SENIN pagi yang menyenangkan. Kenapa? Karena hari ini ditemani dengan hujan.
Eileen Eleanor atau akrab di panggil Eileen membuka pintu balkon kamarnya, menyesap dalam-dalam aroma yang selalu muncul disaat hujan.
Aroma tanah yang bercampur air hujan yang nampak begitu menenangkan pikirannya.
Menghilangkan sedikit penat akan tugas kuliahnya. Karena hari ini dia tidak perlu repot-repot datang ketempat kuliahnya, dengan alasan hujan tentunya.
Gadis itu duduk ditempat duduk dengan novel yang sudah berada di atas meja dan secangkir teh hangat.
Lengkap sudah kebahagiaanya kini. Mungkin inilah arti definisi dari bahagia itu sederhana.
Eileen membuka novelnya, melanjutkan bacaan yang sempat tertunda semalam sembari menyeruput teh hangatnya.
Saat gadis itu, sudah terlalu asik dengan novelnya, pintu kamar gadis itu diketuk.
"Non." panggil bi Inah, asisten rumah tangga keluarga Eileen.
El meletakkan novelnya lalu berjalan menuju arah pintu.
"Iya, Bi? Ada apa ya?"
"Maaf, Non. Nona dipanggil sama ibu di ruang tv."
"Oh iya makasih ya, Bi."
"Iya sama-sama, Non. Kalau begitu saya pamit permisi ya, Non. Kalau nona butuh saya, saya ada di dapur."
"Iya, Bi. Silahkan."
El tampak berfikir sejenak, tumben sekali mamanya memanggil dirinya pagi-pagi seperti ini.
"Apa aku melakukan kesalahan kemarin?" gumamnya bertanya-tanya sendiri.
********
"Morning, ma." sapa El yang langsung memeluk mamanya."Morning, sayang." balas lembut sang mama.
"Ada apa, ma?"
"To the point saja ya, kamu mau mama jodohin sama anaknya alm sahabat papa kamu."
"Ha?" Eileen mengerjap tak percaya akan perkataan mamanya.
"Apaan sih, mama? Sekarang bukan jamannya untuk di jodoh-jodohin kali, ma."
"Iya tapi ini keputusan papa kamu."
"Sekarang papa dimana?" tanya gadis itu hendak ingin mengajukan protes.
"Papa masih dikantor."
"Kenapa bukan papa saja yang bicara langsung ke El? Kenapa harus melalui mama?"
"Mama juga tidak tau, kamu coba tanya langsung saja sama papa. Mama kan hanya disuruh untuk menyampaikan saja kepadamu."
"Aissshhh." gerutu Eileen, berlalu meninggalkan mamanya di ruang televisi itu sendiri.
*******
El menghempaskan tubuhnya di ranjang besar miliknya. Mood baiknya langsung terhempas begitu saja.
Anna. Tiba-tiba saja nama itu terlintas dipikiran El. Ya siapa lagi kalau bukan sahabatnya gadis itu.
"Ann, aku membutuhkanmu. Aku ke cafe ya sekarang?"
"Datang saja, tidak ada yang melarangmu untuk datang kok, El."
"Kamu memang sahabat terbaikku. On my way."
"Oke, see you babe."
Sambungan telepon pun terputus, El langsung menyambar tas kecil berwarna putih miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Captain!
Teen FictionBerawal dari perjodohan, berujung pada ketidakingin kehilangan.~