Chapter 18

3.6K 426 13
                                    

.

.

Tiga hari sudah nyonya Kim di rawat di rumah sakit. Kondisinya masih tetap sama. Ia masih asik dengan tidur panjangnya. Banyak yang dengan setia menunggu nyonya Kim membuka matanya. Seperti Namjoon. Namja itu dengan setia menggenggam tangan nyonya Kim. Hampir setiap harinya, Namjoon selalu mengunjungi kamar rawat nyonya Kim untuk melihat kondisi eommanya. Meski ia tau, jika kondisinya tak akan berubah.

"Eomma, aku datang lagi." sapa Namjoon. Ia melihat tubuh nyonya Kim yang terlihat sedikit kurus.

"Kenapa tubuh eomma terlihat kurus? Apa eomma makan dengan baik?" tanya Namjoon sambil menatap eommanya dengan wajah sendu.

Tak terasa air matanya sudah mengalir begitu saja di kedua pipinya. Namjoon akan selalu seperti ini jika melihat kondisi nyonya Kim. Benar-benar memilukan. Bahkan kesedihan Namjoon tak bisa di ungkapkan dengan kata-kata.

"Hiks.. hiks.."

Namjoon semakin menundukkan kepalanya dalam, ketika dirinya terisak. Ia benar-benar sedih. Nyonya Kim yang selalu ada untuknya, selalu memberikan semangat untuknya, kini harus terbaring tidur di rumah sakit. Jika bisa ia perlihatkan bagaimana pikirannya sekarang. Benar-benar kacau. Pikirannya benar-benar berantakan.

"Eomma.. hiks.. apa eomma tidak lelah, terus tertidur seperti ini?"

"Eomma tidak kasihan melihatku terus menangis seperti ini?"

"Sebenarnya eomma mimpi apa, sampai-sampai eomma tak ingin membuka mata?"

"Eomma.. hiks.. kenapa eomma diam saja? Jawab aku, eomma."

Namjoon terus melemparkan berbagai pertanyaan pada nyonya Kim. Meski nyonya Kim tak akan pernah menjawab satu pertanyaan Namjoon. Namjoon berusaha mengajak nyonya Kim berbicara meski hanya kebisuan yang selalu di dapatkannya.

Drrtt!! Ddrrtt!!

Ponsel Namjoon berdering, menandakan ada sebuah pesan masuk. Ia mengeluarkan ponselnya dan membuka pesan masuk itu.

From: Appa

Namjoon-ah, cepat pulanglah. Ada yang ingin appa bicarakan denganmu.

Namjoon hanya menatap ponselnya tanpa berniat untuk membalas pesan dari tuan Kim. Ia kembali memasukkan ponselnya kedalam saku dan menatap wajah nyonya Kim dihadapannya.

"Eomma, aku harus pulang. Appa ingin berbicara sesuatu denganku. Nanti aku akan kembali lagi kemari." pamit Namjoon.

Namjoon mengecup kening sang eomma dan berjalan meninggalkan kamar rawat nyonya Kim. Beberapa menit setelah kepergian Namjoon, pintu kamar rawat nyonya Kim kembali terbuka dan menampakkan sosok namja lain dengan wajah sedihnya.

.

.

Cklek!

Setelah mendapatkan pesan dari tuan Kim, Namjoon segera bergegas pulang. Kini ia tengah berjalan menuju ke ruang tamu untuk menemui tuan Kim. Ketika sampai di ruang tamu, Namjoon melihat tuan Kim dengan keluarga Son disana. Namjoon meliha Wendy yang tersenyum kearahnya.

"Namjoon-ah, kemarilah. Ada yang ingin appa bicarakan." Pinta tuan Kim.

Tanpa berkata apapun, Namjoon berjalan dan duduk di samping Wendy. Wendy memegang tangan Namjoon untuk menyalurkan semangat pada calon suaminya itu. Namjoon bisa melihat wajah Wendy yang sendu meski dengan senyum yang terpampang di wajahnya.

"Apa yang ingin appa bicarakan?" tanya Namjoon setelah kesunyian melanda beberapa menit.

"Ini mengenai pernikahanmu dengan Wendy. Melihat kondisi eommamu yang koma di rumah sakit. Appa dan keluarga Son sudah memutuskan untuk menunda pernikahanmu sampai eommamu sadar dan sehat kembali." Ucap tuan Kim yang membuat Namjoon tersentak.

Mian, Gomawoyo [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang