Sebuah realita

392 10 0
                                    

California

Sisi Ranty

Apa kabar indonesia, aku merindukannya, apa kabar Viona sahabatku, apakah dia masih di rumah sakit atau bahkan sudah hilang dari bumi. Aku merindukkanny, maafkan aku viona, meninggalkanmu ketika mata itu tak mampu kau buka.
Memang seharusnya aku harus pergi, tapi pergi bukan meninggalkan atau menghilang dari hadapanmu selamanya.
Maaf sudah membohongimu, aku kesini bukan untuk melihat kakakku Vizta, tapi melihat kekasihku yang sedang lemah tidak berdaya sekarang, bukan aku lebih memilih kekasih di bangding kau Vio, tapi dia lebih membutuhkanku.
Dia masih terbaring di rumah sakit, tak bisa berkata kata namun hanya bisa melihat di sekelilingnya, kecelakaan yang harus memaksakan ia masuk ke dalam ruang kejenuhan ini. Rumah sakit berpenghuni semua yang membutuhkan peraawatan medis.
Sekarang kekasihku masih terbaring lemah, masih menutup mata, sampai waktunya makan baru dia akan membuka matanya yang coklat itu.
Kenapa orang yang membuatnya semenderita ini tidak berani muncul di hadapanku, dasar makhluk tidak bertanggung jawab.

Hanya bisa melihat dari depan pintu kaca, keadaannya sekarang tidak ada perubahan, aku baru di perbolehkan masuk ketika jam jam terntu saja, seerti jam makan atau karna ia memanggilku.

"Nak"

Suara itu memecahkan lamunanku, sekaligus mengagetkan.
Mataku melihat ibu ibu tua, mungkin umurnya sudah 50 tahun ke atas, dengan memakai jeket tebal berearna merah maroon dan jeans berawarna hitam serta sepatu boot warna coklat. Meski terlihat tua, stylishnya masih terlihat muda, mungkin ibu ibu ini, ibu ibu kekinian.

Ranty "Iya bu?"

Ibu ibu tua "pulanglah, lihat kondisimu, sudah tidak terurus lagi, biar ibu yang akan menjaganya."

Ranty "tapi dia sangat membutuhkanku."

Ibu ibu tua "bagaimana kau bisa mengurusinya, untuk mengurus dirimu saja kau tidak bisa."

Ranty "oleh sebab itu, karna terali sibuk menunggu dan menjaganya, makanya aku tidak melihat nagaiamana aku sekarang."

Ibu ibu tua "pulanglah ke rumah ibu, disana sudah di sediakan makanan, nanti ponakan ibu yang akan mengurusi mu."

Ranty "tidak bu, aku ingin tetap disini."

Ibu ibu tua "kekasihmu pasti akan kecewa jika melihat keadaanmu sekarang."

Ranty "baiklah, aku pulang hanya untuk makan, mandi, tidur 2 jam lalu kemabali kesini."

Ibu ibu tua "bagus, ibu sudah mengatakan pada ponakan ibu, jika kau adalah tamu kami."

Ranty "terimakasih bu."
Aku tersenyum saat menatap dan melihat mata ibu itu, ada ketulusan dari dalam hati yang kulihat.

Ibu ibu tua itu, masih saja senang mengurusi laki laki yang ada di dalam ruangan, padahal itu bukan anak kandungnya, baik sekali ingin memberi ku tumpangan.

Aku segera meninggalkan kursi tunggu di depan kamar kekasihku di rawat, dengan menyusuri lorong lorong berdinding biru, serta melewati ruangan ruangan yang di tunggui oleh manusia manusia, dari berumur muda hingga tua, sepertinya semua lengkap.
Lalu aku keluar dari gedung rumah sakit, bungung harus memakai taksi atau jalan kaki saja.
15 menit berfikir, menikmati california sendirian, atau di temani supir taksi. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk berjalan sendirian, walaupun saat itu cuaca sedang dingin dinginnya.
Melewati lampu merah dan menyebrang di zebracoss, untuk dapat terhubung ke jalan setelahnya.

Toko itu, seakan menarik pandanganku.
Bukan kali pertama aku melewati cafe ini, ingat sekali, ketika sedang mengantar kak vizta ke california untuk pendidikan menjadi supir pesawatnya. Sangat sering ke cafe ini, dari sinilah pertemuan antara aku dan kekasihku di mulai.

JARAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang