Chapter 24

3.5K 408 66
                                    

Kondisi pertokoan saat ini terlihat begitu ramai. Terlihat yeoja dengan rambut panjang pirangnya tengah berjalan menggandeng tangan seorang yeoja paruh baya. Mereka sibuk memasuki dari satu toko ke toko yang lain. Terlihat paper bag tengah memenuhi tangan mereka. Tapi itu tak menghentikan dua yeoja itu.

"Mama, kita harus mencari hiasan warna-warni di toko sebelah sana. Jja! Mama!" ajak yeoja itu, Wendy.

"Sayang, bukankah ini terlalu banyak? Mama tak yakin jika suamimu akan menyukai hal semacam ini." ucap yeoja paruh baya itu, nyonya Son.

"Ayolah, ma. Percaya padaku, Namjoon oppa pasti menyukainya." ucap Wendy dengan nada riangnya.

"Mama hanya ikut denganmu saja, Wendy. Sebenarnya siapa yang merencanakan hal ini? Ma tak yakin jika dirimu yang merencakannya. Jika dirimu, pasti akan jauh lebih dari ini." ucap nyonya Son dengan sesekali menggoda anak tiri perempuannya itu.

"Mama selalu saja mengejekku. Tapi, memang benar adanya kalau aku yang merencanakan pasti akan ku buat lebih dari ini. Semua ini yang merencanakan Jungkook. Dia sangat antusias memberikan kejutan pada hyungnya. Jadi aku membantunya, ma." jelas Wendy dengan senyum lebarnya.

Nyonya Son terlihat terdiam. Mendengar nama Jungkook dari mulut Wendy, kembali rasa sedih menyeruak di diri nyonya Son. Ia begitu merindukan anak kandungnya itu. Tapi apa? Ia kini tak bisa melakukan apapun. Bahkan menemui anak kandungnya sendiri.

"Mama.."

Nyonya Son tersadar dari lamunannya ketika mendengar suara Wendy yang terdengar lirih. Ia menolehkan kepalanya dan melihat anaknya itu tengah memijit pelipisnya.

"Astaga, sayang. Kau baik-baik saja? Wajahmu terlihat pucat, sayang." tanya nyonya Son dengan wajah cemasnya.

"Entahlah, ma. Kepalaku tiba-tiba pusing dan aku merasa tak enak badan, ma. Mual." ucap Wendy dengan nada lemasnya. Ia masih terus memijit kepalanya.

"Kita pergi ke rumah sakit sekarang. Mama tak ingin terjadi apa-apa padamu, sayang."

Nyonya Son memapah Wendy. Membantunya berjalan mencari taksi. Tak lama kemudian mereka masuk kedalam taksi. Dan taksi segera melesat menuju rumah sakit.

.

.

.

Nyonya Son terlihat begitu cemas di depan sebuah ruang pemeriksaan. Tak bisa di sembunyikan wajah cemas di wajah nyonya Son. Nyonya Son bahkan berjalan mondar-mandir di depan ruang pemeriksaan itu.

Cklek!

Nyonya Son menoleh dengan cepat ketika pintu di depannya terbuka. Seorang dokter yeoja dan Wendy keluar dari ruangan itu. Nyonya Son segera menghampiri Wendy dan merangkulnya. Wajahnya masih terlihat pucat meski tak sepucat tadi.

"Apa yang terjadi pada anak saya, euisanim?" tanya nyonya Son. Nada cemasnya terdengar begitu kentara disana.

"Anak anda baik-baik saja, nyonya. Tak ada masalah serius. Ini sudah biasa terjadi pada seorang yang tengah hamil muda." ucap dokter yeoja bername tag, Go Hyesun itu.

"Hamil?" tanya nyonya Park, mencoba memastikan.

"Ye, nyonya. Anak anda tengah hamil. Usia kandungannya sudah berjalan dua minggu. Ini hasil pemeriksaannya." ucap dokter Hyesun dengan menyerahkan sebuah amplop putih.

Nyonya Son tersenyum senang mendengar penuturan dokter. Ia menerima amplop itu dan membukanya. Benar. Wendy memang tengah hamil. Deretan huruf dan pernyataan di akhir surat itu tertulis jika Wendy positif hamil. Nyonya Son benar-benar tak bisa menutupi rona kegembiraan di wajahnya.

Mian, Gomawoyo [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang