Setahun kemudian~
Jinyoung sedang sibuk berkutat dengan berkas berkas di mejanya. Jinyoung menghentikan sebentar pekerjaannya, lalu mengingat kejadian setahun yang lalu sambil memandang bulan purnama yang bersinar malam ini melalui jendela besar yang berada di ruang kerjanya. Saat itu ada dua bunyi tembakan terdengar.
Tembakan pertama merupakan bunyi dari pistol Daehwi.
Sedangkan yang kedua adalah bunyi dari pistol pamannya Suho.
Yaa Jinyoung memang mengontak Suho terlebih dahulu saat Jinyoung akan menyelamatkan Jihoon. Beruntung ada pamannya disana yang datang tepat waktu jika tidak mungkin Jinyoung tidak akan bisa selamat, begitu pula Jihoon.
Peluru Daewhi menembus dada Jinyoung lumayan dalam. Beruntung peluru tersebut tidak terkena organ vital, tetapi Jinyoung kehilangan banyak darah yang membuat keadaannya kritis. Beruntung Jinyoung selamat. Tetapi tidak dengan Jihoon. Depresi Jihoon memburuk, Jihoon bahkan beberapa kali ketahuan menyakiti dirinya sendiri. Mulai dari memukulkan kepalanya pada dinding hingga kepalanya berdarah, beruntung yang satu itu berhasil diselamatkan oleh maid. Saat itu keadaan Jihoon semakin parah tiap harinya, beda dengan Jinyoung yang keadaannya semakin hari makin membaik.
Hanya fisiknya yang membaik, tidak dengan keadaan perasaannya. Tiap Jinyoung melihat Jihoon setelah kejadian itu, Jinyoung selalu merasa bersalah dan menyesal. Karna dia Jihoon menjadi seperti ini.
Jihoon dengan keadaan seperti ini selalu sering terapi langsung dengan dokter jiwa terbaik di Korea. Jihoon putus sekolah begitu pula Jinyoung. Jinyoung tidak melanjutkan pendidikannya lagi karna ia sekarang mengambil alih perusahaan sang appa, karna pamannya merasa kewalahan mengurus dua perusahaan sekaligus apalagi dua perusahaan ini adalah perusahaan yang besar bukan hanya di korea tapi juga di dunia.
*Tok tok*
Lamunan Jinyoung terhenti lalu seorang maid dengan keadaan pakaian acak acakkan memasuki tuang kerjanya. "Tuan Bae, Tuan Jihoon lepas kendali lagi!" ucap maid itu panik. Jinyoung beranjak dari tempatnya lalu segera berjalan dengan maid tadi dibelakangnya lalu berjalan menuju kamarnya Jihoon.
*Brak*
Yang pertama Jinyoung lihat sesudah membuka pintu adalah Jihoon yang memberontak dengan maid yang menahan tangannya. Satu disebelah kanan dan satu disebelah kiri, sedangkan Jihoon memberontak. "Lepaskan AKU!!!" Teriak Jihoon. Jinyoung segera memeluk Jihoon yang masih memberontak, lalu memberikan isyarat pada para maid untuk meninggalkan mereka berdua dulu untuk sementara. "Lepaskan aku jeball... Hiks" ucap Jihoon. Jihoon berhenti memberontak, kamar menjadi sunyi.
Jinyoung mengelus kepala Jihoon. "Mian hoonie, aku tahu aku salah karna aku membunuh orang tuamu, orang tuamu saat itu tahu bahwa aku seorang psikopat, dan aku yakin mereka akan memisahkan kita! Aku tidak mau kita berpisah, kamu terlalu berharga buat aku, aku gak bisa lepasin kamu, maafin aku karna melakukan hal jahat, aku memang gak pantas untung bersanding sama kamu yang sempurna, tapi aku mohon kembali lah kayak dulu Jihoon, aku mohon..." Ucap Jinyoung, tanpa Jinyoung sadari setetes air mata keluar dari manik Jinyoung yang biasanya memandang orang dengan deep.
"Berisik kau tuan Bae, aku berusaha untuk tidur" ucap Jihoon lalu membalas pelukkan Jinyoung. Jinyoung merasa lega, ia memeluk Jihoon dengan erat, lalu sesekali mencium pucuk kepala Jihoon.
Tbc
Ahaqqq chap depan chap terakhirrrrr :)
Author usahain hari ini double up 🎉
YOU ARE READING
You're (Mine)
Short StoryDEEPWINK -BAE JINYOUNG -PARK JIHOON 18pluss WARNING MATURE CONTENT & PSYCHO SCENE