CHAPTER 9

253 28 3
                                    


Besoknya Quanlin memberhentikan mobilnya didepan gerbang mansion. Quanlin mengeluarkan hpnya lalu menelpon seseorang. "Halo, Jinyoung aku sudah sampai" ucap Quanlin lalu panggilan itu terputus. Terlihat seorang maid berjalan menuju gerbang. Maid itu membuka gerbang lalu Quanlin masuk kedalam mansion itu. Quanlin memasuki ruang tamu mansion itu, terlihat seorang Bae Jinyoung sedang duduk dengan angkuhnya. Yang terlihat sangat manis dimata Quanlin.


"Baiklah dokter Lai lewat sini" ucap Jinyoung lalu memimpin Quanlin keruangannya Jihoon. "Ini" ucap Jinyoung sambil menunjuk sebuah pintu didepan mereka berdua. Quanlin masuk kedalam ruangan itu. Ia dapat melihat Jihoon sedang duduk diatas tempat tidur sedang melihat keluar jendela.


"Jihoon-ssi" panggil Quanlin. Jihoon pun mengerakkan kepalanya menuju Quanlin. "Ahh... anyeong Jihoon... aku Quanlin, bagaimana kabarmu?" Tanya Quanlin, "Baik" jawab Jihoon dengan senyuman yang memancarkan kesedihan dan keputus asa-an, tidak seperti biasanya yang memancarkan sukacita. "Jadi apa yang sedang Jihoon-ssi rasakan?" Tanya Quanlin. "Aku merasa sangat kecewa" ucap Jihoon. "Kecewa? Kenapa bisa?" Tanya Quanlin, "Karna orang yang ku cintai membuatku kecewa, aku masih cinta padanya, tapi aku kecewa sama perbuatan yang ia buat" ucap Jihoon. Quanlin mengganguk paham. "Tapi lebih baik cobalah kamu memaafkan perbuatannya yang mengecewakanmu, pasti kamu akan merasa lebih baik, lain kali kita akan ngobrol lagi... sampai jumpa Jihoon" pamit Quanlin lalu ia melangkah pergi.


Diluar ruangan Jinyoung sedang berdiri dengan khawatir. Quanlin keluar dari ruangan. "Bagaimana?" Tanya Jinyoung, "Seperti dugaanku pengamatanmu salah, Jihoon depresi, tapi beruntungnya depresinya tidak terlalu berat, sepertinya ia terbeban sesuatu, kalau yang ia berubah secara tiba tiba itu mungkin karna, awalnya ia lupa dengan kekecewaannya, tapi mungkin kamu berkata sesuatu yang membuatnya mengingat kekecewaannya, lusa aku akan datang dengan seorang perawat untuk merawat Jihoon" ucap Quanlin. Wajah Jinyoung tidak setegang tadi, ia merasa lega ternyata bukan bipolar yang menggangu Jihoon.


Quanlin yang melihat wajah Jinyoung yang sepertinya agak senang merasa teriris hatinya. Karna ia tahu Jinyoung tidak akan tersenyum seperti ini untuknya. Quanlin pun undur diri lalu melangkah pergi dari mansion.


Jinyoung berada di depan ruangan Jihoon. Ia mau masuk tapi mengingat Jihoon sangat membencinya membuat Jinyoung yang angkuh ini merasa takut. *ceklek* Jihoon membuka pintu ruangan, dan mereka langsung saling berhadapan. "A-aku lapar" ucap Jihoon agak gagap. Jinyoung hanya tersenyum, setidaknya Jihoon mau terbuka sama dia. "o-oh ok, tungguu saja didalam" ucap Jinyoung sambil tersenyum.


Sesudah itu Jinyoung turun kebawah lalu mulai memasak untuk Jihoon, sangking senangnya, senyum diwajah Jinyoung tidak luntur sama sekali. Hidangan sudah selesai. Jinyoung segera membawanya ke ruangannya Jihoon. *ceklek* Jinyoung memasuki ruangan lalu melihat Jihoon sedang berkeliling ruangan itu. "Ini makanannya" ucap Jinyoung lalu menaruh makanan itu di meja kecil yang berada di ruangan itu. Ruangan yang digunakan Jihoon bisa dibilang mewah. Ranjang berukuran queen size yang disampingnya ada jendela yang mengarah langsung ke taman bunga di mansion tersebut, ada lemari buku sedang, dan memiliki kamar mandi.


"Gomawo" ucap Jihoon lalu berjalan untuk duduk lalu memakan hidangan yang telah dihidangkan oleh Jinyoung. Jinyoung tersenyum lalu keluar dari ruangan itu. Jinyoung pun menelpon Quanlin. Ia ingin berterima kasih, mungkin tadi Quanlin menasehati sesuatu pada Jihoon.

"Halo" -Quanlin

"Halo, terima kasih Quanlin, Jihoon kelihatannya mulai membaik" -Jinyoung

"Benarkah? Baguslah berati dengan beberapa kali terapi ia akan pulih sepenuhnya"- Quanlin

"Terima kasih Quanlin"-Jinyoung

"Ahh... itu sudah menjadi tugasku"-Quanlin

"Kau ingin apa? Minta apa saja akan ku kabulkan jika bisa, anggap saja tanda terima kasih dariku"-Jinyoung

"Mmmm... bagaimana kalau kau menemaniku seharian"-Quanlin

"Untuk apa?"-Jinyoung

"Aku ingin mencari oleh – oleh, 3 hari lagi aku akan pulang ke Taiwan"-Quanlin

"Tapikan tidak harus seharian"-Jinyoung

"Aku memiliki banyak sepupu yeoja, karna kulihat kekasihmu manis mungkin kau tahu mana yang sesuai untuk selera yeoja"-Quanlin

"Eoh... baiklah besok, kita bertemu di café dekat rumah sakit"-Jinyoung

"Baiklah Jinyoung"-Quanlin


Sambungan telpon dimatikan, Jinyoung pun menuju ruangan Jihoon. Jinyoung mau memberi tahu Jihoon kalau besok ia akan keluar seharian bersama Quanlin. Jinyoung membuka pintu ruangan Jihoon. "Jihoon... besok aku akan keluar seharian bersama Quanlin, dokter yang tadi siang" ucap Jinyoung. "Baiklah, pergilah" ucap Jihoon. Jinyoung mendekati Jihoon yang sedang membaca buku diatas ranjang, lalu mencium lembut pucuk kepala Jihoon.


"Saranghae" ucap Jinyoung, lalu Jinyoung beranjak keluar dari ruangan. Saat Jinyoung sudah tidak kelihatan "Nado, Jinyoung-ah" gumam Jihoon.


Disisi lain, Quanlin sekarang sedang kesenangan. Akhirnya ia bisa bersama Jinyoung seharian. Ia tahu ia salah harus melakukan hal kotor seperti ini. Tapi Quanlin ini untuk yang terakhir kalinya sebelum ia indah ke Taiwan.


"Gomawo, Jinyoung" gumam Quanlin


TBC

Jadi sebenarnya Author mau naikin ini kemaren tapi sayangnya wifi kurang bersahabat jadi baru bisa di Up


Eciaaa si Quanlin mau nikung Jihoon ni eee....


maafkan typo, kegajean, cerita dlll


bye!!


-Martha

You're (Mine)Where stories live. Discover now