Chapter 23

3.4K 429 93
                                    

.

.

.

Hari ini terlihat sangat cerah. Langit biru membentang di atas sana. Suara burung juga terdengar berkicau meski teredam suara bising kendaraan bermotor yang lewat di jalanan perumahan itu. Meski tak terlalu ramai, karena jalan perumahan, suara kendaraan bermotor itu tetap terdengar membisingkan.

Cklek!

Terlihat pintu kamar mandi terbuka dan menampakkan sosok Jungkook dengan handuk yang tersampir di kepalanya. Ia baru saja selesai membersihkan dirinya. Meski hari ini weekend, Jungkook sudah bangun pagi dengan kondisi yang bersih dan segar tentu saja.

"Ah, segarnya." seru Jungkook sambil mendudukkan diri di atas tempat tidurnya. Ia mengusak rambutnya untuk mengeringkannya.

Dirasa rambutnya cukup kering, ia menarik handuk yang menutupi kepalanya. Senyum kecut terlihat diwajahnya ketika melihat helaian rambutnya tertinggal di handuk putihnya. Tak hanya satu atau dua helai. Mungkin ratusan helai yang tertinggal di handuknya. Handuk putih yang bersih itu kini terhias helaian-helaian berwarna hitam yang cukup banyak.

Jungkook tak ingin terus-terusan terlarut dalam kesedihannya. Ia melipat handuk dengan helaian rambutnya dan melemparkan ke sebuah keranjang yang di dalamnya ada handuk putih yang terlipat juga. Ya, ini bukan pertama kalinya Jungkook melihat helaian-helaian itu di handuknya. Setiap ia selesai keramas, dan setiap itu pula, Jungkook melihat rambutnya rontok dengan jumlah banyak di handuk putihnya.

Sepertinya aku harus menyetok handuk lebih banyak lagi. Semua sudah habis karena rambut rontokku tertinggal di sana.

Jungkook berjalan menuju lemarinya. Ia berniat mengambil hoodie hitam karena dirinya akan keluar rumah hari ini. Belum sempat Jungkook meraih daun pintu lemari, pandangan matanya di kejutkan dengan deretan tulisan di depan lemarinya.

남준니 형이 생일!

"Astaga! Kenapa aku bisa lupa dengan ulang tahun Namjoon hyung?" pekik Jungkook dengan menepuk dahinya.

Jungkook segera berjalan menuju ke meja belajarnya. Ia menarik kalender mejanya dan mulai memeriksa satu persatu tanggal yang ada di sana.

"Dua hari lagi? Aish! Harusnya aku merencakan jauh-jauh hari."

Jungkook mengusak rambutnya yang mulai mengering karena diterpa angin ac di kamarnya. Otak Jungkook berjalan dengan cepat. Ia segera menyambar ponselnya dan menekan tombol empat cukup lama. Setelah tampilan layarnya berubah menjadi panggilan, Jungkook menempelkan ponselnya di telinganya.

"Yeoboseo-"

.

.

.

Disini lah sekarang Jungkook berada. Duduk di sebuah meja dengan secangkir coklat panas di hadapannya. Ia terlihat menunggu seseorang. Wajahnya terlihat begitu cemas. Kakinya sejak tadi tak henti-hentinya bergerak. Ya, Jungkook tengah gelisah menunggu seseorang yang dihubunginya belum juga datang. Terlalu berlebihan mengingat Jungkook baru saja menghubungi orang itu lima menit yang lalu.

Tringg!!

Bel yang berada di pintu cafe berbunyi. Terlihat seorang yeoja tengah berjalan masuk dengan sedikit merapikan bajunya dan rambutnya. Mata Jungkook yang melihat sosok yang di kenalnya itu, berbinar senang.

"Wendy nuna!!" seru Jungkook sambil mengangkat tangannya. Yeoja yang tak lain adalah Wendy tersenyum melihat keberadaan Jungkook di sana. Ia segera berjalan menghampiri adik iparnya itu.

"Duduklah, nuna. Nuna mau pesan apa?" tanya Jungkook setelah memersilahkan Wendy duduk.

"Sepertinya coklat panas lebih enak. Aku sedang tak ingin makan yang berat-berat." ucap Wendy dengan menampilkan senyumannya.

Mian, Gomawoyo [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang