Jinyoung melangkahkan kaki panjangnya memasuki mansion miliknya itu. Saat masuk ia dihadiahi oleh tatapan ketakutan dari para maid. Jinyoung menuju ruangan tempat Jihoon berada. Jinyoung langsung memasuki ruangan itu, terlihat Jihoon sedang duduk menghadap jendela. Cahaya rembulan yang bersinar dan mengenai Jihoon membuat Jihoon terlihat sangat cantik di mata Jinyoung. "Jihoon" panggilnya Jinyoung. Saat dipanggil Jihoon tidak berbalik membalik memandangnya.
Jika Jihoon seperti ini pastinya ia sedang ngambek. Jinyoung dengan perlahan berjalan menuju ranjang yang sedang Jihoon duduki. "Jihoon-aa kenapa?" Tanya Jinyoung, Jihoon tidak menjawab apa apa ia masih tetap berpegang teguh untuk diam. Tidak sengaja mata Jinyoung menangkap makanan yang tidak dimakan diatas meja nakas. "Kenapa kau tak makan?" Tanya Jinyoung. Makanan yang terlihat enak dan menggoda selera itu Jinyoung ambil, ia berniat untuk menyuapi Jihoon makanan itu. "Coba cerita kenapa kau seperti itu?" Tanya Jinyoung terus agar Jihoon mau membuka mulutnya.
"Aku tak suka" jawab Jihoon dengan suara kecil, mungkin seperti bisikan. Tetapi karna ruangan itu sepi dan hanya ada mereka berdua disitu, Jinyoung tentu saja dapat mendengarnya. "Tak suka apa?" Tanya Jinyoung. "Aku tak suka kau jalan dengan dokter itu hingga jam segini" jawab Jihoon. Jinyoung yang mendapatkan jawaban tak terduga dari Jihoon pun merasa campur aduk. Jinyoung merasa ia tidak terlalu bersalah disini ia jalan dengan dokter itu hanya untuk sebagai tanda terima kasih, karna berkatnya Jihoon mulai bisa menerimanya kembali secara perlahan. Ia hanya mencintai Jihoon tentunya, karna Jihoonlah yang berhasil meluluhkan perasaannya yang dulu membuka sebeku es di kutub utara. Jinyoung tak percaya jika Jihoon bisa mencemburui hal ini.
"Jihoon lihat aku" ucap Jinyoung. Jihoon tetap setia melihat pemandangan diluar jendela. "Maafkan aku karna aku pulang jam segini, aku jalan tadi hanya untuk tanda terima kasihku kepada dokter, jadi janganlah berpikir yang macam macam Jihoon" ucap Jinyoung panjang lebar. Jihoon yang mendengar ucapan Jinyoung langsung roboh pertahanannya. Karna tak mungkin Jinyoung seorang psikopat akan bertekuk lutu pada dokter itu. Maksudnya mereka berdua cocoknya dominan bagaimana nanti kalau misalkan, you know lah...
Jihoon memandang wajah Jinyoung berusaha menemukan kebohongan di wajah manusia psikopat yang sayangnya sangat ia cintai ini. Tidak ada kebohongan semuanya adalah perkataan tulus penuh rasa cinta yang keluar. Jihoon menunduk ia merasa bersalah karna sudah berprasangka yang buruk pada Jinyoung. "Mianhae aku berpikir yang aneh aneh" ucap Jihoon. Jinyoung memegang tangan Jihoon, Jihoon mendongakkan kepalanya melihat wajah Jinyoung. "Gwenchana" ucap Jinyoung sambil tersenyum. Jihoon pun ikut tersenyum.
"Sudah sekarang kau harus makan ne" ucap Jinyoung lalu mengambil makanan yang sempat mereka abaikan. "Ne, tapi suapin ne daddy" ucap Jihoon dengan nada dibuat buat seperti anak kecil yang dihadiahi kekehan kecil dari bibir Jinyoung. Jinyoung pun mulai menyuapi Jihoon. Jinyoung menyuapi Jihoon dengan telatan hingga makanan di atas piring tadi lenyap. Sesudah makan Jinyoung dan Jihoon menghabiskan waktu untuk melihat bulan lewat ruangan Jihoon.
"Jihoon bolehkah?" Tanya Jinyoung yang membuat dahi Jihoon menyerngit. "Boleh apa?" Tanya Jihoon. "Itu bolehkah aku menciummu?" Tanya Jinyoung, terlihat sekali wajah Jinyoung memelas memohon pada Jihoon. Pipi Jihoon merona, dengan malu malu Jihoon menganggukan kepalanya dengan wajah tersenyum menatap Jinyoung. Perlahan lahan Jinyoung menipiskan jarak diantara mereka. Deru nafas satu sama lain dapat mereka rasakan. *Cup* bibir keduanya bertemu. Sungguh Jinyoung sangat senang saat ini walaupun ia baru bisa mencium Jihoon tak apalah, setidaknya Jihoon mulai menerima dirinya yang seorang psikopat pembunuh ini.
Jinyoung melumat pelan bibir bawah Jihoon. Sekali kali ia gigit kecil kecil bibir Jihoon. Sebaliknya Jihoon mengikuti alur yang dibuat oleh Jinyoung. Ciuman itu terasa begitu lembut tapi memabukkan. Jihoon menepuk dada Jinyoung pelan saat ia rasa nafasnya akan habis. Dengan tidak rela Jinyoung melepaskab pangutan mereka. "Terima kasih" ucap Jinyoung. "Untuk?" Tanya Jihoon dengan wajah penasaran. "Karna kau akhirnya bisa menerimaku apa adanya diriku, aku minta maaf karna diriku adalah seorang psikopat, aku tahu pasti awalnya kau tak bisa menerima kalau aku adalah psikopat, dan juga terima kasih karna dulu kau dengan beraninya mendekatiku lalu mengajakku berteman, tak ku sangka kita bisa menjadi teman, bahkan sangat lebib dari sekedar teman" jawab Jinyoung sambil memegang tangan Jihoon dan menatap lurus pada manik Jihoon.
"Sama sama, tetapi berhentilah membunuh orang Tuan Bae Jinyoung! Aku tak suka seorang pembunuh!" Ucap Jihoon. Mendengar ucapan Jihoon, Jinyoung hanya bisa tersenyum kecil. Pastinya ia akan berusaha berubah bukan? Bagi orang yang ia cintai, ia sayangi segenap hati dan jiwa raganya. Memang benar kata orang cinta bisa merubah seseorang. Tetapi bisakah cinta mengubah seorang psikopat menjadi orang biasa kembali? Kita tak tahu apa yang akan terjadi di masa depan.
Tbc
Eakk gimana???
Seneng nggak update nih...
Besok juga author usahain update kalau jaringan mendukung okay...
Maafkan typo, ketidak nyambungan, dll.Tetapi sebuah cerita indah tak akan indah jika tak ada tradegi besar kan...
Jadi silahkan tunggu aja semua 🌚
Sekian bacotan dari saya Author Martha/Bae/Tani
YOU ARE READING
You're (Mine)
Short StoryDEEPWINK -BAE JINYOUNG -PARK JIHOON 18pluss WARNING MATURE CONTENT & PSYCHO SCENE