Chapter 8

287 32 4
                                    


Jihoon terbangun dengan keadaan tangan diborgol dan kaki diikatkan ke ranjang. "JINYOUNG!!!" teriak Jihoon. Tidak lama kemudian pintu ruangan tempat ia berada terbuka, menampakkan Jinyoung. Jihoon memberontak berusaha melepaskan diri tapi tak bisa. Jinyoung yang merasa kasihan melangkah maju lalu melepaskan tali dan borgol yang mengekang Jihoon. Jihoon segera saja menghujani Jinyoung dengan makian dan pukulan.



Jinyoung yang diperlakukan seperti ini hanya diam. Ia sadar semua ini adalah salahnya. Andaikan ia tidak lalai dan termakan emosi waktu itu mungkin Jihoon tidak akan menjadi seperti ini. Karna lelah menghujat dan memukul Jinyoung, Jihoon terduduk dilantai dengan lemas. Ia memeluk lututnya sendiri lalu menangis. Jinyoung berdiri lalu melangkahkan kaki pergi dari ruangan itu. Sesudah berada diluar ruangan itu. Jinyoung menangis, ia menangis dalam diam, ia memandang pintu ruangan Jihoon sambil menangis. Terakhir kali seorang Bae Jinyoung menangis adalah saat kematian ibunya.



Sejak saat itu Jinyoung mulai mengubur yang namanya kasih sayang. Namun ia menemukannya lagi saat bertemu dengan Jihoon. Itu semua karna Jihoon bisa mengetuk pintu hati Jinyoung yang lama terkunci. Karna Jihoon, Jinyoung bisa tersenyum, tertawa & merasakan rasa cinta. Mungkin juga karna Jihoon, Jinyoung akhirnya merasa sakit. Jinyoung tidak bisa membayangkan bagaimana hidupnya jika Jihoon tidak ada



Di dalam ruangan pun Jihoon sangat sedih, ia ingin membunuh Jinyoung namun tak bisa karna Jihoon masih cinta sama Jinyoung. Biasanya jika ia seperti ini ia akan meluapkan segala unek unekknya ke Jinyoung. Bahkan saat ia menutup mata ia dapat melihat wajah Jinyoung yang tersenyum padanya. "Jinyoung...hikss....pabo" karna lelah menangis dan marah, Jihoon ketiduran dalam posisinya sekarang. *Ceklek* pintu kembali terbuka, terlihat Jinyoung dengan wajah kusutnya tersenyum tipis saat melihat Jihoon.



Jinyoung mengangkat Jihoon lalu menaruhnya diranjang yang tersedia di ruangan itu, Jinyoung mencium pelan pucuk kepala Jihoon "Saranghae Hoonie" ucap Jinyoung lalu ia keluar dari ruangan itu.



Sekarang Jinyoung sedang berjalan dilorong rumah sakit. Jinyoung berdiri didepan pintu yang bertuliskan nama "Lai Quanlin". Jinyoung langsung saja masuk tanpa permisi atau mengetuk. Terlihat seorang namja yang sedang duduk sambil memegang beberapa berkas. "Jinyoung" ucap Jinyoung, saat raut wajah namja itu seolah olah berkata 'Siapa?'. Namja itu tersenyum "Silahkan duduk Jinyoung-ssi, saya Quanlin" ucap Quanlin.



"Saya tak suka basa basi, tadi paman saya sudah memberitahumu kan kalau aku ada urusan denganmu kan?" ucap Jinyoung, "Jadi berdasarkan pengamatan saya, saya rasa kekasih saya mengindap bipolar, karna kemarin ia manja pada saya seperti biasanya tapi setelah saya berkata sesuatu ia langsung menghancurkan barang barang dikamar dan memukulku" ucap Jinyoung. "Ahh... seperti itu, tapi mungkin saja pengamatanmu salah, bisa saja ia depresi, untuk lebih lanjut besok saya akan mulai memeriksa kekasih anda" ucap Quanlin. "Ahh iya jangan terlalu formal, aku rasa kita seumuran" ucap Quanlin, "Benarkah? Sayangnya sekarang saya masih sekolah dan kau telah menjadi dokter, ah iya umurku baru 18" ucap Jinyoung lalu beranjak pergi, sebelum pergi "Nanti aku sms alamat rumahku, semoga besok kau bisa datang untuk memeriksa kekasihku" ucap Jinyoung lalu melangkah pergi.



"Cantik" gumam Quanlin sesudah Jinyoung menghilang dari balik pintu.




TBC


Hehehe... Martha kembali... semoga suka

terima kasih buat semua yang udah kasih semangat buat martha...

maafkan typo ya

dan

Ceritanya yang gaje



You're (Mine)Where stories live. Discover now