Titipan dari langit

484 11 2
                                    

24 mei 2011

Mama "vio, tadi dokter bilang kamu sudah di perbolehkan pulang nanti siang pukul 2"
Wajah mama terlihat sekali berseri seri dan tampak bahagia

Vio "Alhamdulillah, serius mah?"
'Akhirnya, kebosanan ku hari ini berakhir, infus ini pergi juga dari tubuhku, ranjang beralaskan seprai putih ini sudah tidak akan ku lihat lagi. Selamat tinggal dinding putih.'

Mama "emangnya, wajah mama seperti pendusta ?"

Vio "ya Allah ma, sensi banget hari ini, hehe"

Mama "bagaimana mama tidak kesal sama kamu, tidak percaya sama ibu kandung sendiri"

Vio "vio cuman bercanda mama ku tercantik"

Mama "ya sudah, mama siapin barang barang kamu dulu"

Vio "oke ma"

——————————————————————

Tok tok tokkk!!

Segera ku buka pintu itu. Ternyata ada sesorang laki laki, terlihat seperti umur 30 an keatas. yang membawa bunga besar, dan beberapa bingkisan. siapa dia ini, aku sama sekali tidak mengenal.

Mas mas tua " permisi, dengan mbak Viona Alhakim ?"

Vio "iya saya sendiri, ada apa ya pak?"

Mas mas tua " saya cuman mau ngasih bunga dan beberapa bingkisan ini"

Vio "tapi saya tidak memesannya sama sekali"

Mas mas tua "ada seseorang yang mengambil jasa saya untuk memberikan ini semua. Katanya dari langit untuk sang peri hujan, namanya Viona Al hakim"

Vio "hah ? Hmmm, siapa nama asli langit pak ?"

Mas mas tua "maaf, tapi mas mas itu cuman bilang dari langit. Saya pun tidak tahu nama aslinya"

Vio "ohh, oke pak, terimakasih"

Mas mas tua "eh iya mbak, langit kirim salam sama peri hujan"

Vio "sampaikan salam ku balik pada langit, dan terimaksih"

Aku segera menutup pintu, aku bingung, siapa langit ? Kenapa dia bisa mengirim kan ku bunga sebesar ini, dan bingkisan sebanyak ini.
Aku takut, bisa saja ini isinya adalah Bom, dari teroris, aduh tuhan, aku belum ingin mati sekarang. Lebih baik aku mati karna nadi ku berhenti dengan penyakit ini, dari pada harus di bom oleh teroris.
Aku lihat bunganya, aku periksa dengan detail, aku tak menemukan ada hal yang aneh di bunga ini, Tapi ada secarik kertas berwarna merah jambu. Aku penasaran, dan langsung ku buka.

Dari: Langit
Untuk: Peri hujan

Hallo, peri hujan, aku tahu kamu sedang tidak baik baik saja sekarang, makanya aku kirim kan kamu bunga dan beberapa bingkisan.
Please jangan berfikir aku adalah teroris, ini bukan bom peri hujan, hanya ucapan semoga lekas sembuh saja.
Oh iya, peri hujan, jangan sakit, jangan rindu, jangan menunggu, karna itu tidak baik untuk hati dan jantungmu, kasian hatimu, ia tak akan sanggup menanggung beban karna ulahmu.lihat saja, karna itu kamu langsung masuk ICU.cukup aku yang menanggung.
Jangan luka lagi ya, kupingku tidak tahan, mendengar bahwa peri hujan yang selalu ku jaga diam diam dengan susah payah, harus terluka sedalam ini. Salam pada calon mertua dan kak Arison.

JARAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang