Part 8;

85 35 44
                                    

"Fi... lo kenapa sih? Dari tadi diem mulu, lo sakit?" Tanya Awdrey yang menyadari dari tadi Afi hanya diam, tidak bicara sedikit pun.

"Kalau lo ada masalah cerita sama kita.. kita kan sahabat lo fi.." ujar Andrea kemudian.

"Iya fi.. apa gunanya sahabat kalau satu sama lain gk terbuka? Fungsi sahabat yang kita buat, biar kita terbuka satu sama lain." Ujar Awdrey berikut.

"Gw gk papa.." jawab Afi. Baru detik sekarang, menit sekarang, jam sekarang Afi bicara.

"Fi kita udah buat persahabatan udah 1 tahun lebih, di dalam persahabatan itu juga kita terbuka, sedih,senang bersama. Dan kalau satu di antara kita ada apa apa, kita bicarain, kita selesain semuanya bareng bareng." Ucap Andrea.

"Kalau ini masalah pribadi gw gimana?" Tanya Afi dingin.

"Lo lupa fi? Pas itu lo nangis nangis ke kita kalau keluarga lo mau retak, kita bantuin kan fi, kita coba ngomong baik baik ke nyokap lo dan akhirnya keluarga lo kembali lagi. Apa itu bukan masalah pribadi lo?" Kesel Ayla yang melihat Afi hanya diam.

"Mungkin lo gk butuh kita lagi.... jan nyesel aja kalau lo gk mau ngomong ke kita. Cabut yuk." Ujar Ayla yang langsung pergi dan diikuti Awdrey dan Andrea.

Afi hanya diam menatap kepergian sahabatnya, jika ia ada masalah orang nomor satu yang harus ia ceritakan adalah Zio, tapi di saat ia sedang seperti ini Zio hilang seakan dirinya sudah dimiliki seseorang.

Afi tidak tahan dengan bendungan air matanya, ia langsung menuju rooftop dan coba melampiaskan semuanya.

Afi duduk di pojokan seraya menenggelamkan kepalanya di atas lutut, ia kesal, ia benci, sekaligus ia merasa bersalah. Dirinya benci, kenapa disaat seperti ini Zio tidak ada, ia kesal kepada orangtuanya, di saat keadaan dirinya dan kakaknya sedang seperti ini, semua aplikasi medsosnya non aktif.

Dan ia merasa bersalah, karna tidak menceritakan semuanya pada sahabatnya. Ia ingin menceritakan tapi ia bingung, dia belum sepenuhnya tau apa masalah kakaknya dengan Neon dan hati kecilnya juga bilang kalau ia tidak boleh kasih tau yang lain sebelum Zio mengetahuinya.

"Aaarrghh.."teriak Afi kesal dan diikuti tangisan yang terus menerus keluar.

Teriakan Afi membuat seorang laki2 menoleh ke arah sumber suara, dan menghampirinya.

Asap rokok yang masuk ke dalam indra penciuman Afi, membuat Afi mengangkat kepalanya dan menatap sosok laki2 di depannya.

"Kenapa nangis?" Tanyanya seraya menjajarkan posisi duduknya dengan Afi.

"Gw tanya kenapa?" Tanya nya lagi.. Afi hanya menggeleng, kalau ia baik baik saja.

"Punya mulut kan?" Afi hanya mengangguk.

Ya iyalah punya, tiap hari gw ngomong, lo kata gw ngomong pake mata. Batin Afi kesal.

"Kalau punya mulut, di pake lah.. percuma punya mulut kalau gk di pake, mendingan kasih tumbuhan aja.. biar bisa ngomong." Candanya.

"Males... udah deh.. lo jangan deket deket gw, asap rokok lo ganggu indra penciuman gw. Gw juga lagi butuh sendiri." Kesal Afi kemudian.

Laki2 tersebut malah memajukan tubuhnya ke Afi. Membuat Afi kesal, karna ia tidak bisa mundur, tubuhnya sudah bersatu dengan tembok.

"Munduran.. risih gw." Kesal Afi lagi.

"Apa? Gk kedengeran fi... majuan? Oh..." ujarnya meledek Afi. Agar Afi tidak sedih lagi. Gampang kalau Afi lagi sedih isengin aja nanti gk nangis lagi. Kalau gk mempan langsung aja peluk, biar diem. Laki2 tersebut mendekatkan tubuhnya ke Afi.

THE SECRET LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang