Chapter 29

3.4K 381 73
                                    

Tit.. Tit.. Tit..

Suara mesin pendeteksi detak jantung di samping kiri tempat tidur terdengar stabil. Seorang namja yang masih mengenakan seragam sekolahnya terlihat berbaring dengan mata terpejam. Di samping ranjang terlihat tuan Jeon dan nyonya Son. Mereka tengah menunggu Jungkook sadar. Nyonya Son masih terisak. Mendengar penjelasan mantan suaminya mengenai kondisi Jungkook beberapa jam yang lalu, masih terus terngiyang di telinganya. Berputar-putar di dalam kepalanya.

"Euunghh.."

Lenguhan yang keluar dari bibir Jungkook membuat dua manusia itu tersadar. Mereka menatap Jungkook dengan cemas. Perlahan-lahan Jungkook membuka matanya dan mendapati dua sosok orang tuanya kandungnya itu.

"Jungkook-ah, kau sudah sadar?" tanya tuan Jeon dengan nada lembutnya.

"Kenapa kau bertanya-tanya seperti itu? Cepat panggilkan dokter!" perintah nyonya Son. Tuan Jeon hendak pergi untuk memanggil dokter, tapi tangannya di tahan oleh Jungkook.

"Nan gwenchanayo, appa. Tak perlu memanggil dokter." ucap Jungkook menolak tuan Jeon memanggilkan dokter.

"Tapi, kau harus diperiksa oleh dokter, Jungkook-ah."

Jungkook menggeleng pelan. "Aku tak perlu di periksa, appa. Kondisiku tak akan membaik meski aku di periksa berulang kali."

Perkataan Jungkook membuat tuan Jeon dan nyonya Son termangu di tempatnya. Mereka tak menyangka jika Jungkook akan mengatakan hal itu. Nyonya Son tak bisa mengatakan apapun selain menangis. Ia benar-benar menyesal meninggalkan Jungkook dan membuatnya menderita. Eomma macam apa yang tak mengetahui apapun tentang anaknya. Bahkan anaknya sakit pun, ia tak mengetahuinya.

"Eomma.. uljima."

Nyonya Son sedikit tersentak ketika mendengar Jungkook memanggilnya 'eomma'. Sudah lama nyonya Son ingin mendengarnya. Dan sekarang, akhirnya Jungkook memanggil sebutan itu lagi untuknya. Nyonya Son tak bisa menghentikan tangisnya. Ia semakin terisak. Kedua tangannya menggenggam tangan kanan Jungkook. Mencoba menyalurkan segala perasaan yang tengah di rasakan saat ini.

"Eomma.. Appa.. geumanhae. Tolong jangan bertengkar lagi. Aku lelah melihat dan mendengar pertengkaran kalian. Geumanhae, jebal."

Jungkook ingin mengatakan semua yang mengganjal di hatinya selama ini. Ia tak ingin melihat kedua orang tuanya terus bertengkar. Jungkook tak mempermasalahkan jika mereka akan berpisah. Tapi Jungkook hanya ingin melihat kedua orang tuanya akur. Hanya itu yang Jungkook inginkan sejak dulu. Ia sudah lelah mendengar teriakan demi teriakan yang keluar dari bibir kedua orang tuanya itu. Jungkook tak ingin mendengarnya.

"Eomma minta maaf, sayang. Maafkan eomma." ucap nyonya Son di sela-sela isak tangisnya.

"Maafkan appa juga, Jungkook-ah. Appa tak tau jika kau begitu tertekan karena pertengkaran kami. Appa minta maaf." ucap tuan Jeon sambil menundukkan kepalanya merasa bersalah.

"Aku lelah mendengar appa dan eomma selalu berteriak. Aku lelah mendengar appa dan eomma selalu melempar kata-kata kasar. Aku lelah melihat pertengkaran kalian. Aku lelah, appa, eomma. Apa kalian tak tau itu?"

Perkataan Jungkook membuat nyonya Son dan tuan Jeon semakin menundukkan kepalanya. Nyonya Son semakin terisak. Air matanya terus mengalir mendengar perkataan anaknya.

"Aku selalu tersenyum ramah dan keluar rumah. Berbaur dengan lingkungan tetangga. Agar apa? Agar mereka tak mengatakan hal-hal buruk mengenai kalian yang selalu bertengkar. Aku mencoba terlihat baik, agar mereka tau jika keluargaku baik-baik saja. Keluargaku harmonis. Meski aku tau, yang sebenarnya terjadi tak sama dengan apa yang mereka pikirkan. Aku mencoba membuat image appa dan eomma menjadi baik di lingkungan tetangga. Meski aku harus memasang topeng palsu. Tapi, apa kalian memikirkan hal itu?" ucap Jungkook. Air matanya terus mengalir. Ia menangis dalam diam. Tanpa terisak sama sekali.

Mian, Gomawoyo [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang