Chapter 12

4K 410 2
                                    

.

.

Pertandingan sudah hampir tiba. Hanya tinggal satu minggu. Jungkook sudah berlatih dengan giat bersama tim a. Yoongi juga ikut melihat progres latihan tim a dan Jungkook. Beberapa kali, Yoongi di buat kagum dengan Jungkook. Meski kondisinya tak memungkinkan, tapi Jungkook benar-benar total untuk menghadapi pertandingan nasional besok.

Awalnya ketika Yoongi meminta tim Jungkook turun dalam pertandingan nasional, ia sedikit ragu. Ia takut kondisi Jungkook akan drop karena Jungkook memaksakan diri untuk selalu berlatih. Tapi, itu semua tak berarti ketika melihat Jungkook benar-benar antusias untuk mengikuti pertandingan nasional itu.

"Yoongi hyung, kenapa kau melamun?" tanya Jungkook yang sudah berada di tepi lapangan.

"Aniya, aku hanya melihat pemainanmu. Meski sudah lama kau tak berlatih, permainanmu masih tetap bagus seperti dulu, Jungkook-ah." ucap Yoongi. Jungkook hanya tersenyum.

"Tapi tetap saja, jangan terlalu memaksakan dirimu, Jungkook-ah." lanjut Yoongi lagi. Jungkook mengangguk paham.

"Ah, hyung. Bisakah aku meminta tolong padamu?"

"Apa?"

"Bisakah hyung tidak memberitau Namjoon hyung tentang pertandingan ini? Aku ingin memberitaunya jika sudah mendekati pertandingannya. Aku ingin mengejutkannya."

"Baiklah."

"Kalau begitu, aku kembali latihan dulu, hyung."

Jungkook kembali berlari menuju teman-temannya. Ia kembali berlatih untuk menghadapi pertandingan. Yoongi terus mengamati permainan Jungkook. Meski ia tau keadaan tubuh Jungkook sedang tak stabil, tapi melihat Jungkook bermain dan baik-baik saja, membuat Yoongi yakin jika Jungkook pasti bisa memenangkan pertandingannya.

Namun di tepi lain lapangan terlihat dua orang yang berpakaian basket tengah menatap tak suka kearah Jungkook dan timnya yang tengah berlatih. Mereka terlihat tak menyukai Jungkook.

"Bukankah dia terlalu sombong dengan kehebatannya bermain basket? Lihatlah, dia bisa dipercaya oleh Min seonsaengnim untuk turun ke pertandingan nasional. Cih." Gerutu namja dengan pandangan tajam itu.

"Bukankah Jungkook sunbae yang selalu mengajarimu ketika pertama kali kau masuk basket? Sudahlah, memang kemampuan bermain Jungkook sunbae sudah di atas rata-rata. Akui saja, Minhyung." Ucap namja yang duduk di dekat namja bernama Lee Minhyung itu.

"Aish, kau ini bukannya mendukungku, malah membela Jungkook sunbae. Sebenarnya yang menjadi temanmu itu Jungkook sunbae atau aku, Haechan-ah?" ucap Minhyung dengan nada kesal.

"Tentu saja dirimu. Tapi, kau itu terlalu iri dengan kemampuan Jungkook sunbae, Minhyung-ah. Sudahlah lupakan rasa bencimu terhadap Jungkook sunbae sebelum kau menyesal nantinya." nasihat Haechan.

"Aish, ternyata kau sama-sama menyebalkan seperti Jungkook sunbae." Ucap Minhyung dan berlalu pergi meninggalkan Haechan.

"Ya! Minhyung!"

Haechan hanya menggelengkan kepalanya. Ia benar-benar tak mengerti dengan sahabatnya itu. Ingin rasanya Haechan menyadarkan Minhyung dari rasa irinya. Tapi, ia tak akan pernah bisa menyadarkan Minhyung jika Minhyung sudah seperti itu.

Semoga kau tak menyesal membenci Jungkook sunbae, Minhyung-ah.

.

.

Hari sudah beranjak sore. Jungkook juga sudah menyelesaikan latihannya. Ia memutuskan untuk segera pulang kerumah. Jungkook melihat Minhyung yang masih berlatih di lapangan. Sebuah senyuman menghiasi wajah Jungkook ketika melihat hobaenya itu sedang berlatih dengan giat.

Mian, Gomawoyo [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang