Chapter 27

3.4K 393 67
                                    

Suasana sepi menyelimuti lorong rumah sakit. Mengingat hampir tengah malam. Disana. Masih di depan ruang ICU. Namjoon duduk di kursi dengan pandangan kosongnya. Kondisinya terlihat berantakan dan kacau. Rambut yang acak-acakan dan kemeja yang sudah tak rapi. Bekas air mata terlihat dengan jelas di wajah tampannya.

Perkataan dokter beberapa menit yang lalu terus terngiang di telinga Namjoon. Berputar-putar di dalam kepalanya. Saat sakit. Sangat sakit mendengar perkataan dokter itu.

Perkataan yang membawa mimpi buruk padanya. Perkataan yang tak ingin di dengarnya. Bahkan selamanya Namjoon berharap tak mendengarnya.

Padahal baru sore tadi ia bergurau dengan Jungkook. Menggendong adiknya itu. Saling melempar ejekan dan berakhir dengan saling melepas tawa. Ya, masih dapat Namjoon ingat dengan jelas di otaknya. Masih sangat baru. Namjoon bahkan bisa mengingat kondisi Jungkook yang membaik sore tadi. Ya, setidaknya itu yang di lihat Namjoon.

Tapi, apa sekarang? Ketika pulang dari kantor tuan Kim, Wendy menghubunginya dan mengatakan jika Jungkook masuk ICU. Namjoon sangat berharap itu hanya omong kosong belaka. Tapi, mendengar isakan Wendy dan suaranya yang cemas, membuat Namjoon menjadi berpikir itu adalah hal nyata yang tak pernah diinginkan Namjoon.

"Kau lihat bintang itu, hyung?"

"Heum."

"Bintang itu seperti dirimu, hyung. Kau harus bersinar seperti bintang itu, hyung."

"Geureom. Dan kau lihat bintang disebelahnya itu? Bintang itu adalah dirimu. Kau harus selalu ada disampingku untuk membuatku terus bersinar. Arrachi?"

"Ne. Aku akan selalu ada didekatmu, hyung. Aku tak akan pergi kemana-mana."

Seketika percakapan antara dirinya dan Jungkook ketika berbaring di lapangan basket karena suntuk belajar, terngiang di telinga Namjoon. Bayangan dulu ketika Jungkook dengan polosnya mengatakan jika bintang yang bersinar terang adalah dirinya terlintas begitu jelas di benaknya. Dan saat Jungkook mengatakan akan selalu di bersamanya dengan senyum kelinci yang menggemaskan melayang di benaknya. Dan seketika Namjoon tersentak dari lamunan dunianya sendiri. Matanya menatap lurus kedepan. Tak ada sorot kekosongan disana melainkan sorot keyakinan.

"Jungkookie pasti baik-baik saja. Ne, dia masih disini. Jungkookie sudah berjanji akan selalu bersamaku. Dia tidak pergi kemana-mana. Aku harus mencarinya. Aku harus menemui Jungkookie. Ne, aku harus menemukannya."

Namjoon bangkit dari duduknya dan berjalan dengan langkah lebar. Ia mulai mencari keberadaan Jungkook, yang ia yakin masih berada di rumah sakit ini. Namjoon hanya harus menemukannya. Ya, dia harus menemukannya.

"Apa kau ingin bermain petak umpet dengan hyung, Kookie-ya? Geurae, hyung akan mencarimu." ucap Namjoon dengan nada santainya. Seakan ia tengah bermain dengan Jungkook.

Namun, tak bisa di tutupi jika Namjoon hanya mencoba menghibur dirinya. Air mata yang kembali turun ketika ia menyusuri lorong demi lorong rumah sakit sambil mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan Jungkook, menunjukkan jika dirinya sangat kacau dan membutuhkan penghibur diri. Dan hanya dengan berpura-pura bermain dengan Jungkook di rumah sakit ini, Namjoon menghibur dirinya. Meski ia tak menyadari apa yang ia lakukan adalah hanya sebuah pelarian dari pikirannya yang terus mengatakan jika Jungkook telah pergi meninggalkannya.

Brugh!

Namjoon jatuh terduduk di lantai rumah sakit. Air matanya kembali mengalir dengan derasnya. Bahkan isakan berhasil keluar dari bibir Namjoon.

"Kookie-ya.. hiks.. hiks.. Kookie.. hiks.."

Siapapun yang melihat kondisi Namjoon saat ini pasti akan iba. Namjoon terus terisak. Bibirnya terus merapalkan panggilan kesayangan pada adiknya itu.

Mian, Gomawoyo [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang