3. Pengawas Untukku

29 20 8
                                    

"Begini nak Rio, saya memanggil kamu kesini karena saya ingin membicarakan sesuatu yang sangat penting.", ucap Pak Hernawan selaku ketua yayasan SMA Pelita.

"Apa pak?", tanya Rio

"Saya sudah melihat tingkah laku kamu selama 2bulan ini, selama ini semua guru sudah saya perintahkan untuk memperhatikanmu." Rio heran dengan ucapan Pak Hernawan, alisnya terangkat sebelah.

"Kelakuanmu sangat disiplin, semua guru senang melihatmu. Kamu orang yang pendiam, dan sangat cerdas, saya sangat menyukaimu.", puji pak Hernawan.

"Terima kasih pak, saya pikir saya sudah melakukan kesalahan, saya sempat takut tadi.", kata Rio sambil sedikit tersenyum.

"Haha, jadi begini nak, walaupun kamu baru 2 bulan sekolah disini, saya percaya kamu bisa menjaga dan mengawasi putri saya", ucap Pak Hernawan melanjutkan. Kening Rio berkerut, ia tidak mengerti sama sekali yang diucapkan Pak Hernawan.

"Maksud bapak apa ya? saya gak ngerti", tanya Rio penasaran.

"Maksud saya, saya ingin kamu mengawasi setiap tingkah laku putri saya, dan juga menjaganya. Dia adalah satu satunya putri saya, saya sangat menyayanginya. Saya tidak ingin terjadi sesuatu dengan dirinya, dia satu satunya harapan saya.", ucap Pak Hernawan serius dan sangat meyakinkan.

"Ta.. tapi kenapa harus saya pak?", tanya Rio

"Saya selalu melihat tingkah laku murid disini, melalui laporan guru guru. Saya tidak menemukan siswa yang pas untuk dijadikan pengawas putri saya. Tenang saja nak Rio, saya tidak memintamu menjaganya 24 jam penuh, saya cuma meminta kamu menjadi pengawas dan selalu menjaga putri saya disekolah, atau saat kalian bertemu bila saya tidak ada bersamanya. Saya selalu khawatir dengan dirinya, tak jarang dia pulang dengan wajah memar seperti habis berkelahi, dia seperti seorang cowok Rio. Saya sudah sering memperingatkannya, namun dia tidak mau mendengar, saya sering menghukumnya namun itu tidak mempan, saya mohon Rio.", ucap Pak Hernawan serius, raut wajahnya sedikit sedih, mungkin kelakuan putrinya sangat menjengkelkan. Rio pun tak tega, tapi dia juga tidak mau, mengingat ia adalah seorang introvent, yang menurutnya sangat sulit untuk bergaul, apalagi dengan seorang cewek. Bagaimana bisa dia melakukan ini, dia pasti akan mengecewakan Pak Hernawan. Akhirnya Rio mengangguk pasrah, ia memilih mencoba melakukannya, siapa tau dia bisa, bila dia tak sanggup, ia bisa mengatakannya pada Pak Hernawan.

"Serius?", tanya Pak Hernawan

"Iya pak, saya akan berusaha", ucap Rio tulus.

"Wah saya tidak menyangka kamu mau, saya sudah sedikit takut berpikir kamu akan menolak tadi.", ucap Pak Hernawan senang.

"Pak..", panggil Rio

"Kenapa?"

"Saya belum tau siapa putri bapak."

"Serius kamu belum tau?", tanya Pak Henawan. Rio mengangguk mengiyakan, namun sebelum Pak Hernawan memberitahu, terdengar suara pintu diketuk.
Tukk tukk..tukkk

"Ya masuk", ucap Pak Hernawan.

Pintu terbuka, ternyata seorang gadis dengan wajah memar masuk ke ruangan sang ketua yayasan, ia menunduk dan memegangi wajahnya, ia sepertinya kesakitan. Rio yang melihatnya, merasa heran, ia bertanya dalam hati, inikah putrinya?

"Kenapa wajah kamu seperti itu?", tanya Pak Hernawan

"A.. anu pak, ta.. tadi aku dipukuli."

"Siapa yang mukul kamu? kenapa kamu melapornya ke saya, kenapa tidak ke UKS saja?"

"I.. itu pak, putri bapak yang mukul saya", jawab gadis itu.

Pak Hernawan sangat terkejut melihat perbuatan putrinya, ia tak tau harus berkata apa. Sementara Rio, ia tetap menatap gadis itu. Sebenarnya ia terkejut, namun seperti biasa ia tetap bisa mengontrol raut wajahnya, dan selalu memasang wajah flatnya. Ia berpikir, bagaimana bisa seorang cewek sekasar ini, mengapa bisa dia memukuli gadis ini? mengapa bisa?.

"Emang kamu kenapa bisa dipukul? pasti kamu mengganggu dia kan?", tanya Pak Hernawan

"Enggak pak, saya cuma bercerita dengan teman saya tapi tiba tiba, dia dan ketiga temannya datang marah marah, dan langsung mukul saya pak.", kata gadis itu sambil merasa ketakutan.

"Yasudah, kamu ke UKS biar diobati. Saya akan mengurus putri saya.", ucap Pak Hernawan. Gadis itupun pergi keluar dari ruangan. Pak Hernawan merasa frustasi dengan kelakuan putrinya. Rio tak tega menanyakan pertanyaan tadi, ia memilih diam saja untuk saat ini. Tak lama pintu dibuka, mengejutkan Rio dan juga Pak Hernawan.

"Kamu kenapa tidak ketuk pintu dulu sebelum masuk? itu sangat tidak sopan.", ucap Pak Hernawan

"Aku buru buru kesini sampai lupa ngetuk", ucap sang gadis yang masuk secara tidak sopan tadi.

Rio yang melihat dan mendengarnya, merasa jengkel. Bagaimana bisa, seorang gadis yang bersekolah sudah hampir 11 tahun tidak tau tata krama, tidak mengetuk pintu dan mengucapkan salam, dan seenaknya masuk keruangan yang merupakan ruangan sang pemilik yayasan. Annie yang risih karna diperhatikan, menoleh ke seorang cowok yang merupakan tamu ayahnya itu. Ia terkejut

"Lu kan yang bawain minum untuk gue, dan langsung pergi gitu aja, iya kan?", tanya Annie kepada cowok yang merupakan tamu sang ayah.

"Hmm", jawab sang cowok dengan santai, walau ia baru sadar bahwa dia adalah cewek yang ia pernah tolong.

"Kamu kenal dia Fi?", tanya Pak Hernawan kepada Annie. Efi adalah nama panggilan untuk Annie dari keluarganya.

"Kemaren gue pingsan dilorong belakang sekolah, terus pas bangun gue udah ada di UKS, terus tiba tiba dia datang bawa minum, lalu pergi gitu aja dan satu lagi gue ga kenal dia.", ucap Annie. Cowok yang bernama Rio yang merupakan tamu pak Hernawan itupun terkejut, ia berpikir inikah putrinya Pak Hernawan? kelakuannya berbeda jauh dari papanya.

"Oh begitu. Mmm, dia akan mengawasi kamu selama di sekolah." ucap Pak Hernawan.

"Hah? ngawasin gimana?", tanya Annie terkejut.

"Kamu sering sekali bertengkar disekolah, kamu itu cewek Efi.., kamu ga boleh bertingkah seperti cowok, kalau begini terus, siapa sih cowok yang mau jadi pacar kamu? kamu udah besar, kamu harus jaga kelakuan kamu!, lagipula dia akan menjaga kamu, bila kamu diganggu sama teman kamu. Dia juga akan mengawasi kelakuan kamu, dia sekarang jadi mata mata papa, jadi setiap kelakuan kamu, itu akan sampai ke telinga papa.", ucap Pak Hernawan panjang lebar, sambil menunjuk kearah Rio. Rio yang mendengar itu menatap Pak Hernawan, Pak Hernawan sangat serius dengan ucapannya.

"Hah.., ta.. tapi pa, ga boleh gitu dong, gue kan udah gede, masa dijagain kayak anak kecil sih", kata Annie

"Papa ga mau tau, dia akan menjaga kamu, papa percayakan kamu pada dia. Dia akan mengawasi kamu dan mencegah kamu untuk tidak bertengkar seperti tadi.", ucap Pak Hernawan

"Pah.. gue tadi bertengkar punya alasan. Kemaren gue dan sahabat gue jalan jalan, lalu adik kelas jelek dan ga tau diri itu tiba tiba dorong kami, ya kami jatuh ke selokan yang bau itu. Malu banget pahh.. udah gitu dia ga minta maaf sama kami, dia ketawain kami dan pergi gitu aja. Pas kami samperin di depan kelasnya, dia malah ketawa dan ngomong seenaknya, dan dia ga mau minta maaf, dan ngelawan kami. Akhirnya ya gue nonjok itu muka ampe bonyok, pas dia minta maaf ya gue lepasin aja terus pergi. Dia harus diajarin pa, udah salah ga minta maaf", ucap Annie membela diri.

"Hmm papa percaya, tapi kamu tetap akan diawasi dia, jadi kamu harus bersikap baik. Kalau kamu berubah, papa janji dia gak akan ngawasin kamu lagi", ucap Pak Hernawan meyakinkan sang putri.

"Ta.. tapi pa.., hmm yaudahlah bodo amat", ucap Annie, ia langsung keluar dari ruang ayahnya tanpa menutup pintu. Pak Hernawan geleng geleng melihat tingkah sang putri yang tak pernah berubah.

WILL ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang