Bukan jawabannya

348 11 4
                                    

Back to vio dan rinko

Setelah membuka mata, aku melihat beberapa kelopak bunga berwarna merah membentuk love, di tengahnya di sungguhi bunga besar dan satu kotak kecil berwarna merah, seukuran tempat cincin sepertinya. Cuman ntahlah, aku tidak tau di dalamya apa.
Banyak sekali bunga dan balon berwarna hitam dan merah. Tetapi ada sesuatu tirai di dinding tepat di depanku berada sekarang.
Lalu dokter Rinko segera membuka tirai itu.
Yang benar saja, aku takjub saat melihatnya, ada tulisan berwarna hitam dengan kalimat "will you be mine."
Tentu saja aku terkejut, semua orang yang berada disisiku pasti akan terkejut saat melihat tulisan itu.
Lalu dokter itu menuju kotak merah di tengah kelipak bunga yang tersusun berbentuk love itu, kemudian mengambilnya, dan menyodorkan cincin itu di dahadapanku.

Vio "apa ini?"

Dokter Rinko "apa jawabannya."

Vio "kita baru sebentar untuk mengenal."

Dokter Rinko "bahkan aku tidak kenal waktu sebentar untuk jatuh cinta padamu Vio."

Vio "bagaimana kau sangat yakin dengan cintamu?"

Dokter Rinko "hatiku yang memilih."

Vio "hanya 1 minggu, dan kau sudah yakin dengan hatimu?"

Dokter Rinko "yaa, tentu."

Vio "maaf, aku tidak bisa. Ini terlalu cepat."

Dokter Rinko "aku yakin, kau hanya perlu waktu."

Vio "tidak, aku serius. Aku belum bisa meyakinkan hatiku padamu."

Dokter rinko "baiklah, tidak apa apa."

Dengan memasang wajah begitu menyedihkan lalu menundukkan pandangannya, terlihat sekali ada wakah kekecewaan yang sangat besar. Aku bingung harus bagaimana, kenapa aku sangat merasa bersalah.
Aku memang tidak bisa menerimanya, sungguh.
Aku masih menunggu Fathan sang kekasihku.
Dokter, harusnya kau mengerti.
Bukan secepat ini.

Vio "aku pulang sendiri saja."

Dokter Rinko "tidak, jangan, aku yang membawamu kesini, dan aku yang harus bertanggung jawab."

Vio "tidak apa apa. Taksiku sudah menunggu."
Aku langsung memesan taksi setelah berbicara dengan dokter ini.

Dokter Rinko "tidak Vio."

Vio "maaf, aku harus pergi."
Lalu rinko segera menghentikanku, dengan menggenggam tanganku.
Aku langsung melepaskan genggamannya.
Aku bukan marah kepadanya, tapi hanya sangat merasa bersalah, aku tak kuat melihat kesedihannya, seperti rasa di hati ini akan semakin sakit jika melihat wajah kecewanya itu.
Dokter Rinko, kau semakin membuat ku bingung dengan semua yang telah kau lakukan padaku.

Aku pun keluar dari ruangan itu, dan segera ke lif.
Ketika ingin masuk ke lif, ternyata pintu itu segera terbuka, aku langsung masuk.
Ketika pintu lif mulai tertutup rapat, ternyata dokter tampan itu mengejarku, karna terlambat, ia tidak bisa masuk kedalamnya.
Aku sudah sampai di lobi, ternyata taksiku sudah menunggu di depan.
Aku langsung masuk ke mobil sedan berwarna biru yang di atasnya ada tulisan (taxi).
Dan duduk di belakang supir, tepat sekali di dekat jendela sebelah kanan.

"Kemana mbak."
Kata supir taksi yang memakai baju biru dan bertopi hitam itu.

Vio "kemana saja, asal tidak kembali ke rumah."

Supir taxi "lah saya bingung kemana mbak."

Vio "sudah jalan saja dulu."

Supir taxi "baik mbak."

JARAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang