangkan kau sedang memegang sebuah bola kecil cahaya."
David mendengarkan arahan dari Zeris dan sedikit demi sedikit cahaya mulai berkumpul di tangannya.
"Bagus, lakukan perlahan seperti itu." Zeris tersenyum karena akhirnya setelah harus melakukan uji coba setelah setengah hari berhasil juga.
Cahaya itu semakin banyak dan cahayanya menyilaukan, namun hal itu tidak berlangsung lama karena setelahnya David justru terlempar karena ledakan bola cahaya itu.
Duar
Bruk
"Aakh." Tubuh David membentur dinding dalam arena berlatih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alforis Academy
FantasyHal yang tiba-tiba masuk menjadi sebuah naskah hidup yang harus dijalani oleh ketiga kakak beradik dengan marga Sulaiman, bagaikan dalam dunia tak nyata yang selama ini hanya ada dalam angan saja, atau mungkin tak terfikirkan sama sekali. Mulai dari...